Sejarah Aceh
Hari Ini 18 Tahun Lalu, Aceh Darurat Militer, Perang Berakhir dengan Bencana Tsunami
Operasi ini dilakukan setelah GAM menolak ultimatum dua minggu untuk menerima otonomi khusus untuk Aceh di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia
Penulis: Subur Dani | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Salah satu peristiwa yang wajib dicatat dan diingat oleh masyarakat Aceh, adalah pemberlakuan Operasi Militer di Aceh 18 tahun silam tepatnya pada 19 Mei 2003.
Pada tanggal tersebut, Aceh dinyatakan sebagai daerah dengan status darurat militer.
Presiden Indonesia kala itu, Megawati Sukarnoputri menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 28/2003 tentang Darurat Militer di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang berlaku mulai Senin (19/5/2003) pukul 00.00 WIB.
Operasi militer ini diberlakukan untuk menumpas Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang saat itu disebut menolak tiga syarat yang diajukan pemerintah dalam perundingan di Tokyo, Jepang.
Dari berbagai sumber, ketiga syarat tersebut yakni menerima otonomi khusus, menyelesaikan Aceh dalam kerangka negara kesatuan RI, dan meletakkan senjata.
Operasi militer Indonesia di Aceh ini disebut operasi terpadu oleh Pemerintah Indonesia.
Dilansir wikipedia.com, operasi ini dilancarkan Indonesia untuk melawan Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dimulai pada 19 Mei 2003 dan berlangsung kira-kira satu tahun.
Operasi ini dilakukan setelah GAM menolak ultimatum dua minggu untuk menerima otonomi khusus Aceh di bawah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Operasi ini merupakan operasi militer terbesar yang dilakukan Indonesia sejak Operasi Seroja di Timor Timur (kini negara Timor Leste) pada tahun 1975.
Dan melalui operasi ini, pemerintah mengumumkan terjadinya kemajuan yang berarti, dengan ribuan anggota GAM terbunuh, tertangkap, atau menyerahkan diri.
Baca juga: VIDEO AJI dan Pewarta Foto Indonesia (PFI) Aceh Gelar Pameran Foto Masa Konflik Aceh
Baca juga: Sejak Konflik Aceh, Dua Sekolah di Aceh Barat Tutup, Ini Harapan Kadis Pendidikan
Berakhir karena Bencana
Operasi ini masih terus berlangsung hingga ketika gempa bumi dan tsunami mahadahsyat menghancurkan Aceh pada 26 Desember 2004.
Bencana membawa hikmah, begitulah banyak orang menyebutnya.
Gempa bumi dan tsunami yang meluluhlantakan bangunan dan merenggut seratus ribu lebih nyawa dan triliunan harta benda rakyat Aceh, menjadi awal dari terbukanya kembali jalan menuju Aceh yang damai.
Tragedi terbesar di abad ini telah mendorong para pihak GAM dan Pemerintah Indonesia, untuk menanggalkan sikap ego dan saling unjuk kekuatan.