Sukses Berkarier di RS Australia, Sempat Gagal ke Belanda dan Jual Semua Aset
Ridwan kini bekerja sebagai perawat pada salah satu rumah sakit ternama di Melbourne, kota dengan populasi penduduk terbanyak kedua di Australia
"Kata kakak saya, kalau saya yakin, jual aja semua yang saya punya dan fokus ikut kuliah. Kalau seandainya gagal, maharnya akan dia jual supaya saya bisa mulai kehidupan lagi di Jakarta," ujar Ridwan dengan nada sedih. Berkat dukungan sang kakak, Ridwan akhirnya memutuskan menjual semua aset yang dia miliki di Jakarta, termasuk barang-barang isi rumahnya seperti televisi, kulkas, kompor hingga kasur. Total penjualannya dia gunakan untuk menopang kehidupannya selagi fokus mengikuti kursus Bahasa Inggris secara gratis di kampusnya selama 4 bulan.
"Saya masih ingat totalnya (jual aset) Rp 5.400.000. Sudah saya target cukup untuk hidup 4 bulan. Tapi, setelah putuskan itu, ada teman yang ngajak tinggal di rumahnya. Uang saya disuruh simpan," ceritanya. Pada tahun 2006, dia pun berhasil lulus dan berangkat ke Australia.
Diakui Ridwan, dia begitu ingin bekerja di Australia agar bisa menghasilkan uang dengan cepat dan bisa digunakan untuk membahagiakan kedua orang tuanya. Saat berangkat ke Australia pada awal Januari 2006, Ridwan sempat ditahan dan diperiksa secara ketat di bandara selama 3 Jam, yang ketika itu sedang dalam penjagaan ketat usai heboh kasus bom Bali.
"Kebetulan nama saya waktu itu Ridwan Muhammad Amin, ada Muhammad-nya. Saya juga berjenggot. Saya sempat ditahan di bandara, diperiksa sampai ditelepon ke intelkom, ke mabes. Ditanya riwayat hidup saya di Jakarta, di Indonesia itu gimana," tambahnya.
Di balik semua rintangan yang dihadapi, Ridwan percaya bahwa jika sudah rezeki, apapun masalahnya tetap akan sampai. Yang lebih penting lagi, katanya, kesuksesan yang diraih tak lepas dari kekuatan doa dari orang tua. "Saya punya prinsip dari dulu sampai sekarang, sama keluarga dan adik-adik saya juga selalu bilang ini: Ridhallahi fii ridhal wa lidain. Kalau ibubapakmu ga ridha sama kamu, kamu tu ga pernah tenteram dengan hidupmu," ujarnya.
Kini, dia sudah bahagia dan bangga menjalani pekerjaan sebagai perawat. Dia pun sudah mengambil gelar profesi di University Technology of Sydney (UTS) selama 9 bulan. Ridwan juga tak lupa membagikan kalimat semangat dan motivasinya untuk bisa sukses berkarier di luar negeri sebagai penutup ceritanya. "Pertama, minta restu pada orang tua. Kedua, siapa yang bersungguh-sungguh pasti bisa. Orang yang ke Australia itu ada dua, orang paling pintar atau orang paling kaya. Karena kuliah di sana mahal sekali," ungkap Ridwan.
"Tapi kenapa si Ridwan yang orang bodoh dan miskin ini bisa kesana. Menurut saya karena saya suka bergaul dan kalau bekerja ya ikhlas saja. Intinya jangan bersaing untuk menggapai cita-cita, tapi kolaborasi untuk bisa capai satu tujuan. Kompetitif itu imagenya kan saling menjatuhkan," pungkasnya. (yenni hardika)