Berita Aceh Tengah
Pola Hias Kerawang Gayo Sudah Ditemukan Pada Zaman Gayo Prasejarah, Berusia 3.000 - 4.400 Tahun
Masa itu pola hias didapati pada gerabah dan anting yang terdapat di Loyang Mendale, Ujung Karang, Loyang Pukes dan Loyang Muslimin
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Masa itu pola hias didapati pada gerabah dan anting yang terdapat di Loyang Mendale, Ujung Karang, Loyang Pukes dan Loyang Muslimin. Loyang dalam bahasa Gayo adalah goa, terdapat di bibir Danau Laut Tawar.
Laporan Fikar W Eda | Jakarta
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - Pola hias Gayo yang dikenal sekarang dengan sebutan Kerawang Gayo, ternyata sudah ditemukan dari masa Gayo pra-sejarah.
Masa itu pola hias didapati pada gerabah dan anting yang terdapat di Loyang Mendale, Ujung Karang, Loyang Pukes dan Loyang Muslimin. Loyang dalam bahasa Gayo adalah goa, terdapat di bibir Danau Laut Tawar.
Hal itu diutarakan Dr Ketut Wiradnyana,MSi, Kepala Arkeologi Sumatera Utara yang memimpin penelitian arkeologi di Aceh Tengah dalam “Bincang Kopi Musara Gayo” secara virtual beberapa waktu lalu.
“Pola hias yang ditemukan di gerabah ini, menurut saya harus diklaim sebagai milik Gayo.
Ini memperkaya pola hias yang sudah ada sekarang. Sebab yang sekarang ini kan sudah mengalami banyak perubahan dan juga banyak ditemukan di beberapa tempat lain,” kata Ketut Wiradnyana.
Baca juga: Ini Rekomendasi Buah-buah yang Baik Dikonsumsi Saat Perut Anda Masih Kosong
Baca juga: Pergi Keluar Beli Air Minum, Pria Ini Tewas Kejang-kejang Setelah Dihukum Squat 300 Kali Oleh Polisi
Baca juga: VIDEO Dua Pria Tertidur di Mobil Membuat Macet Lalu Lintas
“Saya sarankan temuan Ceruk Mendale sebagai Kerawang Gayo untuk memperkaya kerawang yang sudah ada,” ujarnya.
Ketut mengaku belum mengetahui apakah pola hias yang ditemukan pada gerabah itu erat kaitannya dengan aspek religi masyarakat pada masa itu.
“Setahu saya, kalau masyarakat Gayo pola hias itu ada maknanya semua,” ujar Ketut lgi.
Hasil analisa karbon menunjukan bahwa gerabah dengan pola hias yang ditemukan di Ceruk Mendale sudah berusia 3.000- 4.400 tahun.
Ketut menyampaikan teknik pembuatan gerabah dengan pola hiasnya menunjukkan bahwa pada masa itu telah ada teknologi dan inovasi yang luar biasa.
“Ada satu gerabah kualitasnya seperti perunggu. Kalau kita jatuhkan ke lantai, tidak pecah. Bunyinya seperti logam yang jatuh,” kata Ketut.
Ia memperlihat sejumlah temuan gerabah berukiran pola dan ragam hias yang unik, ada yang berlapis coklat, selip coklat, lapis merah, hitam, dan abu-abu.
“Kaya teknologi dan inovasi. Ini nilai-nilai yang harus segera kita sampaikan ke anak didik supaya menemukan karakter-karakter positif,” ujarnya. (*)