Internasional
Profesor Prancis Terdampar di Turki, Paspor Dilucuti, Pemeriksaan tak Jelas
Seorang profesor Prancis, Tuna Altinel terdampar di Istanbul, Turki tanpa alasan yang jelas. Dia yang mengajar sebuah universitas di Prancis didakwa
Ketika bergabung dengan hampir 2.000 akademisi dalam menandatangani petisi yang menuntut diakhirinya operasi militer Turki di tenggara yang didominasi Kurdi.
Militan Kurdi yang dilarang telah melancarkan pemberontakan di wilayah pegunungan selama beberapa dekade yang menewaskan puluhan ribu orang.
Tetapi sementara para militan dipandang sebagai teroris oleh sekutu Barat Turki, para kritikus Erdogan percaya dia menggunakan perjuangan untuk menekan hak-hak sah etnis Kurdi.
Altinel juga didakwa dan dibebaskan setelah menandatangani petisi 2016.
Baca juga: Kisah Pengepungan Madinah 1915, Jenderal Ottoman Turki Paksa Warga Madinah Pindah ke Negara Lain
Sekarang, dia berkata dia "melakukan semua yang saya bisa" untuk mendapatkan kembali paspornya dan kembali ke Lyon.
Dia telah mengajukan gugatan terhadap pejabat Turki dan dipindahkan dari satu pengadilan ke pengadilan lain oleh mesin administrasi.
Berusaha untuk menenggelamkan, menghancurkan orang dengan birokrasi katanya.
Altinel mengatakan dia tidak punya banyak pilihan selain menyimpulkan bahwa larangan perjalanannya adalah hukuman atas komitmennya terhadap hak asasi manusia dan tujuan Kurdi.
"Negara Turki mencegah lawan yang mempermalukannya pergi, menyandera mereka," katanya.
“Ini adalah cara untuk menerima bahwa negara adalah penjara, yang sangat menyedihkan,” tambahnya/
Altinel menganggap dirinya relatif beruntung karena - sebagai pegawai negeri Perancis - masih mendapatkan gajinya.
Dia juga terus mengajar, dengan caranya yang khusus.
"Ketika saya di penjara, saya mengajari sesama narapidana bahasa Inggris dan Prancis," kata Altinel.
“Jadi kami melanjutkan pelajaran ini melalui surat," ujarnya.
"Mereka menulis kepada saya dan saya membalas surat-surat yang panjangnya 15 atau 20 halaman," katanya.
"Saya mengajari mereka seperti itu," ujarnya.
Baca juga: Arab Saudi Gagalkan Penyelundupan 1.3 Ton Pil Captagon dari Turki, Disembunyikan di Kargo Pakaian