Internasional
Korban Selamat Pengungsi Ethopia di Yaman, Menceritakan Kembali Kengerian Jadi Tahanan Milisi Houthi
Para warga Ethiopia yang selamat dari kebakaran kamp pengungsi di Sanaa, Yaman menceritakan kembali kengerian atas pembantaian oleh milisi Houthi.
“Hanya dua hari setelah protes dimulai, seorang petugas UNHCR keluar dan memberi tahu kami bahwa mereka juga pengungsi seperti kami di sini, tamu yang tidak mampu melakukan apa pun," ujarnya.
Dia memberi tahu kami bahwa sejak 2016, file pengungsi berada di tangan milisi Houthi.
Tidak terpengaruh, kerumunan itu menolak untuk pergi, berkemah di luar gedung UNHCR selama beberapa minggu.
Kemudian, pada dini hari tanggal 2 April, milisi Houthi mengepung daerah tersebut, dan membubarkan para pengunjuk rasa dengan gas air mata dan peluru tajam.
“Mereka memukul kami, menyeret kami dengan paksa, mengambil sidik jari kami dan memotret kami, sebelum memuat beberapa dari kami ke dalam mobil dan mengantar kami ke kota Dhamar, " tambahnya.
"Di mana mereka meninggalkan kami di daerah pegunungan yang terjal,” kata Abdel Karim.
Abdel mengisahkan kejadian itu:
“Kami tidak tahu apa-apa dan tidak ada orang di sana."
"Kami terus berjalan"
"Kami tidak punya makanan, tidak ada air dan hampir tidak punya uang."
"Ketika kami berhenti di salah satu desa kecil, salah satu dari kami mendapat sebotol air, dan kami membagikannya kepada satu sama lain."
"Hanya ada cukup air untuk membasahi ujung lidah. "
Kelompok itu akhirnya berhasil sampai ke Aden dua hari kemudian.
Dari markas UNHCR di kota pelabuhan, Abdel Karim meminta untuk dibawa ke rumah sakit agar luka bakarnya dirawat.
Menurut Arafat Jibril, kepala OHRO, hanya 220 dari 2.000 tahanan di fasilitas penahanan pada hari kebakaran yang berhasil mencapai Aden. Nasib yang lainnya masih belum diketahui.
"Migran Afrika terus menghilang," kata Jibril kepada Arab News.