Internasional

Aljazair Dukung Pemberontakan Front Polisario di Perbatasan, Usir Petani Pohon Kurma Maroko

Pasukan Aljazair mengusir seluruh petani pohon kurma Maroko yang berada di kawasan perbatasan. Pemerintah Aljazair ternyata mendukung pemberontakan

Editor: M Nur Pakar
AFP
Para petani Maroko protes setelah pihak berwenang Aljazair mengusir para petani kurma dari daerah perbatasan. 

SERAMBINEWS.COM, RABAT - Pasukan Aljazair mengusir seluruh petani pohon kurma Maroko yang berada di kawasan perbatasan.

Pemerintah Aljazair ternyata mendukung pemberontakan Front Polisario untuk memerdekakan diri dari Kerajaan Maroko.

Sehingga, pPetani Maroko di oasis terpencil perbatasan Aljazair menanggung beban ketegangan regional.

Pasukan Aljazair mengusir mereka dari kebun kurma yang telah dikerjakan selama beberapa generasi.

Perbatasan antara musuh bebuyutan telah ditutup sejak 1994, tetapi Aljazair mengizinkan beberapa penduduk kota perbatasan Maroko Figuig untuk menyeberang ke kebun kurma Al-Arja.

Dikenal oleh Aljazair dikenal sebagai oasis Laaroda.

Dilansir AFP, dalam beberapa hari terakhir, Aljazair telah mencabut hak itu, mengerahkan tentara untuk memaksakan tindakan tersebut.

"Semua orang teraniaya," kata Mohamed Jabbari, seorang pengangguran berusia 36 tahun yang bergabung dalam protes di Figuig menentang langkah tersebut, pada Minggu (21/3/2021).

Baca juga: Pemerintah Maroko Dukung Legalisasi Ganja untuk Penggunaan Medis, Larang untuk Penggunaan Lain

“Pertanian adalah satu-satunya sumber daya yang kami miliki," katanya.

"Tidak ada pekerjaan di sini, tidak ada pabrik," tambahnya.

Pada Kamis (18/3/2021), sekitar 4.000 orang , setengah dari populasi Figuig menghadiri demonstrasi untuk menentang keputusan Aljazair.

Otoritas regional Maroko menyelenggarakan pertemuan untuk melihat kemungkinan solusi untuk mengurangi dampak dari keputusan yang dikatakan hanya sementara.

Oasis Figuig, terletak di jalur karavan di tepi Pegunungan Atlas dan gurun Sahara, dihuni pada zaman kuno.

Perdagangan mulai menurun setelah perbatasan ditarik pada tahun 1845, dan perselisihan diplomatik antara Algiers dan Rabat segera mengubah Figuig menjadi jalan buntu.

Sebelum batas ditarik, komunitas Berber yang erat telah bergerak bebas di daerah itu.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved