Harga Jeruk

Harga Jeruk di Banda Aceh Capai Rp 40.000/Kg, Ini Penyebabnya

Jeruk yang biasanya rata-rata harganya Rp 20.000 dan paling mahal Rp 25.000/kg, sekarang dijual dengan harga Rp 40.000/kg.

Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Ansari Hasyim
Pedagang buah menunggu pembeli di Pasar Buah Peunayong, Banda Aceh, Kamis (21/11). Harga jeruk madu kembali mengalami kenaikan akibat bencana erupsi gunung Sinabung, Sumatera Utara. Harga jeruk madu dijual Rp 25.000 per kilogram. SERAMBI/BUDI FATRIA 

Laporan Yarmen Dinamika | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Minggu kedua hingga ketiga puasa Ramadhan 1442 Hijriah di Banda Aceh ditandai dengan kelangkaan jeruk, baik jeruk madu asal Berastagi maupun jeruk keprok dari Aceh Tengah.

Akibatnya, harga jeruk melonjak antara Rp 40.000 hingga Rp 45.000 per kilogram (kg).

Sri Kurniati (47), pedagang buah di pinggir Jalan Panglima Nyak Makam, Lampinueng, Banda Aceh, yang ditanyai Serambinews.com, Rabu (28/4/2021) malam mengaku Banda Aceh memang sedang dilanda kelangkaan jeruk dalam sepekan terakhir.

“Lihatlah, biasanya di mana-mana orang yang jualan jeruk. Tapi sekarang sedang susah sekali mendapatkan jeruk. Jeruk langka, karena sedang tidak musim di Berastagi. Kalaupun ada harganya sangat mahal,” kata Sri Kurniati.

Ikatan Cinta RCTI 30 April 2021: Kondisi Aldebaran Buruk, Andin Sedih, Elsa Diteror Ricky & Nino?

Modus Ajak Kencan Wanita, Pria Ini Bawa Kabur Motor saat Korban Mandi, Tiga Perempuan Jadi Korban

Karena harga belinya tinggi, pedagang eceran terpaksa menaikkan harga jual.

Jeruk yang biasanya rata-rata harganya Rp 20.000 dan paling mahal Rp 25.000/kg, sekarang dijual dengan harga Rp 40.000/kg.

“Bahkan jeruk pilihan ukuran jumbo, isi enam buah per kilo, terpaksa kami jual dengan harga 45.000 rupiah per kilo. Itu pun sudah habis,” kata Sri.

Jeruk madu yang masih tersisa di gerobak buah miliknya adalah tipe sedang. Per kg isinya delapan buah. Inilah yang dihargainya Rp 40.000/kg.

Ia sadar harga itu terlalu tinggi untuk ukuran sekilo jeruk madu asal Berastagi, Sumatera Utara.

“Tapi kalau nggak dijual dengan harga seperti itu kami yang rugi, karena harga belinya memang tinggi,” ujar Sri.

Ia mengaku sudah bertanya tentang penyebab lonjakan harga tersebut kepada sejumlah pihak, terutama para pedagang buah di Banda Aceh yang rutin membeli buah dalam partai besar dari Berastagi.

“Menurut mereka, harga jeruk naik karena memang sedang tidak musim jeruk di Sumut,” kata Sri Kurniati, pedagang asal Jawa Barat yang merantau ke Banda Aceh.

Pedagang lainnya yang ditanyai Serambinews.com di Pasar Buah Peunayong juga mengaku sudah seminggu tak berjualan jeruk.

“Di bulan puasa ini permintaan jeruk sebetulnya tinggi. Tapi masalanya jeruk sedang langka, karena sudah dua minggu tak masuk jeruk dari Medan. Kalaupun sesekali ada, harganya mahal sekali. Hanya dengan harga jual 40.000 rupiah per kilo, barulah kita dapat untung. Itu pun tipis sekali,” kata Razali (34), pedagang buah di kawasan Peunayong.

Dalam keadaan normal, biasanya ramai pedagang buah di lintasan Teuku Panglima Nyak Makam, Lampineung, yang berjualan jeruk.

Demikian pula di kawasan Meunasah Manyang yang tak jauh dari Kantor Redaksi Harian Serambi Indonesia.

Saking banyaknya, jeruk berbagai ukuran terkadang digelar di atas terpal atau plastik di pinggir jalan.

Tapi dalam seminggu terakhir, pemandangan seperti itu tak lagi terlihat, baik di Banda Aceh maupun pinggiran Aceh Besar.

Sementara itu, jeruk keprok asal Aceh Tengah dan Bener Meriah yang sesekali dijual di Banda Aceh juga sama sekali tak terlihat di Banda Aceh dalam dua pekan terakhir. Setelah dicek ke pasar, kelangkaan jeruk keprok di Pasar Lambaro, Aceh Besar, ternyata juga sama penyebabnya dengan jeruk madu, yakni karena sedang tidak musim.

Seorang notaris di Aceh Besar yang berlibur satu keluarga ke Takengon Sabtu-Selasa lalu saat pulang ke Banda Aceh mengaku tidak berhasil membawa sekilo pun oleh-oleh jeruk keprok, meski banyak temannya yang memesan.

“Saya gagal mendapatkan jeruk keprok di sejumlah pasar di Takengon, karena memang sedang tidak musim,” kata Hj Siti Rahmah MKn, sang notaris tersebut, Kamis (29/4/2021) siang.

Untungnya di Takengon ia masih mendapatkan beberapa kilo jeruk madu asal Berastagi dengan harga Rp 25.000/kg.

“Oleh-oleh untuk teman-teman saya terpaksa diganti dengan jeruk madu. Mereka akhirnya senang juga dan bersyukur karena ternyata di Banda Aceh sedang krisis jeruk Berastagi,” demikian Siti Rahmah.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved