Berita Subulussalam

Digeluti Mayoritas Masyarakat Subulussalam, Sawit Jadi Penopang Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19

Pasalnya, sejak virus asal Wuhan, China ini merebak di Indonesia Maret 2020, membuat masyarakat tak terkecuali di Subulussalam harus menelan pil

Penulis: Khalidin | Editor: Mursal Ismail
SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN        
TANDAN Buah Segar (TBS) Kelapa Sawit milik petani di Kota Subulussalam dalam proses untuk dimuat ke truk pengangkutan  

Pasalnya, sejak virus asal Wuhan, China ini merebak di Indonesia Maret 2020, membuat masyarakat tak terkecuali di Subulussalam harus menelan pil pahit akibat penurunan pendapatan.

Laporan Khalidin | Subulussalam

SERAMBINEWS.COM, SUBULUSSALAM - Pandemi Coronavirus Disease 2019 berimbas pada sektor ekonomi masyarakat, termasuk di Kota Subulussalam.

Pasalnya, sejak virus asal Wuhan, China ini merebak di Indonesia Maret 2020, membuat masyarakat tak terkecuali di Subulussalam harus menelan pil pahit akibat penurunan pendapatan.

Hal itu sebagaimana disampaikan Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia atau Apkasindo Kota Subulussalam, Subangun Berutu kepada Serambinews.com Sabtu  (29/5/2021).

Subangun mengatakan jika tanaman kelapa sawit jadi penyangga ketahanan dan ekonomi masyarakat di sana.

Dia menjelaskan dampak resesi sangat dirasakan oleh sebagian besar warga kelas menengah ke bawah.

Hal ini dikarenakan mereka sangat bergantung pada upah maupun pendapatan harian dan tidak memiliki simpanan yang memadai.

Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN)
Ketua Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) Kota Subulussalam, Subangun Berutu (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN) (SERAMBINEWS.COM/KHALIDIN)

Baca juga: Akhirnya, Terungkap Jadwal Rizky Billar dan Lesti Kejora Lamaran, Disiarkan Langsung di Televisi

Baca juga: Viral Video Syur Gadis Usia 15 Tahun Tawarkan Diri untuk Dibooking, Kini Diamankan Bersama Satu Pria

Baca juga: Khabib Tolak Rp 1,4 Triliun Lawan Mayweather, Matt Serra Maklum dan Singgung Tentang Kualitas Hidup

Beruntung, di Kota Subulussalam usaha tanaman kelapa sawit masih menjanjikan karena harga Tandan Buah Segar (TBS) yang stabil di tengah pandemi Covid-19.

Pasalnya, Kota Subulussalam mayoritas masyarakatnya menggeluti usaha perkebunan kelapa sawit.

Subangun menambahkan, tanaman kelapa sawit menjadi primadona masyarakat Kota Sada Kata itu sejak era tahun 2000-an silam.

Kini, rata-rata masyarakat mulai kalangan bawah hingga menengah atas memiliki kebun kelapa sawit.

Bahkan, para pengusaha, Aparatur Sipil Negara (ASN) hingga pejabat di Kota Subulussalam umumnya juga memiliki usaha samping berupa kebun kelapa sawit.

Bahkan Subangun menyampaikan jika harga TBS di kota hasil pemekaran dari Aceh Singkil itu kini menyentuh yang ditetapkan pemerintah.

Apa yang disampaikan Subangun bukan tanpa alasan. Pasalnya, sejak pandemi Covid-19, bisnis TBS kelapa sawit lah yang paling bertahan dari gempuran ekonomi global.

Bahkan, sampai saat ini menurut Subangun harga TBS kelapa sawit masih relatif stabil, meski dalam sepekan terakhir terjadi penurunan.

Penurunan harga TBS kelapa sawit ini setelah sempat mengalami lonjakan hingga Rp 1.950 per kilogram di tingkat pabrik.

Subangun menjelaskan, penurunan harga TBS kelapa sawit di Subulussalam tidak terlalu signifikan. Kendati demikian dia berharap harga ini kembali melonjak dan mencapai Rp 2.500 per kilogram.

Menurut Subangun, sejauh ini belum ada perubahan drastis terkait harga TBS kelapa sawit di kota yang dijuluki Tanah Syekh Hamzah Fansury tersebut.

Kondisi ini dinilai sangat membantu petani kelapa sawit di tengah gempuran ekonomi selama masa pandemic.

Subangun pun berharap agar harga TBS di Subulussalam kembali naik bahkan dapat melampaui Rp 2.500 per kilogram demi ketahanan ekonomi masyarakat di sana.

Pasalnya, di Provinsi Sumatera Utara dan Jambi, harga TBS kelapa sawit saat ini mencapai Rp 2.500 per kilogram bahkan lebih.

Sayangnya di Aceh, termasuk Kota Subulussalam pihak pabrik masih terkesan belum bersedia mematuhi permentan terkait stabilitas harga TBS kelapa sawit masyarakat.

Pria yang akrab disapa Akeng ini juga berharap  pihak perusahaan untuk meningkatkan kepedulian sosial terhadap masyarakat di sekitar perkebunan, dalam upaya pencegahan penyebaran dan mengatasi dampak sosial ekonomi dari wabah Covid19. 

“Sejauh ini harga TBS kelapa sawit masih stabil, kita berharap jangan sampai anjlok karena ini jadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat selama pandemic covid-19,” ujar Subangun.

Subangun menjelaskan mengapa sawit menjadi penyangga terakhir pertahanan ekonomi masyarakat di tengah krisis akibat pandemic.

Tanaman kelapa sawit katanya, menjadi salah satu usaha paling banyak banyak digeluti masyarakat Subulussalam sehingga menjadi tumpuan utama ekonomi penduduk di daerah tersebut.

Lantaran itu, Subangun berharap juga kepada pemerintah pusat, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit (Gapki) maupun daerah agar dapat menjaga kestabilan pasar harga CPO ini.

Di samping seluruh PMKS juga wajib mengikuti protokoler kesehatan dan terus berupaya membantu meringankan beban petani yang juga terdampak langsung.

Apalagi, lanjut Subangun sebenarnya  produk turunan Cpo juga saat ini sangat dibutuhkan disaat pandemi covid-19.

Dia mencontohkan kebutuhan pangan & non pangan, antara lain minyak goreng, margarine, sabun, hand sanitizer, gliserin, Bio Diesel (pasar domestik).

Semua ini menurut Subangun merupakan produk turunan CPO yang berasal dari kelapa sawit. (*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved