Breaking News

Internasional

Seruan Lockdown Nasional di India Terus Bergema, PM Narendra Modi Terus Mendapat Tekanan

Seruan untuk memberlakukan penguncian nasional terus bergema di seluruh India. Seiring kasus baru virus Corona dan kematian mendekati rekor tertinggi

Editor: M Nur Pakar
Tribunnews.com
Perdana Menteri India Narendra Modi 

SERAMBINEWS.COM, NEW DELHI - Seruan untuk memberlakukan penguncian nasional terus bergema di seluruh India.

Seiring kasus baru virus Corona dan kematian mendekati rekor tertinggi pada Senin (10/5/2021).

Sehingga, tekanan pada pemerintah Perdana Menteri Narendra Modi terus meningkat untuk memberlakukan lockdown.

Sebanyak 366.161 infeksi baru virus Crona dan 3.754 kematian dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan India turun sedikit dari puncak baru-baru ini.

Sehingga penghitungan menjadi 22,66 juta dengan 246.116 kematian.

Karena banyak rumah sakit bergulat dengan kekurangan oksigen dan tempat tidur yang akut.

Ditambah kamar mayat dan krematorium meluap.

Baca juga: Orang Kaya dan Kelas Menengah Kabur dari India, Risiko Virus Corona Baru Terancam Meluas

Para ahli mengatakan angka aktual India bisa jauh lebih tinggi daripada yang dilaporkan.

Tes sebanyak 1,47 juta pada Minggu (9/5/2021) untuk COVID-19 merupakan yang terendah bulan ini, menurut data dari Dewan Penelitian Medis India.

Angka tersebut dibandingkan dengan rata-rata harian 1,7 juta selama delapan hari pertama bulan Mei.

Namun, jumlah hasil positif dari tes tersebut tidak segera jelas.

Banyak negara bagian telah memberlakukan penguncian ketat selama sebulan terakhir dan yang lain membatasi pergerakan dan menutup bioskop, restoran, pub, dan pusat perbelanjaan.

Tetapi tekanan meningkat pada Modi untuk mengumumkan penguncian nasional seperti yang dia lakukan selama gelombang pertama infeksi tahun lalu.

Dia berjuang melawan kritik karena mengizinkan pertemuan besar di festival keagamaan dan mengadakan rapat umum pemilihan besar-besaran selama dua bulan terakhir bahkan ketika kasus-kasus melonjak.

"Kegagalan pemerintahan dalam proporsi epik dan bersejarah," kata Vipin Narang, seorang profesor ilmu politik di Massachusetts Institute of Technology (MIT) di Amerika Serikat, di Twitter.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved