Tiphaine Model Asal Prancis Berbagi Kisah Jadi Mualaf, Suaminya Ternyata Cucu Ulama Besar Aceh
"Ayahnya adalah Alm. Abuya Prof. DR. Syeikh H. Tgk. Muhibuddin Muhammad Waly Al-Khalidiy, seorang ulama dan negarawan pada masanya,"
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Zaenal
Melansir Serambinews.com dalam artikelnya yang tayang pada 8 Maret 2021, almarhum Abuya Prof Dr Tgk H Muhibuddin Waly merupakan seorang ulama besar dan kharismatik di Aceh.
Abuya, sapaan ta'zim terhadap Muhibuddin Waly juga dikenal dan terlibat dalam berbagai kegiatan penting nasional.
Ia merupakan seorang guru, tokoh sufi dan tarekat, serta politisi nasional yang disegani.
Mengutip Wikipedia, Abuya Muhibbuddin Waly lahir di Aceh pada tahun 17 Desember 1936.
Abuya Muhibuddin Waly memiliki darah keturunan Minang dari ayahnya yang juga merupakan seorang ulama terkemuka di Kalangan Tarekat Naqsyabandiyah, yakni Syaikh Haji Muhammad Waly Al-Khalidy atau Syekh Mudo Waly.
Masih dilansir dari Serambinews.com, Abuya Muhibuddin Waly memiliki wajah yang teduh dan tenang setiap kali memandang.
Itu merupakan cerminan dari kefahaman dan jalan tasawuf yang dimiliki oleh ulama ini.
Baca juga: Hukum Kirim Foto atau Video Makanan dan Minuman saat Puasa, Ini Penjelasan Ulama Aceh Waled Marhaban
Abuya Muhibbuddin belajar Tarekat Naqsyabandiyah pada ayahandanya.
Ulama yang juga digelari Syekh ini mengambil gelar doktor di Fakultas Syariah Universitas Al-Azhar, Kairo, dengan disertasi tentang Pengantar Ilmu Hukum Islam dan lulus pada tahun 1971.
Di Al-Azhar, teman satu angkatannya antara lain mantan Presiden RI K.H. Abdurrahman Wahid alias Gus Dur.
Beliau juga pernah menjadi anggota DPR RI berakhir 2004 lalu.
Namun selama itu Abuya lebih banyak mengisi waktunya dengan mengajar tarekat dan menulis.
Ada beberapa buku tentang tasawuf dan pengantar hukum Islam yang ditulisnya, sambil menyempurnakan buku ensiklopedi tarekat yang diberinya judul Capita Selecta Tarekat Shufiyah.
Waktu senggangnya juga dimanfaatkan untuk “meramu” tiga kitab yang diharapkannya akan menjadi pegangan para murid dan umat Islam pada umumnya, yaitu Tafsir Waly (Tafsir Al-Quran), Fathul Waly (Komentar atas Kitab Jauharatut Tauhid), dan Nahjatun Nadiyah ila Martabatis Shufiyah (sebuah kitab tentang ilmu tasawuf).
Tidak sampai disitu, sosok ulama yang santun, lembut dan tenang saat berbicara ini ternyata juga mewarisi darah para pujangga.