Luar Negeri
Tindakan Islamophobia Coret Dinding Masjid dengan Kalimat Kebencian, Pelaku Grafiti Diburu Polisi
Pelaku grafiti sebagai tindakan Islamophobia dicari pihak kepolisian setelah melakukan coret dinding masjid dengan kalimat kebencian.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Safriadi Syahbuddin
SERAMBINEWS.COM, NEW YORK - Pelaku grafiti kebencian sebagai tindakan Islamophobia dicari pihak kepolisian setelah melakukan coret dinding masjid dengan kalimat kebencian.
Melansir dari Anadolu Agency, Selasa (27/4/2021) pihak kepolisian wilayah Kota Moorhead, negara bagian Minnesota Amerika Serikat mencari tersangka grafiti kebencian.
Pelaku membuat grafiti (coretan) di sebuah masjid.
Petugas mendapatkan laporan tindakan vandalisme (perbuatan merusak) oleh staf di Masjid Pusat Islam Moorhead Fargo, pada hari Minggu (26/4/2021) sekitar jam 5:20 pagi waktu setempat.
Coretan-coretan kebencian diunggah pada medsos dan menimbulkan kecaman.
"Petugas menemukan pesan-pesan bernada kebencian yang diarahkan kepada penganut Islam, mereka mengecat pada beberapa area di luar gedung," kata pihak berwajib.
Baca juga: Kapan Malam Lailatul Qadar? Inilah Tanda-tanda dan Amalan Sunnah yang Dianjurkan
Kamera CCTV masjid juga merekam aksi pelaku, yakni menggunakan jaket dan topeng ski hitam, penyelidikan masih dilakukan kepolisian untuk mengungkapkan identitas pelaku.
Pada foto-foto tersebar di medsos, terlihat pelaku menulis kalimat-kalimat kebencian, menampilkan bahasa rasis dan tindakan Islamophobia.
Serangan dalam bulan Ramadhan ini dikecam oleh pemerintah kota Fargo, West Fargo, dilworth dan Moorhead dengan memberikan pernyataan bersama.
"Tindakan kriminal itu benar-benar bertentangan dengan nilai-nilai toleransi, rasa hormat, dan penerimaan yang kami anut di semua komunitas kami.
Vandalisme itu adalah tindakan kebencian keji, mereka menyerang pusat keagamaan selama bulan suci Ramadhan," kata pernyataan mereka.
Beberapa pemangku jabatan di beberapa kota itu juga menegaskan bahwa tidak akan ada toleransi di kota manapun bagi pelaku vandalisme.
"Tindakan kebencian baik menurut perkataan maupun perbuatan tidak memiliki tempat di kota ini," tutup pernyataan tersebut.
Baca juga: 1 Awak KRI Nanggala-402 Ternyata Saudara Prabowo Subianto: Kami Sekeluarga Selalu Mengenang Jasamu
Prancis Tingkatkan Keamanan pada Masjid
Prancis akan meningkatkan keamanan di sekitar tempat beribadah umat Muslim selama Ramadhan, karena adanya kuatnya islamophobia di negara tersebut.
Melansir dari Anadolu Agency, Senin (12/4/2021) menteri dalam negeri Prancis memerintahkan pihak berwajib untuk meningkatkan kewaspadaan di sekitar tempat ibadah umat Muslim.
Selain itu pula, menteri dalam negeri Prancis mengutuk perusakan pusat Islam dengan ungkapan-ungkapan kebencian.
"Ungkapan anti-Muslim yang tertulis di pusat budaya dan agama tidak dapat diterima. Kebebasan beribadah di Prancis adalah kebebasan mendasar," kata Menteri Dalam Negeri Prancis Gerald Darmanin, ketika melakukan kunjungan ke Pusat Kebudayaan Islam Avicenna, kota Rennes, Prancis.
Baca juga: Kemenkumham Dukung Usulan Waled Husaini, Bangun Lapas Narkoba di Pulo Aceh
Tempat ibadah telah dirusak beberapa hari sebelum dimulainya bulan Ramadhan dengan coretan-coretan Islamophobia.
Darmanin menyebut ia sengaja mengunjungi pusat Islam di Prancis untuk memperlihatkan kepedulian pemerintahan Presiden Emmanuel Macron dengan komunitas Muslim.
Dewan Ibadah Muslim Prancis (CFCM) mengatakan insiden di Rennes terjadi dua hari setelah serangan pembakaran masjid Arrahma di Nantes serta ancaman pembunuhan yang ditujukan kepada jurnalis Muslim Nadiya Lazzouni.
Menyebut tindakan demikian karena meningkatnya tindakan anti-Muslim, karena adanya perdebatan mengenai RUU mengenai prinsip Republik tanpa pandang bulu yang menargetkan Muslim.
Dalam sebuah pernyataan, CFCM mengatakan perdebatan tersebut menjadi forum kebencian dari semua lapisan masyarakat.
Slogan-slogan mengenai Islamophobia menjadi bagian dari gerakan separatis dan ideologinya Brenton Tarrant.
Baca juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam, Jokowi Diminta Evaluasi Kinerja Prabowo: Alokasi Anggaran Disinggung
Brenton Tarrant yang sebelumnya menembaki menembaki dua masjid di Christchurch, Selandia Baru pada Maret 2019, telah menewaskan 51 orang, dan diteorikan oleh para intelektual Prancis.
"Separatisme merupakan ancaman bagi negara kita dan sesama warga negara kita,"
Ia memperingatkan, sambil mengimbau umat Islam untuk waspada dan tidak terlibat dalam "pertarungan yang salah."
Baca juga: Sosok Jacques Carrisan, Pahlawan Prancis yang Dikubur di Sabang, Didatangi 2 Kapal Perang dan Dubes.
Baca juga: Elsa Teridap Penyakit Kelamin, Apa Itu Gonore? Ditulari Ricky, Rendi Jhon Idola Baru Ikatan Cinta,
Serangan pada Masjid
Menteri Dalam Negeri Prancis pada Minggu (11/4/2021) mengecam perusakan dinding masjid di kota barat Rennes dengan coretan Islamofobia, beberapa hari sebelum dimulainya bulan suci Ramadhan.
"Serangan terhadap Muslim adalah serangan terhadap Republik Prancis," kata Gerald Darmanin saat berkunjung ke masjid.
Memperhatikan bahwa Presiden Emmanuel Macron dan pemerintah menggambarkan serangan itu sebagai "menjijikkan," Darmanin mengatakan slogan yang dicat dengan cat semprot itu merupakan penghinaan terhadap Muslim dan Prancis.
Darmanin mengatakan bahwa pada 9 April, dia memerintahkan gubernur di negara itu untuk memastikan keamanan masjid.
Grafiti anti-Islam termasuk penghinaan terhadap Muslim.
Investigasi telah diluncurkan atas insiden tersebut.
Pada 9 April, Masjid Arrahma di kota Nantes Prancis menjadi sasaran serangan pembakaran, media lokal melaporkan. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: BERITA POPULER - Jadwal Cair THR, Biduan Dangdut Rudapaksa Remaja hingga Pemuda Nikahi PNS 53 Tahun
Baca juga: BERITA POPULER - Main 2X Sebelum Imsak, Joget Bareng, Persiraja, Hingga Bocah Aceh Utara disekap
Baca juga: BERITA POPULER- Satu Keluarga Jadi Bandar Sabu, Pasangan Selingkuh Berzina Hingga Kisah Polisi Turki