Internasional
Warga Mosul Khawatirkan Kembalinya Ratusan Keluarga ISIS, Mimpi Buruk Akan Muncul Lagi
Warga Kota Mosul, Irak mulai mengkawatirkan kembali ratusan keluarga ISIS dari Suriah. Kembalinya mereka yang sempat bergabung dengan kelompok ISIS
SERAMBINEWS.COM, MOSUL - Warga Kota Mosul, Irak mulai mengkawatirkan kembali ratusan keluarga ISIS dari Suriah.
Kembalinya mereka yang sempat bergabung dengan kelompok ISIS dari Suriah ke Mosul telah memicu ketakutan di antara penduduk yang selamat dari kengerian pemerintahan ISIS.
Sekitar 300 orang dari 90 keluarga meninggalkan kamp Al-Hol yang dikelola Kurdi di timurlaut Suriah pada Selasa (25/5/2/021).
Tentara Irak mengawal mereka saat kembali Mosul, kata seorang pejabat pemerintah Kurdi kepada AFP, Jumat (28/5/2021) tanpa menyebut nama.
Itu menjadi pemulangan pertama keluarga Irak dari kamp, yang menampung lebih dari 60.000 orang.
Termasuk kerabat militan ISIS dan datang sebagai bagian dari kesepakatan antara Baghdad dan koalisi multinasional yang memerangi milisi.
Namun tindakan tersebut telah menimbulkan mimpi buruk bagi banyak warga Mosul.
Selama tiga tahun, Mosul menjadi jantung "kekhalifahan" yang diproklamirkan sendiri oleh ISIS.
Pejuang ISIS memberlakukan interpretasi ketat terhadap hukum syariah.
Muslim, melarang musik dan merokok dan memberikan hukuman brutal, termasuk pemenggalan di depan umum, bagi mereka yang melanggar.
Baca juga: Irak Pulangkan 100 Keluarga ISIS dari Kamp Pengungsi Suriah, Penuhi Permintaan AS
"Kami sangat menentang kepulangan mereka," kata Omar, seorang tentara berusia 28 tahun, yang ayahnya dibunuh ISIS.
"Masa depan kami gelap dan berbahaya karena para militan akan tinggal lagi di dekat kami," kata Omar, yang menolak memberikan nama belakangnya karena alasan keamanan.
Irak secara resmi mengumumkan kemenangan melawan ISIS pada akhir 2017.
Beberapa bulan setelah mengusir para milisi ISIS dari Mosul, Ibu Kota Provinsi Nineveh.
Pejabat pemerintah Kurdi Suriah mengatakan keberangkatan itu menandai "gelombang pertama" keluarga Irak untuk meninggalkan Al-Hol.
Keluarga-keluarga itu dikirim menuju Qayyarah, sebuah daerah di selatan Mosul yang menjadi rumah bagi kamp Al-Jadaa.
Kamp itu menampung hampir 7.500 orang terlantar dan keluarga para jihadis di dua wilayah terpisah, kata kementerian Irak untuk para pengungsi.
"Bagaimana kami bisa menerima mereka kembali sementara banyak orang masih berduka untuk setidaknya satu anggota keluarga mereka yang hilang oleh ISIS dan tubuhnya tidak pernah ditemukan?" kata Omar.
Kurdi Suriah telah berulang kali mendesak komunitas internasional.
Uuntuk memulangkan warga negara asing yang ditahan di timur laut negara itu.
Tetapi seruan itu sebagian besar tidak didengarkan.
Baca juga: Menuduh Negara Teluk Bawa ISIS ke Arab, Menteri Luar Negeri Lebanon Mengundurkan Diri
Warga Irak merupakan hampir setengah dari penduduk Al-Hol, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
"Merupakan tugas negara untuk menerima warga Irak yang dipulangkan dan menempatkan mereka di kamp-kamp yang ada sebelum mengintegrasikan ke daerah asal mereka," kata Evan Gabro, Menteri Migrasi dan Pengungsi.
Direktur administrasi distrik Qayyarah Salah Hasan Al-Jubburi berusaha meyakinkan warga.
"Keluarga tidak mewakili bahaya keamanan, meskipun saya memahami tentangan populer karena mereka berasal dari Al-Hol," kata Jubburi.
Dia mengatakan sebagian besar pendatang adalah wanita dan anak-anak.
Hampir semuanya berasal dari provinsi tetangga Anbar, yang juga bekas benteng pertahanan ISIS.
“Hanya ada empat atau lima keluarga yang berasal dari Niniwe,” kata Jubburi.
Ali Al-Bayati, anggota komisi hak asasi manusia Irak, mengatakan ketakutan warga berasal dari kurangnya transparansi.
“Tidak ada yang tahu apakah orang-orang ini telah diinterogasi atau apakah mereka akan diselidiki,” katanya.
"Sebelum menerima mereka, pihak berwenang seharusnya memastikan tidak ada dari mereka yang dituntut atau telah melakukan kejahatan," jelasnya.
Omar Al-Husseini, aktivis hak asasi manusia dari Mosul, menyatakan skeptis.
"Pemerintah harus berhati-hati karena keluarga tersebut telah menghabiskan waktu bertahun-tahun di kamp Al-Hol di bawah pengaruh militan."
"Apakah negara mampu mengintegrasikan mereka dan yang terpenting, melindungi masyarakat?"
"Lebih dari tiga tahun setelah Irak menyatakan ISIS dikalahkan, hampir 1,3 juta orang tetap mengungsi, seperlima dari mereka di kamp-kamp," menurut PBB.
Baca juga: AS Khawatirkan Bibit Muda ISIS Muncul di Kamp Suriah, Minta Irak dan Negara Lain Pulangkan Warganya
Pihak berwenang Irak telah mempercepat penutupan kamp dalam beberapa bulan terakhir.
Tetapi Organisasi Internasional untuk Migrasi mengatakan banyak penduduk tidak dapat kembali ke rumah karena mereka sering dituduh memiliki hubungan dengan ISIS.
Bagi Omar sang prajurit, hidup bersama para pengungsi yang kembali akan menjadi "mustahil".
“Mereka masih menyimpan ide-ide ekstremis,” katanya.(*)