Opini
KMP Aceh Hebat; Strategi Membangun Kepulauan
Akhirnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Aceh Hebat 1, Aceh Hebat 2, dan Aceh Hebat 3 resmi berlayar melintasi rute masing-masing yang telah ditentukan

Oleh Firdaus Noezula, Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Perdesaan di IPB University, Bogor
Akhirnya Kapal Motor Penumpang (KMP) Aceh Hebat 1, Aceh Hebat 2, dan Aceh Hebat 3 resmi berlayar melintasi rute masing-masing yang telah ditentukan. Rangkaian demi rangkaian dalam proses pengadaan KMP Aceh Hebat berhasil dilalui oleh 3 moda transportasi laut milik Pemerintah Aceh.
Pengadaan sarana transportasi KMP ini dibiayai APBA Tahun 2018 dan 2019, dengan skema tahun jamak di bawah pengawasan Dinas Perhubungan Aceh dengan anggaran Rp 178 milliar. Proses pengadaan KMP ini didampingi langsung oleh Kementerian Perhubungan RI.
Kehadiran 3 unit KMP Aceh Hebat akan menambah jumlah armada laut yang selama ini melayani wilayah kepulauan di Aceh.
"Aceh belum pernah punya kapal yang dibangun sendiri, kapal ini kita bangun dengan uang rakyat Aceh. Kapal ini bukan hanya kebanggaan rakyat Aceh, akan tetapi kebanggaan Indonesia juga," sebut Nova Iriansyah yang menjadi catatan sejarah transportasi laut Aceh.
KMP Aceh Hebat 1, telah melayani rute dari pelabuhan Calang menuju dermaga pelabuhan Solok Sinabang, Kabupaten Simeulue, jadwal berlayar 3 kali dalam seminggu, (serambinews.com, 10/03/2021). Adapun rute pelabuhan Ulee Lheue Banda Aceh menuju pelabuhan Balohan Sabang akan dilayani oleh KMP Aceh Hebat 2, sedangkan rute pelayaran Singkil-Pulau Banyak dilayani oleh KMP Aceh Hebat 3.
Pentingnya aksesibilitas
Infrastruktur adalah aspek vital dalam proses pembangunan. Salah satu fungsi infrastruktur adalah meningkatkan aksesibilitas dan interaksi wilayah. Aksesibilitas dan interaksi yang tinggi akan memberi pengaruh positif pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi. Nilai interaksi antarwilayah dibentuk melalui interaksi sosial ekonomi yang terjadi.
Adanya hubungan positif yang dihasilkan dari interaksi wilayah (dalam hal ini interaksi wilayah pusat dengan wilayah kepulauan/pesisir) tersebut akan mengurangi kesan ketertinggalan yang selama ini melekat dari suatu wilayah kepulauan.
Pembangunan sarana transportasi akan membuka aksesibilitas yang memadai terhadap pergerakan orang dan barang, sehingga hal ini mampu meningkatkan interaksi antarwilayah, laju pertumbuhan ekonomi dan berimplikasi pada pemerataan pembangunan.
Beberapa literatur menjelaskan pentingnya alat transportasi terhadap keberlangsungan hidup manusia, ekonomi, meningkatkan konektivitas dan aksesibilitas. Miro (2004) menjelaskan bahwa tingkat aksesibilitas ditentukan oleh kualitas dan kuantitas jaringan jalan serta alat transportasi.
Hadirnya KMP Aceh Hebat pastinya akan menjawab 5 (lima) kebutuhan pergerakan manusia dalam kajian ilmu transportasi, yaitu pergerakan ke tempat kerja, pergerakan ke sekolah, pergerakan modal dan keuangan, pergerakan kepentingan sosial, dan pergerakan rekreasi (Tamin, 2008).
Memahami perasaan masyarakat kepulauan, menjadi salah satu tolak ukur kita dalam memberikan semangat positif bagi pembangunan KMP Aceh Hebat. Sebagai contoh kecil, mereka kerap dihadapkan pada kenaikan harga bahan pokok yang disebabkan oleh ketergantungan pasokan barang dari luar pulau.
Tidak sedikit pula pelajar/mahasiswa yang gagal menyeberang ke daratan tepat waktu karena berbagai persoalan seperti cuaca, kapal rusak ataupun jumlah armada yang terbatas. Kondisi ini menjadi hal yang tidak dirasakan oleh masyarakat yang mampu mengakses berbagai daerah menggunakan jalur darat, namun hal ini lazim dirasakan oleh masyarakat dari kepulauan.
Dalam kacamata pembangunan wilayah, hadirnya sarana transportasi laut yang representatif akan memberi dampak tidak hanya bagi masyarakat kepulauan, tapi juga bagi "masyarakat daratan". Mudahnya jangkauan barang dari dan menuju wilayah kepulauan menunjukkan adanya hubungan saling menguntungkan (simbiosis mutualisme), yang akan hadir secara alami dari sebuah proses pembangunan sarana transportasi laut.