Internasional
Kudeta Militer Myanmar: Kisah dari Jalanan, Pengorbanan dan Ketakutan
Setiap hari, orang-orang biasa di Myanmar membuat pilihan yang sulit dalam menghadapi tanggapan yang semakin keras terhadap demonstran.
Dia mengatakan meminta suaminya untuk merawat bayi dan melanjutkan hidup jika saya ditangkap atau meninggal dalam gerakan ini.
"Kami akan menyelesaikan revolusi ini sendiri dan tidak menyerahkannya kepada anak-anak kami," tambah ibu muda itu.
Sedangkan Nanda bekerja di sebuah rumah sakit di kota Myeik.
Pekerja medis itu telah berada di garis depan protes di Myanmar, tetapi mengatakan orang-orang di Myeik harus bersembunyi karena takut dibawa oleh pasukan militer.
Ini adalah tanggal 7 Maret 2021, sebelum jam malam mulai berlaku.
"Saya mengendarai mobil dengan jendela berwarna, menjemput seorang ahli bedah ortopedi, istrinya, seorang dokter dan keluarganya di bawah kegelapan," kata Nanda.
"Kami mengemas tas mereka ke dalam mobil dan mengantarkan mereka ke rumah persembunyian," ungkapnya.
Sehari sebelumnya, pejabat pemerintah menelepon rumah sakit di Myeik untuk menanyakan nama spesialis, petugas medis, dan perawat yang berpartisipasi dalam Gerakan Pembangkangan Sipil.
"Ada ketakutan, mengapa mereka menginginkan nama mereka? Apa yang mungkin terjadi pada mereka jika mereka dipanggil oleh pejabat? tanyanya.
Semua dokter yang bertugas, mereka yang bekerja untuk pemerintah memutuskan akan bersembunyi, karena takut jika tertangkap.
"Saya telah ditugaskan untuk membantu beberapa dokter melarikan diri," ujarnya.
"Mengapa orang-orang seperti kita, dokter dan staf medis harus bersembunyi seperti penjahat, sementara mereka melakukan apa yang mereka suka?" tanya dokter.
"Saya merasa mual, saya tidak pernah membayangkan suatu hari harus menyembunyikan dokter karena tidak melakukan kesalahan apa pun," tambahnya.
Mulai besok, penduduk Myeik hanya memiliki beberapa spesialis untuk merawat mereka.

Baca juga: Hlaign Thar Yar, Area Berpenduduk Terpadat Myanmar Terkena Dampak Terparah Penutupan Internet
Tidak akan ada cukup ahli bedah untuk memperbaiki patah jari, tangan, dan tengkorak para pengunjuk rasa dan demonstran yang dipukuli.