Internasional
Tentara Ethiopia Hancurkan Pemberontak Tigray dari Sudan
Tentara Ethiopia mengatakan sekelompok besar junta militer yang diduga bekas anggoka pemberontak Tigray telah dihancurkan.
SERAMBINEWS.COM, ADDIS ABABA - Tentara Ethiopia mengatakan sekelompok besar junta militer yang diduga bekas anggoka pemberontak Tigray telah dihancurkan.
Para pemberontak itu mencoba memasuki negara itu dari tetangganya, Sudan.
Jenderal Tesfaye Ayalew kepada Fana Broadcasting Corporate (FBC), Minggu (16/5/2021) mengatakan sekitar 320 militan mencoba memasuki Ethiopia melalui kota Humera di Tigray utara.
"Ada yang tewas kehausan di jalan, sebagian ditangkap, dan yang menolak menyerah dimusnahkan tentara," katanya.
Tigray terlibat dalam konflik pada November 2020.
Ketika Perdana Menteri Abiy Ahmed, pemenang Hadiah Nobel Perdamaian 2019, mengirim pasukan untuk menggulingkan Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF).
Dia menjanjikan kampanye militer singkat.
Tetapi, pertempuran terus berlanjut tanpa akhir.
Baca juga: Sudan Peringatkan Rencana Bendungan Ethiopia, Akan Ancam Nyawa 20 Juta Warganya
Dengan bukti pembantaian, kekerasan seksual secara brutal dan ketakutan akan bencana kemanusiaan.
Apalagi puluhan ribu pengungsi telah melarikan diri ke Sudan.
Sehingga Ethiopia terlibat dalam berbagai sengketa zona perbatasan.
Selain, pembangunan proyek pembangkit listrik tenaga air besar-besaran di Blue Nile.
Ayalew, menyebut pasukan itu sebagai "junta," yang menurut pemerintah Ethiopia mengacu pada TPLF.
Dia mengatakan pasukan itu dipimpin oleh mantan perwira pasukan pertahanan Ethiopia yang berbasis di AS yang berubah menjadi pengkhianat dan kelompok lain yang berbasis di Khartoum.
Dia menuduh perjanjian militer mengungkapkan junta telah bekerja secara diam-diam bersama dengan beberapa pemimpin Sudan dan perwira militer serta musuh Ethiopia.
Dia menggambarkan penghancuran pasukan, yang rinciannya tidak dapat dikonfirmasi secara independen oleh AFP, sebagai kemenangan besar, untuk tentara dan negara.
AFP pada Minggu (16/5/2021) telah menghubungi pemerintah Sudan, yang belum bisa dihubungi untuk dimintai komentar.
Khartoum sebelumnya membantah tuduhan membantu pasukan di Tigray.
"Kami sangat prihatin tentang peningkatan polarisasi politik dan etnis di seluruh negeri," kata Departemen Luar Negeri, Jumat.
Ethiopia kembali menunda pemilihan nasionalnya setelah beberapa partai oposisi mengatakan mereka tidak akan ambil bagian dan sebagai konflik wilayah Tigray.
Berarti tidak ada pemungutan suara yang diadakan di sana, yang semakin memperumit upaya perdana menteri untuk memusatkan kekuasaan.
Kepala dewan pemilihan nasional, Birtukan Mideksa, dalam pertemuan dengan perwakilan partai politik mengatakan pemungutan suara 5 Juni 2020 di negara terpadat kedua di Afrika akan ditunda.
Dengan alasan kebutuhan untuk menyelesaikan pencetakan surat suara, melatih staf dan mengumpulkan informasi pemilih.
Badan pemilihan mengatakan sekitar 36,2 juta orang telah mendaftar untuk memilih. Diharapkan hingga 50 juta orang akan melakukannya.
Ethiopia tahun lalu menunda pemungutan suara, tes pemilihan besar pertama untuk Abiy, dengan alasan pandemi Covid-19.
Baca juga: Menlu Mesir Tegaskan Tindakan Ethiopia Membatasi Hak Air Akan Jadi Bermusuhan
Ketegangan yang meningkat dengan para pemimpin wilayah Tigray, yang menyatakan mandat perdana menteri telah berakhir.
Kemudian menantang mengadakan pemungutan suara regional mereka sendiri yang oleh Ethiopia disebut ilegal.
Perdana menteri, yang memperkenalkan reformasi politik besar-besaran setelah menjabat pada 2018 dan memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian pada tahun berikutnya, telah berulang kali berjanji.
Pemilihan ini akan berlangsung bebas dan adil.
Abiy akan mempertahankan posisinya jika Partai Kemakmuran memenangkan mayoritas kursi di majelis nasional.
Tetapi pertanyaan tentang pemungutan suara telah berkembang.
Direktur kampanye untuk salah satu partai oposisi terbesar di Ethiopia, Yilkal Getnet dari Partai Demokrat Hibir Ethiopia, mengatakan partainya telah lama percaya.
Negara belum tidak siap untuk mengadakan pemilihan saat ini.
“Ada banyak tantangan perdamaian dan keamanan di seluruh negeri selain masalah perbatasan dengan Sudan,” kata Yilkal.
Baca juga: Presiden Mesir Tegaskan Bendungan Ethiopia Telah Menjadi Masalah Utama Negaranya
Dia menambahkan keselamatan jutaan orang masih dipertanyakan.
“Berbeda dengan pemikiran partai yang berkuasa, kami tidak percaya pemilu akan menyelesaikan masalah ini," katanya.
"Dialog nasional tentang berbagai masalah harus didahulukan," jelasnya.(*)