Berita Aceh Tengah

Ramdhanu Martis, Pariwisata Gayo Butuh Jaringan Internet, Guide, Atasi Masalah Sampah

Pelaku usaha pariwisata Aceh Tengah, Ramdhanu Martis menyatakan, dibutuhkan banyak dukungan untuk pengembangan pariwisata Aceh Tengah. Antara lain....

Penulis: Fikar W Eda | Editor: Jalimin
For Serambinews.com
Ramdhani Martis, pengelola kawasan wisata Gayo Quine Bebuli Aceh Tengah. 

Laporan Fikar W Eda | Jakarta

SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pelaku usaha pariwisata Aceh Tengah, Ramdhanu Martis menyatakan, dibutuhkan banyak dukungan untuk pengembangan pariwisata Aceh Tengah. Antara lain infrastruktur, jalan, jaringan internet, guide, buku saku, publikasi-publikasi dan sebagainya. Ia mengharapkan peran pemerintah daerah lebih besar lagi dalam memajukan dunia pariwisata Aceh Tengah.

Harapan itu disampaikan Ramdhanu Martis saat menjadi narasumber utama dalam “BincangKopi #5 Musara Gayo” secara virtual, Sabtu (27/3/2021) malam. Para penanggap Rektor Universitas Gajah Putih (UGP) Takengon, Eliyin SHut MP dan pengamat pariwisata Win Wan Nur.

Ramdhanu Martis yang sejak dua tahun lalu mulai membangun kawasan wisata “Gayo Quine Pante Gadeng, Bebuli Aceh Tengah,” menuturkan, alam Gayo adalah bagian dari “kepingan surga” yang menawarkan keindahan. Karena itu, keindahan alam Gayo jangan sampai dirusak, melainkan dipercantik dengan konsep dan visi yang jelas tentang dunia kepariwisataan Gayo.

Ia mencontohkan, banyak kawasan di Aceh Tengah yang tidak terjangkau fasilitas internet. “Termasuk di kawasan wisata Gayo Quine yang ia bangun. Kita sudah ajukan kepada pemerintah agar dibangun jaringan internet, tapi nyatanya  belum juga. Bagaimana mungkin daerah wisata tak ada jaringan internet,” kata Martis memberi contoh.

Martis  mengatakan di kawasan miliknya ia bangun Rumah Adat Gayo, menerbitkan buku saku pariwisata, melatih guide sendiri. “Seharusnya kerja-kerja seperti ini didukung pemerintah,” ia menyarankan.

Ia juga menyinggung tentang motif kerawang Gayo, perlu ada revitalisasi perlindungan dan menulis makna dan motif kerawang.

Sepengetahuan kita, motif kerawang sudah ada sejak Gayo Prasejarah yang diukir pada tembikar atau gerabah. Pada zaman sejarah, motif kerawang Gayo dibuat pada rumah, pada lalu pada era berikutnya pada tikar seterusnya  pada pakaian seperti yang kita kenal sekarang.

“Tapi siapa yang bisa menjelaskan hal ini, harus ada orangnya, para guide wisata. Mereka diberi bekal pengetahuan tentang Gayo dan objek-objek wisata Gayo,” ujarnya.

Untuk mendukung pembangunan pariwisata, Ramdhanu Martis secara swadaya akan mencetak dan menerbitkan sendiri buku saku berisi keterangan objek wisata dan legenda-legenda di Gayo. Sebab para wisatawan yang datang tidak hanya melihat alam, tapi juga ingin mendengar ceritanya,” lanjut Martis.

Ia menyatakan siap melakukan kerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendukung pembangunan bidang pariwisata ini. ”Pariwisata memiliki efek domino yang besar terhadap kemajuan suatu daerah,” ujarnya.

Ia juga minta pemerintah mengatasi persoalan sampah dan limbah yang dibuang ke Danau Laut Tawar,  dikhawatirkan  apabila tidak segera ditangani, akan mengganggu keindahan danau. “Kita jangan merusak alam Gayo yang indah ini. Sebaliknya mari kita selamatkan bersama-sama,” tukasnya.(*)

Baca juga: Tiga Hari ke Depan, Hujan Ringan Hingga Sedang Masih Landa Sebagian Wilayah Aceh

Baca juga: Ini Beberapa Pesan Penting Dr Armiadi Musa tentang Zakat Profesi

Baca juga: Polisi Pulangkan Dua Pemuda, Terkait Konvoi Bendera Bintang Bulan

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved