KRI Nanggala 402
Seluruh Kru Kapal Selam KRI Nanggala 402 Gugur & Janji Syahid dalam Hadis Nabi seperti Kata Ustadz
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, mengatakan, KRI Nanggala 402 mengangkut sebanyak 53 kru yang merupakan prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana.
Penulis: Yeni Hardika | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM - Sebanyak 53 kru Kapal Selama KRI Nanggala-402 dinyatakan gugur tenggelam bersama dengan kapal tersebut.
Dalam Islam, orang-orang yang meninggal tenggelam, termasuk dalam golongan orang-orang yang mati syahid.
Apa itu mati syahid, dasar hukum, dan siapa saja yang masuk dalam golongan mati syahid? Simak ulasannya dalam artikel ini.
Seperti diketahui, peristiwa tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 menyisakan duka mendalam tidak hanya bagi keluarga, tapi juga seluruh masyarakat Indonesia.
Semua awak kapal selam KRI Nanggala-402 dinyatakan gugur dalam musibah besar ini.
Panglima TNI, Marsekal Hadi Tjahjanto, mengatakan, KRI Nanggala-402 mengangkut sebanyak 53 kru yang merupakan prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana.
Yaitu terdiri dari 49 ABK, seorang komandan satuan dan tiga personel senjata.
"Prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat melaksanakan tugas di Perairan Utara Bali," ujar Panglima lirih.
Kapal Selam KRI Nanggala 402 yang sebelumnya hilang kontak pada Rabu (21/4/2021), dipastikan telah tenggelam atau subsunk pada Sabtu (24/4/2021).
Pernyataan tersebut didasari oleh bukti-bukti otentik, yaitu penemuan bagian KRI Nanggala-402 setelah dilakukan pemindaian oleh KRI Rigel.
Baca juga: KRI Nanggala 402 Terbelah di Kedalaman 838 Meter, Begini Video Ilustrasi Saat Kapal Selam Tenggalam
Dari hasil pemindaian menggunakan multibeam sonar dan magnetometer, ditemukan bagian-bagian badan kapal yang dipastikan milik KRI Nanggala-402.
"Telah diperoleh citra yang telah dikonfirmasi sebagai bagian dari KRI Nanggala-402 meliputi kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal MK11," kata Panglima.
Dari hasil penemuan itu, Panglima TNI menyimpulkan seluruh awak KRI Nanggala gugur.
"Berdasarkan bukti-bukti otentik tersebut dapat dinyatakan bahwa KRI Nanggala-402 telah tenggelam dan seluruh awaknya telah gugur," kata Panglima TNI dengan suara bergetar dan lirih.
Disamping itu, menurut Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono, sangat kecil kemungkinan bahwa seluruh awak kapal dapat diselamatkan.
Sebab, keberadaan kapal selam KRI Nanggala 402 ditemukan di kedalaman 838 meter.
Tentu ini menjadi pilu yang teramat dalam bagi keluarga terdekat kru, keluarga besar TNI dan seluruh masyarakat Indonesia.
Statusnya memang sudah dinyatakan gugur, tapi harapan akan mukjizat bagi prajurit-prajurit terbaik bangsa ini mungkin masih tetap bersemayam di dalam hati keluarga.
Baca juga: Seluruh Awak Kapal Selam KRI Nanggala-402 Gugur, Inilah Sejarah 9 Kapal Selam Nuklir yang Tenggelam
Kendati demikian, keluarga bisa sedikit bernapas lega, karena dalam Islam ada kondisi kematian yang sangat didambakan oleh umat muslim, yakni mati syahid.
Janji mati syahid dalam hadis Nabi
Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan Imam Muslim, Rasulullah bersabda, salah satu yang masuk dalam golongan orang yang mati syahid, ialah orang yang meninggal karena tenggelam.
Hadis Riwayat Muslim 1915 berbunyi sebagai berikut:
مَنْ قُتِلَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي سَبِيلِ اللهِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الطَّاعُونِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَمَنْ مَاتَ فِي الْبَطْنِ فَهُوَ شَهِيدٌ، وَالْغَرِيقُ شَهِيدٌ
Artinya:
“Siapa yang terbunuh di jalan Allah, dia syahid. Siapa yang mati (tanpa dibunuh) di jalan Allah dia syahid, siapa yang mati karena wabah penyakit Tha’un, dia syahid. Siapa yang mati karena sakit perut, dia syahid. Siapa yang mati karena tenggelam, dia syahid.” (HR. Muslim 1915).
Serambinews.com pada Minggu (25/4/2021) kemarin, menghubungi salah seorang ustadz untuk menanyakan perihal hadist tersebut.
