Berita Banda Aceh
Pasokan Banyak, Tapi Kedelai Makin Mahal, Pembuat Tahu dan Tempe Minta Pemerintah Subsidi Harga
“Harga normal kacang kedelai berkisar Rp 330.000/zak (50 Kg). Tapi sekarang di pasar harganya sudah mencapai Rp 545.000 – Rp 550.000/sak atau 50 Kg,”
Penulis: Herianto | Editor: Mursal Ismail
“Harga normal kacang kedelai berkisar Rp 330.000/zak (50 Kg). Tapi sekarang di pasar harganya sudah mencapai Rp 545.000 – Rp 550.000/sak atau 50 Kg,” ujar Zikra.
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Kalangan pembuat tahu dan tempe di Banda Aceh dan Aceh Besar mengatakan meski pasokan kacang kedelai di Banda Aceh dan Aceh Besar banyak.
Tepatnya pada minggu kedua Ramadhan 1442 Hijriah ini, tapi harga jual bahan baku utama pembuatan tahu dan tempe itu tetap tinggi di pasar.
Hal ini sebagaimana disampaikan pengusaha tahu dan tempe di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar, Zikra kepada Serambinews.com, Rabu (21/4/2021).
“Harga normal kacang kedelai berkisar Rp 330.000/zak (50 Kg). Tapi sekarang di pasar harganya sudah mencapai Rp 545.000 – Rp 550.000/sak atau 50 Kg,” ujar Zikra.
Ia mengatakan harga kacang kuning/kedelai saat ini sudah terlalu tinggi, sehingga membuat para pembuat tahu dan tempe, harus menaikkan harga jual tahu dan mengurangi ukuran produksi tempenya.
Pada saat harga kedelai masih Rp 330.000 – Rp 390.000/zak, harga jual tahu satu potong kepada pedagang keliling Rp 384i.
Kemudian pedagang tahu keliling jual kepada pelanggan Rp 500/biji.
Sekarang setelah harga kacang kuning naik menjadi Rp 545.000 – Rp 550.000/zak, harga jual tahu terpaksa harus dinaikkan menjadi Rp 500 per potong.
Kemudian pedagang keliling jual kepada pelanggan berkisar Rp 650 per potong.
Baca juga: Haji Uma Jenguk Lima Anak yang Disekap dalam Mobil oleh Penipu di Aceh Utara
Baca juga: Pemerintah Aceh akan Cek Semua Lembaga Keuangan, Untuk Pastikan Sudah Berubah ke Syariah
Baca juga: Raja Salman Serukan Iran Hentikan Ketegangan dalam Kesepakatan Nuklir 2015 di Wina
Harga tempe tetap, ukurannya yang dikurangi
Sedangkan harga jual tempe, kata Zikra, pihaknya tidak menaikkan, tapi ukuran dikurangi.
Kalau sebelum harga kacang kedelai melonjak, ketebalannya tempenya di atas 2 cm, sekarang dikurangi menjadi 1,5 cm, begitu juga ukuran panjangnya dikurangi 5 cm dari normalnya 20 cm menjadi 15 cm.
"Pengurangan tempe kita lakukan agar daya beli tempe tetap tinggi.
Sedangkan tahu tidak bisa dikurangi ketebalannya, karena kalau terlalu tipis, sulit untuk menjualnya, karena tahu, adalah sari pati kacang kedelai.
Sementara tempe, meski dikurangi ukurannya, terlihat masih tebal dan tidak mudah patah," jelas Zikra.
Ungkapan yang hampir serupa juga dilontarkan, Adi perajin tempe dan tahu di Banda Aceh. Sejak harga kacang kedelai naik, produksi tempe dan tahu, dikurangi dari 10 zak per hari, turun menjadi 5 zak per hari.
Alasannya beli bahan baku kacang kedelai 10 zak, harus ada duit Rp 5,5 juta, sementara omzet penjualan tempe dan tahu, tidak mencapai senilai itu per hari.
“Untuk kelanjutan usaha tahu dan tempe, di masa harga kacang kedelai sudah melonjak, produksinya saja yang dikurangi, untuk menyeimbangi antara pendapatan dengan pengeluaran,” ujarnya.
Zikra dan Adi, sangat berharap, pemerintah pusat dan daerah, memberikan perhatian kepada perajin tahu dan tempe, atas kenaikan harga kacang kedelai yang sudah terlalu tinggi ini.
Mereka menyarankan, salah satu caranya menyubsidi harga kedelai impor dan meningkatkan areal tanaman kacang kedelai di daerah.
Untuk Aceh, baru ada programnya 1.500 hektar, harusnya ditambah menjadi 15.000 hektare.
"Kalau areal tanaman kecang kedelainya seluas itu, pada saat panen, harga kacang kedelai tetap mahal, seperti harga yang terjadi saat ini di atas Rp 500.000/zak," sebutnya.
Diwawancarai Serambinews.com secara terpisah kemarin, Ucok, pedagang grosir kacang kedelai di Pasar Induk Lambaro, Aceh Besar, mengatakan kedelai yang dijual di Pasara Induk Lambaro saat ini adalah kedelai impor.
Harganya sudah sudah mahal.
Harga kacang kedelai tinggi, kata Ucok, karena produksi kedelai dalam negeri, sangat sedikit.
Negara ekspor kedelai seperti Thailand dan Amerika, mengetahui stok kedelai lokal telah menipis, mereka menaikkan harga.
Akibat kenaikan harga kecang kedelai, yang sangat terpukul adalah perajin/pembuat tempe dan tahu.
"Kami sebagai pedagang, kata Ucok, kalau beli di Medan mahal, maka jual di Aceh ikut mahal. Keuntungan yang kami ambil sangat tipis, jika harga kacang kedelai sudah tinggi.
Pedagang juga sangat memahami dampak dari kenaikan harga kacang kedelai yang sudah terlalu tinggi," sebut Ucok
Membuat produsen tahu dan tempe di desa, menghadapi masalaha berat. Mereka harus menurunkan produksi, menaikkan harga jual produksinya dan mengurangi ukuran tempenya.
Alasannya, jika harganya terlalu dinaikan, daya beli akan menurun. Begitu juga kalau ukurannya terlalu dikecilkan.
“ Salah satu cara untuk membantu perajin tahu dan tempe lokal, dan menekan harga jual kedelai impor dari Amerika dan Thailand.
Perlu meningkatkan produksi kedelai lokal, dengan menambah luas areal tanam kedelai sampai 10 kali lipat degan bibit unggul dan produktivitas tinggi dibanding bibit kedelai yang ada saat ini,” ujar Ucok. (*)