Garuda Tunggak Gaji Karyawan Rp 328 Miliar, Pesawat yang Dioperasikan Tinggal 53 Unit
Kemudian perseroan juga melakukan program pensiun dipercepat kepada karyawan dengan kriteria pendaftar 45 tahun ke atas yang dilaksanakan pada 2020.
SERAMBINEWS.COM, JAKARTA - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tercatat menunggak pembayaran gaji karyawannya sebesar US$23 juta atau sebesar Rp 328,3 miliar (kurs Rp14.316/US$) sampai 31 Desember 2020 lalu.
Tunggakan itu terjadi akibat penundaan pembayaran gaji yang dilakukan manajemen dalam rangka efisiensi.
"Sebagai respons terhadap tekanan kinerja imbas situasi pandemi, terhitung dari April hingga November 2020, perseroan telah melakukan penundaan pembayaran penghasilan pada 2020," tulis manajemen Garuda dalam keterbukaan informasi seperti dikutip, Kamis (10/6/2021).
Tunggakan gaji tersebut terjadi mulai dari level direksi dan komisaris hingga staf.
Manajemen Garuda merinci untuk direksi dan komisaris, penundaan pembayaran gaji dilakukan sebesar 50 persen setiap bulannya. Kemudian untuk vice president, captain, first office, dan flight service manager sebesar 30 persen.
Untuk level senior manager, penundaan pembayaran gaji diberlakukan sebesar 25 persen. Sementara untuk flight attendant, expert dan manager sebesar 20 persen.
Baca juga: Utang Garuda Indonesia Tembus Rp70 Triliun, Terkuak Inilah Biang Keroknya
Baca juga: Beban Per Bulan Rp 2,15 triliun Sedangkan Pendapatan Cuma Rp 715 Miliar, Garuda Indonesia Salah Urus
Baca juga: Kini Terlilit Utang, Berikut Sejarah Garuda Indonesia, Berawal dari Sumbangan Emas Rakyat Aceh
Terakhir untuk penundaan gaji duty manager dan supervisor sebesar 15 persen. Sedangkan staff (analyst, officer atau setara) dan siswa, penundaan pembayaran gaji yang dilakukan sebesar 10 persen.
"Estimasi dari jumlah tunjangan gaji yang saat ini ditunda atau belum dibayarkan per 31 Desember adalah sebesar US$23 Juta," jelas manajemen.
Selain menunda pembayaran gaji, langkah lain yang dilakukan perseroan dalam rangka efisiensi keuangan antara lain penyelesaian kontrak dipercepat untuk pegawai dengan status kontrak/PKWT.
Kemudian perseroan juga melakukan program pensiun dipercepat kepada karyawan dengan kriteria pendaftar 45 tahun ke atas yang dilaksanakan pada 2020.
Perusahaan juga melakukan penyesuaian mekanisme kerja untuk pegawai work from home dan work from office.
"Kesepakatan restrukturisasi kewajiban usaha antara perseroan dengan beberapa BUMN dan juga lessor tentunya turut berkontribusi dalam menjaga keberlangsungan operasional perseroan dapat terjaga," kata manajemen.
Selain menunda pembayaran gaji, manajemen Garuda juga telah memangkas jumlah armada pesawat yang dioperasikan.
Hal itu disesuaikan dengan kondisi pasar dan permintaan layanan penerbangan, khususnya berkaitan dengan diberlakukannya beberapa kebijakan pembatasan pergerakan masyarakat, antara lain melalui penyesuaian/pengurangan frekuensi penerbangan hingga optimalisasi penggunaan armada untuk rute padat penumpang.
Baca juga: 11 Orang Tewas Akibat Gedung di Mumbai India Ambruk, Korban Jiwa Termasuk 8 Anak-anak
Baca juga: Istri Menteri Hukum dan HAM Yasonna Laoly Meninggal Dunia
Baca juga: Pembangunan Kantor Baru Bupati dan DPRK Aceh Utara Butuh Enam Tahun, Sempat Terhenti Pada Tahun 2019
Saat ini total jumlah pesawat Garuda mencapai 142, terdiri dari 136 pesawat sewa dan 6 pesawat milik sendiri. Dari total 142 pesawat itu, yang dioperasikan hanya 53 unit atau 37,3 persen.