Inilah Pasukan Elit Yanisari, Prajurit Sultan Muhammad al-Fatih Pembunuh Raja Dracula
Anggota Yanisari berasal dari para anak laki-laki Nashrani dari wilayah yang sudah ditaklukan oleh Turki Utsmani.
SERAMBINEWS.COM - Untuk memenuhi takdirnya merebut Konstantinopel, Sultan Muhammad al-Fatih (1453) alias Mehmed II dari Kekaisaran Turki Utsmani melakukan berbagai cara.
Yang paling kentara ialah pembuatan meriam raksasa, Dardanella Gun.
Meriam ini mampu melontarkan proyektil berupa bola besi dengan diameter 63 cm dengan radius tembak 2 km.
Setelah itu Sultan Mehmed II juga memerintahkan pasukannya membawa kapal-kapal melewati hutan sekitar Konstantinopel untuk mengitari Tanduk Emas yang dipagari rantai laut.
Paling berbahaya dari militer Sultan ialah pasukan elite Yanisari.
Yanisari dibentuk pada abad 14 dibawah kepemimpinan Murad I.
Baca juga: Beri Ucapan Lebaran Berbahasa Indonesia, David Beckham: Selamat Idul Fitri Mohon Maaf Lahir & Batin
Baca juga: Foto-foto Kondisi Gaza Setelah Dibombardir Israel, Warga Palestina: Drone dan Jet Terus Membombardir
Dikutip Sosok.ID dari History.com, ia merupakan pasukan infanteri modern pertama di Eropa karena bersenjatakan Musket, alias senapan api.
Anggota Yanisari berasal dari para anak laki-laki Nashrani dari wilayah yang sudah ditaklukan oleh Turki Utsmani.
Para anak-anak itu lalu dilatih sedari kecil untuk menjadi prajurit elite.
Latihan intens yang berlangsung lama membuat Yanisari menjadi satuan paling beken se-Eropa.
Saat merebut Konstantinopel dalam serangan final, Yanisari menjadi momok pasukan Romawi.
Kenekatan serta sikap tak takut mati membuat benteng Konstantinopel jatuh walau dijaga pasukan zirah Romawi.
Baca juga: Detik-detik Horor Israel Bom Kantor Al Jazeera dan AP di Gaza, Jurnalis: Beri Saya Waktu 10 Menit
Baca juga: Jangan Diabaikan, Ini 8 Tanda Pembengkakan Berbahaya di Tubuh

YanisariHurriyet Daily News
Setelah kampanye militer di Konstantinopel usai, Turki Utsmani ganti berperang melawan Raja Vlad III Dracula dari Rumania.
Untuk menghabisi si 'Penghisap Darah' tersebut, Mehmed II mengirim Yanisari ke Wallachia.