Pimpinan Ponpes Babul Magfirah, Aceh besar, Ustad Masrul Aidi Lc yang dihubungi Serambinews.com mengatakan, bahwa hadist itu merupakan hadist sahih.
"Iya benar, hadist itu sahih," katanya menjawab pertanyaan Serambinews.com melalui pesan WhatsApp, Minggu (26/4/2021).
Baca juga: Ustaz Yusuf Mansur Janjikan Beasiswa Pesantren untuk Semua Anak Kru Kapal Selam KRI Nanggala-402
Akan tetapi ada pengecualian antara mati syahid karena berperang dan mati syahid dengan sebab lainnya.
Dikatakan Ustadz Masrul, jika seseorang memperoleh syahid selain karena peperangan, maka jenazahnya tetap harus dimandikan dan dishalatkan.
"Namun syahid yang selain mati dalam peperangan, jenazahnya tetap dimandikan dan disalatkan sebagaimana jenazah lainnya," terangnya.
Syahid di dunia dan di akhirat
Ustad Adi Hidayat dalam sebuah kajian yang videonya juga diunggah oleh kanal YouTube Audio Dakwah telah memaparkan mengenai status golongan syahid.
"Syuhada (orang yang mati syahid) ini dibagi kepada tiga golongan. Dua dibenarkan, satu diingkari," katanya seperti dikutip dalam salah satu video youTube Audio Dakwah.
Berikut adalah tayangan video lengkap penjelasan Ustad Adi Hidayat mengenai golongan orang yang mati syahid.
Golongan pertama ialah syuhada yang status syahidnya itu disebut di dunia dan juga diakui di akhirat.
"Jadi di dunia orang menyebutnya syahid, wafat syahid. Di akhirat pun statusnya syahid," terang Ustad Adi Hidayat.
Lalu golongan kedua yaitu syuhada statusnya syahid di akhirat, tapi di dunia hanya dianggap meninggal biasa.
"Umumnya orang tidak menyebutnya syahid (di dunia), taunya meninggal saja. Tapi statusnya disisi Allah Syahid. Jika dia, syaratnya beriman, beramal shaleh," sambungnya.
Baca juga: Denny Richi Gugur Bersama KRI Nanggala-402, Tinggalkan Istri Hamil Tua, Sempat Gelisah saat Pamitan
Bagi golongan ini tetap harus dishalatkan, dimandikan dan dikanfankan seperti jenazah lainnya, serta seluruh amalan sunnah lainnya sampai dikuburkan.
Kemudian golongan terakhir ialah syahid yang dianggap di dunia, namun di akhirat tidak diakui oleh Allah Swt status syahidnya.
"Ini yang saya katakan dua diakui, satu dicoret. yang dicoret ini banyak kemudian dalilnya," tambahnya.
Ustad Adi Hidayat kemudian menyampaikan, berdasarkan hadist yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim dari Abu Huraihah Ra, secara umum kata jenis syuhada itu ada lima, yaitu.
- meninggal sebab berjuang Fii Sabilillah, yakni orang-orang yang berjuang di medan perang atau berjuang dalam ilmu pengetahuan.
- meninggal karena wabah penyakit
- meninggal karena sakit yang luar biasa di perut
- meninggal karena tenggelam
- meninggal karena tertimpa reruntuhan.
Golongan-golongan itu, kata Ustadz Adi Hidayat, merupakan orang yang statusnya syahid di sisi Allah dengan syarat dalam keadaan beriman.
Meninggal di Bulan Ramadhan
Bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keistimewaan.
Diantaranya ialah sebagian pendapat ada yang menyebutkan, ada kebaikan bagi orang yang meninggal pada bulan ini.
Ustadz H Mursalin Basyah Lc Ma beberapa waktu lalu, saat mengunjungi studio Serambi Fm untuk mengisi acara Program Serambi Spiritual, juga pernah membahas mengenai orang yang meninggal di bulan Ramadhan.
Melansir Serambinews.com dalam artikel yang tayang pada 20 April 2021, Ustad Mursalin menyebutkan, meninggal pada hari Jumat dan dalam bulan Ramadhan menjadi salah satu tanda seseorang disebut meninggal khusnul khotimah.
Sementara jaminan apakah orang yang meninggal pada waktu itu masuk surga neraka neraka tetap merupakan keputusan Allah SWT.
"Namun harus juga diperhatikan, bagaimana dirinya semasa hidup, beribadah dengan baik dan meninggalkan semua yang dilarang Allah SWT atau hidup yang melampaui batas tidak mentaati perintah Allah SWT," tambahnya.
Semoga awak kapal selam KRI Nanggala 402 yang telah gugur termasuk dalam golongan syahid dan mendapat keistimewaan bulan Ramadhan. Wallahu'alam bishawab. (Serambinews.com/Yeni Hardika)