Konflik Palestina

Joe Biden Diam-diam Jual Senjata ke Israel Rp 10 Triliun, Dimuluskan Parlemen

Pemerintahan Presiden Joe Biden menyetujui potensi penjualan senjata berpemandu presisi ke Israel dengan nilai USD 735 juta atau Rp 10,5 Triliun.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Zaenal
AP
Joe Biden saat masih menjadi Wakil Presiden AS gelar konferensi pers dengan PM Israel, Benjamin Netanyahu. 

Undang-undang AS mengizinkan Kongres untuk menolak penjualan senjata, tetapi tidak mungkin melakukannya dalam kasus ini. 

Karena Israel termasuk di antara segelintir negara yang kesepakatan militernya disetujui dalam proses yang dipercepat.

Atas dasar itu periode pertimbangan selama 15 hari akan secepatnya ditutup sebelum anggota parlemen dapat mengeluarkan resolusi ketidaksetujuan.

Baca juga: Israel Bombardir Palestina, Mengapa Negara-negara Arab Hanya Diam Saja?

Negara Arab Diam, Mengapa?

Peperangan di Jalur Gaza antara tentara Israel dengan pasukan sayap Hamas Brigade Al Qassam masih terus berlangsung.

Serangan Israel ke jalur Gaza sejak Ramadhan lalu telah menimbulkan banyak korban.

Ratusan warga Palestina meninggal dunia dan ribuan lainnya luka-luka.

Namun, sampai saat ini negara-negara Arab belum melakukan langkah pasti dalam meredamkan konflik Israel-Palestina. Mengapa?

Dosen Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Ahmad Sahide mengatakan, diamnya negara-negara Arab karena memiliki ketergantungan sangat tinggi terhadap Amerika Serikat.

Padahal, AS memiliki lobi kuat Yahudi untuk menjaga politik luar negerinya, terutama dalam konflik Israel-Palestina.

Dengan kondisi itu, Palestina pun tidak memiliki dukungan politik dan strategi perjuangan yang kuat seperti Israel.

Baca juga: Demonstran Pro-Palestina dan Israel Bentrok di Montreal, PM Kanada Sebut Retorika Tercela

"Palestina tidak mempunyai strategi perjuangan seperti Yahudi dulu sewaktu awal menggagas untuk mendirikan negara Yahudi (Israel)," kata Suhedi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (16/5/2021).

"Orang-orang Yahudi saat itu melakukan penggalangan dana, mendekati negara-negara yang berpengaruh di kancah dunia," sambung dia.

"Selagi AS menjadi negara superpower dan negara-negara Islam mempunyai ketergantungan yang tinggi terhadap Amerika, maka Israel akan terus-terusan melakukan aksi brutalnya terhadap warga Palestina," jelasnya.

"Mengurangi tingkat ketergantungan tehadap AS tentu dimulai dengan mengembangkan sains, teknologi, dan ilmu pengetahuan," sambungnya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved