Internasional

Maroko Berlakukan Jam Malam Selama Ramadan, Khawatirkan Varian Baru Lokal Covid-19 Menyebar

Kerajaan Maroko memutuskan untuk memberlakukan jam malam selama bulan suci Ramadan 2021 mulai pekan depan.

Editor: M Nur Pakar
AP
Pekerja menutup pintu pagar pabrik tempat mereka bekerja di Casablanca, Maroko, Selasa (6/4/2021). 

SERAMBINEWS.COM, RABAT - Kerajaan Maroko memutuskan untuk memberlakukan jam malam selama bulan suci Ramadan 2021 mulai pekan depan.

Maroko mengkawatirkan peningkatan kasus COVID-19 baru-baru ini, ketika para ilmuwan mengumumkan penemuan varian baru virus lokal.

Banyak orang Maroko menyuarakan kemarahan atas keputusan di jejaring sosial.

Mereka menggambarkan sebagai pukulan lain bagi bisnis yang sudah berjuang untuk bertahan hidup.

Serta pertemuan keluarga yang merupakan bagian sentral dari liburan.

Kerajaan Afrika Utara itu memiliki salah satu program vaksinasi paling sukses di kawasan itu.

Baca juga: VIDEO - Pahatan Batu Tertua Afrika Utara Ditemukan di Maroko

Namun juga mengalami peningkatkan infeksi virus Corona, terutama di Casablanca, kota terbesar Maroko.

Jam malam dari jam 8 hingga 6 pagi telah diberlakukan sejak Desember, 2020.

Kemudian, Maroko memutuskan pada Rabu (7/4/2021) untuk memperpanjangnya hingga Ramadhan, yang dimulai 13 April di Maroko.

Karena Muslim yang taat tidak makan atau minum di siang hari selama Ramadhan, kafe dan restoran bergantung pada bisnis malam hari yang sekarang dilarang karena jam malam.

Baca juga: Aljazair Dukung Pemberontakan Front Polisario di Perbatasan, Usir Petani Pohon Kurma Maroko

Negara-negara di Timur Tengah memberlakukan beberapa pembatasan virus dan jam malam untuk Ramadan tahun lalu.

Tetapi, beberapa negara sedang mempertimbangkan, atau memperbarui pembatasan pada tahun ini.

Maroko telah melaporkan lebih dari 499.000 kasus Covid-19 dengan 8.865 kematian.

Kerajaan ini telah memberikan jumlah inokulasi tertinggi di Afrika dengan 8,3 juta dosis untuk populasi 36 juta orang sejak dimulai 29 Januari 2021.

Tingkat vaksinasi per orang lebih tinggi daripada di beberapa negara Eropa yang dimulai sebulan sebelumnya.

Tetapi kekhawatiran meningkat bahwa pasokan vaksin Maroko terus berkurang, bahkan bisa melambat.

Baca juga: Pemerintah Maroko Dukung Legalisasi Ganja untuk Penggunaan Medis, Larang untuk Penggunaan Lain

Maroko menggunakan vaksin dari AstraZeneca dan Sinopharm China.

Jutaan dosis lebih diharapkan pada akhirnya dari kedua perusahaan serta dari program COVAX global.

Untuk menyediakan vaksin ke negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Sementara itu, Komite Ilmiah dan Teknis Nasional COVID-19 Maroko mengumumkan penemuan varian baru virus Corona.

Pertama kali terdeteksi di kota selatan Ouarzazate.

Belum jelas apakah itu terkait dengan lonjakan infeksi baru-baru ini di kerajaan.

"Varian baru Covid-19 dapat diklasifikasikan miliki "100% Maroko," kata profesor Azzedin Ibrahimi, anggota komite dan Direktur Laboratorium Bioteknologi di Fakultas Kedokteran dan Farmasi di ibu kota Rabat.

Dia mengatakan itu terdeteksi sebagai bagian dari sebuah studi yang dilakukan oleh para peneliti Maroko menjadi penyebaran berbagai varian.(*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved