Menteri Muhadjir Minta Sekolah Tatap Muka Dimulai di Wilayah Zona Hijau dan Kuning
Selama pandemi Covid-19 sekolah yang berada di wilayah zona merah Covid-19 diharuskan menerapkan metode pembelajaran jarak jauh.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Seiring dimulainya program vaksinasi Covid-19 dan melandainya kasus positif corona, sejumlah daerah mulai melakukan uji coba pembelajaran tatap muka.
Uji coba dilakukan sebagai persiapan menghadapi pembelajaran tatap muka serentak yang rencananya dilaksanakan pada Juli 2021 mendatang.
Di Kabupaten Bogor, Jawa Barat misalnya, 170 sekolah sudah melaksanakan uji coba pembelajaran tatap muka di tengah pandemi virus corona sejak Senin (15/3/2021).
Hal yang sama dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga, Jawa Tengah. 27 sekolah di Kota Salatiga melaksanakan simulasi atau uji coba pembelajaran tatap muka mulai 16 hingga 27 Maret 2021.
Baca juga: Milisi Houthi Gempur Arab Saudi, Drone Berhasil Dihancurkan Sebelum Capai Target
Baca juga: AHM Berbagi Tips Agar Tidak Mudah Lelah Berkendara, Pakai Honda PCX Terbaru
Baca juga: Lis Dinafkahi Rp 50 Juta per Bulan, Edhy Prabowo Mengaku Tak Pernah Kekurangan Uang
Kegiatan itu dilakukan setelah mereka mendapat izin atau rekomendasi dari Satgas Penanganan Covid-19.
Terkait dilakukannya uji coba pembelajaran tatap muka itu, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta daerah-daerah di Indonesia yang berstatus zona hijau dan kuning Covid-19 juga berani melakukan hal serupa.
"Saya sarankan wilayah zona hijau dan kuning seperti di Kepulauan Nias ini sudah harus ada proses belajar mengajar. Jangan ikut-ikutan yang lain yang memang posisinya berada di status zona merah," kata Muhadjir saat berkunjung ke Kepulauan Nias, Sumatera Utara, dikutip dari keterangan, Rabu (17/3/2021).
Ia mengatakan, dibukanya kegiatan sekolah tatap muka di daerah zona hijau seperti di Kota Gunungsitoli dan Kepulauan Nias merupakan kesempatan mengejar ketertinggalan.
Apalagi pandemi Covid-19 berlangsung sudah setahun lamanya dan sekolah menjadi salah satu kegiatan yang terdampak besar.
"Justru kesempatan sekarang bagi wilayah yang tertinggal seperti Kepulauan Nias ini untuk mengejar siswa-siswa yang berada di kota yang lebih terdepan," kata dia.
Baca juga: Jangan Terlambat Disuntik Vaksin Covid-19 Dosis Kedua, Ini Efek Samping Akan Dirasakan
Baca juga: Bupati Shabela Abubakar Ikut Suntik Vaksin Sinovac Kedua
Baca juga: Personel Kodim Gayo Lues Disuntik Vaksin, Segini Jumlah Vaksinasi Tahap Pertama
Ia mengatakan, selama pandemi Covid-19 sekolah yang berada di wilayah zona merah Covid-19 diharuskan menerapkan metode pembelajaran jarak jauh. Oleh karena itu, internet pun menjadi hal yang sangat penting dalam mendukung kegiatan pembelajaran jarak jauh tersebut.
Adapun Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Kota Gunungsitoli mencatat, per 16 Maret 2021 jumlah kasus Covid-19 di daerah tersebut berjumlah 694 sejak masuk pada Juni 2020. Saat ini, sudah tidak ada kasus aktif di wilayah tersebut sehingga kasusnya sudah terkendali.
Dalam kunjungannya ke SDN 070975 Gunungsitoli dan SD Muhammadiyah Gunungsitoli, Muhadjir mengapresiasi kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah tersebut.
"Pelaksanaan belajar tatap muka sudah mematuhi protokol kesehatan dengan baik, seperti kewajiban menggunakan masker bagi murid dan guru, serta diterapkannya sistem shift untuk menerapkan jaga jarak antar murid," kata dia.
Terkait rencana dimulainya pembelajaran tatap muka itu, Wakil Ketua MPR RI, Lestari Moerdijat meminta agar persiapan proses belajar tatap muka itu harus didukung teknis pelaksanaan yang rinci.
"Uji coba proses belajar tatap muka pada masa pandemi di sejumlah daerah harus benar-benar dipersiapkan dengan baik, secara teknis maupun kesiapan dari para pelaksananya di lapangan, agar kebijakan tersebut tidak menciptakan sekolah sebagai klaster baru penyebaran Covid-19," kata Rerie, sapaan akrabnya, dalam keterangannya, Senin (15/3/2021).
Menurut Rerie, jangan sampai euforia kembali ke sekolah di masa pandemi Covid-19 malah membuat segala aturan menjadi longgar dan kemudian sekolah menjadi klaster baru penyebaran Covid-9.
Ia mengingatkan rencana pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah harus bercermin dari peristiwa munculnya klaster baru di lingkungan pendidikan Kota Tasikmalaya yang menyebabkan 20 orang positif COVID-19 dari satu sekolah di wilayah Kecamatan Tamansari, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Minggu (14/3/2021).
Rarie mengutip Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya, Asep Hendra yang mengatakan klaster itu bermula saat ada seorang guru yang tetap memaksakan ke sekolah meski mengalami gejala batuk, pilek disertai demam.
Dari klaster sekolah itu banyak orang terpapar Covid-19. Mulai dari para guru, pegawai Tata Usaha (TU), dua pelajar sampai kepala sekolah terkonfirmasi positif Covid-19.
Ia menegaskan pelaksanaan belajar tatap muka di sekolah tidak hanya membutuhkan kesiapan teknis semata, seperti kesiapan sarana kesehatan seperti fasilitas cuci tangan, sabun, masker dan sejumlah fasilitas agar para siswa serta guru selalu dalam jarak aman saat berinteraksi.
Lebih dari itu, ia juga mengingatkan perlu dipastikan perilaku siswa dan para tenaga pengajar serta staf sekolah lainnya mampu berdisiplin menjalankan protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, menjaga jarak dan menghindari kerumunan.(tribun network/fah/dod)