Kupi Beungoh

Dari Banda Aceh ke Al-Azhar: Perjalanan Panjang Prof. Azman Ismail, Imam Besar Baiturrahman

Dialah Prof. Dr. Azman Ismail, M.A., Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman dan tokoh ulama yang menjadi panutan umat di Aceh. 

Editor: Amirullah
Serambinews.com
Alya Sabrina 

Oleh: Alya Sabrina

Di tengah kemegahan Masjid Raya Baiturrahman, sosok itu berdiri tegak di mihrab tenang, berwibawa, dan penuh cahaya. setiap langkahnya menuju mimbar bukan sekedar rutinitas, melainkan panggilan jiwa.

Dialah Prof. Dr. Azman Ismail, M.A., Imam Besar Masjid Raya Baiturrahman dan tokoh ulama yang menjadi panutan umat di Aceh. 

Namun, perjalanan hidupnya tidak lahir dari kemewahan, melainkan dari doa panjang, perjuangan, dan kesabaran.

Pada 14 April 1952 di Blang Cut Lueng Bata, Banda Aceh, lahirlah seoarang anak yang paling dinanti-nantikan oleh kedua orang tuanya setelah penantian panjang selama 13 tahun. Orang tuanya memohon dengan sungguh-sungguh agar diberikan keturunan yang shaleh dan berilmu. 

Doa itu akhirnya terkabul, Ia adalah Prof. Azman Ismail anak pertama dari 3 bersaudara. Sejak kecil, Azman tumbuh dengan kedisplinan yang kuat dan kecintaanya pada ilmu. Ia dikenal sebagai anak yang tekun, rajin belajar, dan selalu tepat waktu,  dua nilai yang kelak menjadi prinsip hidupnya. Kini, beliau dikenal sebagai ulama kharismatik Aceh, pakar ilmu lughah, ahli tafsir sekaligus imam Besar Mesjid Raya Baiturrahman Aceh.

Ayahnya, Teungku Ismail Ahmad, merupakan imeum syik Masjid Lueng Bata, sementara ibunya, Asma Mahmud, dikenal sebagai perempuan cerdas yang mampu berbahasa Arab karena pernah belajar dari ulama arab yang tinggal di kampung itu.

Suasana rumahnya dipenuhi lantunan ayat suci dan diskusi keagamaan menjadikannya terbiasa hidup dalam disiplin. Setiap pesan orang tuanya ia simpan rapat di hati, dan hingga kini masih menjadi pegangan hidupnya.

Baca juga: 20 Prompt Gemini AI Buat Foto Kamu Seolah Lagi Travelling Keliling Dunia, Copas Promt Berikut!

Dari Serambi Ke Piramida 

Perjalanan pendidikannya dimulai di Sekolah Rendah Islam (SRI) Sukadamai Lueng Bata, dilanjutkan ke Sekolah Menengah Islam (SMI) Jambo Tape, yang kini dikenal sebagai  MTsN Model Banda Aceh. Setelah menamatkan Madrasah Aliyah Agama Islam Negeri (MAAIN) yang juga dikenal sebagai MAN Model Banda Aceh.

Kemudian ia melangkah ke IAIN Ar-Raniry Bnada Aceh, jurusan Pendidikan Bahasa Arab di Fakultas Tarbiyah.

Pesan ayahnya waktu itu begitu membekas:

"Azman, kamu harus selesai sarjana, meski suatu hari ayah sudah tiada."

Amanat itu menjadi bahan bakar tekadnya. Tahun 1974, ia meraih gelar Sarjana Muda (B.A.), lalu menyelesaikan Strata 1 pada 1979 dan bergelar Drs.

Tahun yang sama, kesempatan emas itu datang. Ia mendapat beasiswa ke Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir - negeri para ulama dan sejarah. Dibawah langit piramida, Azman muda menimba ilmu di Fakultas Ushuluddin jurusan Tafsir dan di Ma'had Lid-Dirasat Al-Islamiyah Zamalik.

Di kota seribu menara itu, ia menempa diri bukan hanya dengan ilmu, tapi juga dengan kesabaran dan keteguhan iman. Hidup di negri orang bukan perkara mudah, namun semangat menimba ilmu membuatnya bertahan. Ia belajar dari ulama besar, menyelami lautan tafsir dan hadist, hingga akhirnya menuntaskan pendidikannya dengan gemilang.

Halaman 1 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved