Meuntroe Amir Rashid, Abang Wali Nanggroe Tengku Malik Mahmud, Meninggal Dunia di Singapura
Menurut cucu yang tak mau namanya dipublikasi itu, almarhum meninggal hari ini, Jumat, pukul 6 atau sekitar pukul 05.00 WIB di Singapura.
Penulis: Yarmen Dinamika | Editor: Amirullah
Laporan Yarmen Dinamika l Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Satu lagi tokoh Aceh di luar negeri meninggal, yakni Teungku Haji Amir Rashid bin Mahmood.
Beliau adalah abang kandung dari Tengku Malik Mahmud Al-Haythar yang saat ini menjabat Wali Nangroe Aceh.
Kabar duka itu diterima Serambinews.com, Jumat (4/6/2021) pagi dari salah seorang kerabat dekatnya di Banda Aceh.
Menurutnya, almarhum meninggal hari ini, Jumat, pukul 6 atau sekitar pukul 05.00 WIB di Singapura.
Almarhum memang lahir di negara jiran tersebut dan hingga akhir hayatnya merupakan warga negara Singapura.
"Beliau lahir tahun 1926 dan meninggal dalam usia 95 tahun, karena sakit, faktor usia," kata perempuannya tersebut.
Baca juga: Berulah Lagi, KKB Papua Bakar Tower Bandara Aminggaru, Sejumlah Fasilitas Rusak
Baca juga: Pasangan Pengantin Baru Meninggal dengan Leher Tergorok, Ditemukan di Kamar
Semasa hidupnya, Teungku Amir biasa dipanggil dengan Meuntroe Amir. Ia dikenal luas di kalangan diaspora Aceh di Singapura maupun Malaysia.
Almarhum tidak meninggalkan istri dan anak karena tidak berkeluarga.
"Beliau anak sulung dari empat bersaudara. Meninggal karena sakit (faktor usia) di sebuah rumah sakit di Singapura. Beliau tidak berkeluarga," tambahnya lagi
Menurutnya, bahasa Aceh Meuntroe Amir fasih dan masih sangat asli, belum tercampur pengaruh bahasa Indonesia ataupun Melayu, bahkan bahasa asing.
Nama Meuntroe Amir juga dikenal luas di kalangan generasi pertama Gerakan Aceh Merdeka (GAM), karena adik kandungnya, Malik Mahmud, berkedudukan sebagai Perdana Menteri atau Meuntroe Utama dalam struktur Aceh Merdeka generasi pertama yang dideklarasikan Dr Muhammad Hasan Di Tiro tahun 1976.
Ayahnya, Mahmood atau Mahmud Al-Haythar merupakan pengusaha asal Aceh yang terkenal pada masanya di Malaysia dan Singapura.
Baca juga: Terlibat Cekcok, Oknum TNI AD Tembak Seorang Pemuda hingga Tewas
Ketika Tgk Daud Beureueh mendeklarasikan DII/TII tahun 1953 di Aceh, ia menunjuk Mahmud Al-Haythar sebagai Atase Perdagangan Darul Islam Aceh untuk kawasan Malaya.
Saat itu, Singapura masih menjadi bagian Malaysia dan terpisah menjadi republik yang berdaulat pada 9 Agustus 1965.