Internasional
Junta Myanmar Berlakukan Darurat Militer, Keselamatan Demonstran dan Penduduk Terancam
Junta militer Myanmar telah memberlakukan negara dalam keadaan darurat militer. Kondisi ini makin menambah kekhawatiran demonstran dan juga penduduk
SERAMBINEWS.COM, YANGON - Junta militer Myanmar telah memberlakukan negara dalam keadaan darurat militer.
Kondisi ini makin menambah kekhawatiran demonstran dan juga penduduk Yangon.
Pemadaman komunikasi di beberapa bagian kota terbesar Myanmarterus berlanjut untuk meredam protes anti-kudeta, seperti dilansir ArabNews, Jumat (19/3/2021).
Protes itu membuat ratusan ribu orang turun ke jalan di seluruh negeri untuk menuntut pembebasan dan pemulihan para pemimpin pemerintah terpilih.
Termasuk Aung San Suu Kyi, yang digulingkan ketika militer merebut kekuasaan dalam kudeta bulan lalu.
Sekitar 70 orang tewas di negara itu pada Minggu (14/3/2021), hari paling mematikan sejak dimulainya demonstrasi.
Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) Burma telah mencatat 217 kematian demonstran sejak kudeta 1 Februari 2021.
Baca juga: Ekonomi Myanmar Mulai Terpuruk, Kekerasan oleh Militer yang Didukung Cina Masih Berlanjut
Tetapi memperingatkan jumlah korban sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi.
AAPP memperkirakan hampir 2.200 orang telah ditangkap sehubungan dengan protes tersebut.
Kebanyakan dari mereka tetap ditahan.
Setelah penumpasan berdarah pada Minggu, demonstrasi anti-rezim sulit untuk dilihat di kota terpadat Hlaing Thar Yar Yangon/
Salah satu dari enam daerah di mana darurat militer diberlakukan.
Penduduk lansia, wanita dan anak-anak telah melarikan diri dari distrik tersebut.
Baca juga: VIDEO - Kelompok Hak Asasi: 200 Orang Tewas oleh Militer Myanmar Sejak Kudeta
“Kehadiran keamanan yang berat dan pemadaman internet membuat warga berada dalam lubang hitam," ujarnya.
"Mereka bahkan tidak tahu apa yang terjadi di lingkungan berikutnya, dan desas-desus tentang orang-orang yang ditangkap atau dibunuh tanpa alasan hanya menambah ketakutan mereka," katanya.
"Itu mendorong orang untuk melarikan diri dari Hlaign Thar Yar, ”kata Win Maung, seorang anggota parlemen dari Liga Nasional untuk Demokrasi Suu Kyi, kepada Arab News.
Dia mengatakan pasukan keamanan telah meningkatkan pelecehan, penahanan sewenang-wenang dan penyiksaan di Hlaign Thar Yar daerah pemilihannya sejak pengumuman darurat militer pada Minggu (14/3/2021).
“Setelah penumpasan tanpa ampun terhadap pengunjuk rasa, pasukan keamanan melanjutkan pelanggaran hak yang meluas di sini," jeasnya.
"Pasukan menculik laki-laki dan menggunakan mereka sebagai kerja paksa untuk menghilangkan penghalang jalan dan barikade, ”kata Maung.
Baca juga: Jenderal Myanmar Bakal Menghadapi Nasib Seperti Saddam Hussein dan Muammar Gaddafi
“Mereka menyerbu rumah siang dan malam dalam berburu para pemimpin pembangkang," ungkapnya.
"Mereka juga mengancam orang dengan todongan senjata," jelasnya.(*)