Luar Negeri
Total Korban Tewas 134 Orang di Myanmar, Sehari Bertambah 39 Korban, Junta Terapkan Darurat Militer
Pada Minggu (14/3/2021), sebanyak 39 demonstran anti-junta militer di Myanmar dilaporkan tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar.
SERAMBINEWS.COM, NAYPYIDAW – Pada Minggu (14/3/2021), sebanyak 39 demonstran anti-junta militer di Myanmar dilaporkan tewas di tangan pasukan keamanan Myanmar.
Hari tersebut ditandai sebagai salah satu hari paling berdarah sejak kudeta militer Myanmar yang menggulingkan pemimpin de facto Aung San Suu Kyi pada 1 Februari.
Hari paling berdarah sebelumnya tercatat pada 3 Maret di mana 28 orang dilaporkan dibunuh oleh polisi dan militer Myanmar di seluruh penjuru Myanmar.
Sejak kudeta dimulai, total korban tewas di Myanmar telah mencapai 134 orang sebagaimana dilansir The Irrawaddy.
Pada Minggu, pasukan keamanan kembali menerapkan tindakan keras untuk membubarkan demonstrasi.
Di Yangon, pasukan keamanan dilaporkan menggunakan peluru tajam, gas air mata, dan stun grenade alias granat kejut untuk menyerang demonstran.
Pasukan keamanan dilaporkan terus melepaskan tembakan mulai pukul 21.30 sampai larut malam waktu setempat.
Seorang dokter yang merawat pasien di Yangon menulis di Facebook bahwa 18 demonstran ditembak mati dan beberapa lainnya luka-luka.
Dokter itu menambahkan, salah satu dari dua demonstran yang ditembak di kepala kini dalam kondisi kritis.
Korban tewas diperkirakan akan meningkat lebih tinggi karena beberapa orang terluka parah akibat luka tembak yang dimuntahkan pasukan kemanan.
Di Dagon Selatan, sebanyak tiga warga sipil, termasuk seorang gadis berusia 15 tahun, tewas setelah ditembak di kepala dan perut.
Menurut salah satu demonstran, polisi dan tentara mulai menembaki para demonstran pada pukul 18.00 waktu setempat dilanjutkan sampai pukul 23.00 waktu setempat.
Dia mengatakan, sebanyak 15 orang terluka parah.
Secara keseluruhan, sekitar 50 orang terluka di Dagon Selatan.
Pada Minggu sore waktu setempat, seorang wanita ditembak mati oleh aparat keamanan di Bago.
Tubuh wanita itu ditinggalkan di saluran pembuangan oleh pasukan keamanan setelah dibunuh.
Pasukan keamanan juga meredam demo anti-kudeta yang digelar para mahasiswa di Bago pada Minggu pagi.
Selama tindakan keras itu seorang anak laki-laki ditembak mati, sementara tiga orang lainnya cedera.
Di Hpakan, pusat penambangan batu giok di Negara Bagian Kahcin, seorang pria berusia 30 tahun ditembak mati dan enam lainnya terluka.
Di sana, pasukan keamanan Myanmar dilaporkan menembakkan peluru tajam ke arah pengunjuk rasa anti-kudeta pada Minggu pagi.
Pada Minggu, aksi pasukan keamanan Myanmar paling brutal terjadi di Yangon.
Seorang demonstran di Hlaingtharyar, Yangon, mengatakan kepada The Irrawaddy bahwa pasukan keamanan sengaja membunuh demonstran.
“Penembakan ini sama sekali tidak bisa diterima. Mereka tidak membubarkan protes. Mereka membunuh orang dengan kekerasan," kata demonstran tersebut.
Darurat militer
Junta militer Myanmar akhirnya memberlakukan darurat militer di Hlaingtharyar dan Shwepyitha di Yangon pada Minggu malam.
Status itu diberlakukan setelah sedikitnya 39 demonstran tewas dalam salah satu hari paling mematikan sejak kudeta 1 Februari menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP).
Kedua kota besar dan miskin itu dikenal sebagai pusat pabrik, khususnya pabrik garmen.
Televisi yang dikelola junta militer Myanmar mewartakan, junta militer memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon.
“Untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum, dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar televisi tersebut sebagaimana dilansir AFP.
Di Hlaingtharyar, polisi dan tentara bentrok dengan para demonstran.
Para demonstran yang memegang tongkat dan pisau dan bergegas berlindung di balik barikade darurat.
Para pengunjuk rasa juga menggunakan potongan tong sampah yang diubah menjadi tameng darurat.
Beberapa demonstran yang terluka berhasil diselamatkan ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan.
Tetapi seorang dokter mengatakan tidak semua berhasil diselamatkan.
Media yang dikelola pemerintah mengumumkan kota besar Hlaingtharyar Yangon dan kota tetangga Shwepyitha akan ditempatkan di bawah darurat militer.
Kedua kota besar dan miskin itu dikenal sebagai pusat pabrik, khususnya pabrik garmen.
Junta "memberikan kekuasaan administratif dan peradilan darurat militer kepada komandan regional Yangon ... untuk melakukan keamanan, menjaga aturan hukum dan ketenangan dengan lebih efektif," kata seorang penyiar di TV yang dikelola pemerintah melansir AFP.
Tentara dan polisi dalam beberapa pekan terakhir melakukan tindakan keras hampir setiap hari terhadap para demonstran, yang menyerukan kembali ke demokrasi.
Gas air mata, peluru karet dan peluru tajam digunakan untuk memadamkan protes anti-kudeta.
Di Hlaingtharyar, polisi dan tentara bentrok dengan kekerasan.
Pengunjuk rasa yang memegang tongkat dan pisau dan bergegas berlindung di balik barikade darurat.
Para pengunjuk rasa yang menggunakan potongan tong sampah sebagai tameng.
Beberapa demonstran yang terluka berhasil diselamatkan ketika pasukan keamanan melepaskan tembakan.
Tetapi seorang dokter mengatakan tidak semua bisa dijangkau.
"Saya dapat memastikan 15 orang telah meninggal," kata dokter itu kepada AFP.
Dia telah merawat sekitar 50 orang dan memperkirakan jumlah kematian akan meningkat.
Kelompok pemantau AAPP memverifikasi penangkapan dan kematian sejak kudeta - memberikan jumlah kematian yang lebih tinggi.
Warga yang bersembunyi di rumah mendengar suara tembakan terus menerus sepanjang hari.
Sementara truk militer terlihat mengemudi melalui jalan berasap.
Utusan PBB untuk Myanmar mengutuk keras pertumpahan darah tersebut.
Menurutnya komunitas internasional termasuk aktor regional, harus bersatu dalam solidaritas dengan rakyat Myanmar dan aspirasi demokratis mereka.
“Kebrutalan yang sedang berlangsung sangat merusak prospek perdamaian dan stabilitas" di negara itu,” katanya setelah mendengar laporan pembunuhan yang memilukan, dan penganiayaan terhadap demonstran dan tahanan" dari kontak di Myanmar.
Baca juga: Jokowi Target Swasembada Garam Tahun 2015, Tapi Indonesia Sampai 2021 Masih Impor
Baca juga: Massa APAM Lancarkan Aksi di Depan Pendopo, Massa Gugat Kinerja Pemerintah Aceh
Baca juga: Ibu Bersama Bayinya Bebas dari Penjara
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Total Korban Tewas di Myanmar 134 Orang, Junta Terapkan Darurat Militer",