Kupi Beungoh

Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (III)

Apa yang membuat kawan-kawan Nek Munah cs itu jarang sekali menderita penyakit jantung, diabetes, dan kanker?

Editor: Zaenal
KOLASE SERAMBINEWS.COM
Prof. Dr. Ir. Ahmad Humam Hamid, M.A, Sosiolog dan Guru Besar Universitas Syiah Kuala. 

Ahmad Humam Hamid*)

KETIKA ada kawasan-kawasan yang mempunyai suatu kemiripan tertentu, terutama seperti fenomena manusia usia lanjut yang telah berlansung sangat lama, maka pertanyaannya adalah apa yang membuat mereka berumur panjang?

Secara lebih spesifik, faktor apa saja yang telah menjadikan penduduk Okinawa Jepang, Loma Linda California, Nicoya Costa Rica, Sardinia Italia, dan Ikaria Yunani tidak hanya panjang umur, namun juga disertai dengan sehat, dan aktif bahkan setelah umur seratus tahun sekalipun.

Untuk lebih terang benderang lagi, kenapa Nek Munah cukup banyak di ke lima kawasan itu.

Apa yang membuat kawan-kawan Nek Munah cs itu jarang sekali menderita penyakit jantung, diabetes, dan kanker.

Hampir tak ada yang mempunyai dimentia-penyakit lupa, tidak menderita encok dan sakit tulang, dan bahkan mampu mengurus dirinya.

Orang tua di sejumlah kawasan itu sangat aktif.

Mereka berkebun, menggembalakan ternak, menanam bunga dan merawat taman, dan bahkan mempersiapkan makanan untuk dirinya sendiri dan pasangannya.

Pengamatan dan penelitian yang dilakukan oleh Dan Buetner yang dituangkan dalam buku Blue Zone menjelaskan kekhususan gaya hidup komunitas di masing-masing kawasan yang telah menjadi tradisi, dan berakar pada kondisi setempat.

Apa yang mereka kerjakan, apa yang mereka konsumsi, dan bagaimana kehidupan sehari-hari, mereka sama sekali tidak terlepas dari respons mereka terhadap lingkungan mereka hidup.

Di sebalik perbedaan gaya hidup yang dipraktekkan oleh masyarakat di ke lima kawasan itu, terdapat beberapa hal yang secara prinsip mempunyai kesamaan, untuk tidak disebut dengan kemiripan.

Namun ketika dijelaskan secara ilmu pengetahuan, apa yang dipraktekkan oleh mereka, memberikan bukti kuat penjelasan prestasi usia lanjut yang mereka miliki.

Baca juga: Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (I)

Baca juga: Nek Munah Pidie Jaya, KPK, dan Pembangunan Kita (II)

Rahasia Panjang Umur Zona Biru: Perbedaan dalam Kesamaan

Disebalik keragaman konsumsi harian dari masing-masing kawasan, secara umum, makanan utama di ke lima kawasan panjang umur itu berasal dari tumbuh-tumbuhan, yang bahkan mencapai 95 persen.

Semua sayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan berbagai jenis kacang polong diproduksi secara lokal, dan umumnya bebas dari bahan kimia.

Makanan utama, seperti ubi-ubian, beras, gandum, dan jali semuanya masih dalam bentuk yang belum “sangat terganggu” dengan teknologi pengolahan.

Menggunakan istilah “wholefood”-makanan alami yang tidak mendapat perlakuan pemurnian tehnologi, tidak lain umpama beras kakek nenek di Aceh, generasi Nek Munah.

Beras generasi Nek Munah adalah beras yang ditumbuk dengan “jeungki”-lesung, sehingga semua vitamin dan mineral, tidak terkelupas yang sangat berbeda seperti beras konsumsi hari ini.

Itu berlaku untuk semua biji-bijian yang dikonsumsi seperti gandum, dan jail-barley.

Sebagai perbandingan beras konsumsi, dan tepung gandum di tempat kita hari ini pada hakekatnya tak lebih sebagai “gula pasir” dalam bentuk tepung, sesuatu yang tidak pernah ada dalam kamus makanan harian di semua kawasan biru itu.

Itulah mungkin salah satu alasannya kenapa hari ini Aceh berada dalam empat besar diabetes nasional.

Apakah mereka tidak membutuhkan protein?

Ya, mereka tetap butuh protein dari hewan, seperti ikan, daging, telur, dan susu, termasuk yogurt, dengan sangat terbatas.

Namun porsi terbesar protein mereka didapatkan dari tumbuhan, terutama dari bebagai kacang, termasuk dari jenis polong-polongan.

Prinsip makan di semua tempat itu adalah pembatasan asupan kalori, tidak dalam jumlah banyak.

Bahkan di Pulau Ikaria Yunani, sebagai pemeluk Kristen Orthodoks yang taat menjalani puasa 150 hari per tahun.

Di tempat lain di kawasan Blue Zones, tradisi makan sedikit dengan interval antara makan pagi -makan malam yang mencapai 8 jam.

Oleh Dan Buetner, penulis buku Blue Zone dikategorikan sebagai intermitent fasting-puasa selang waktu.

Berkebalikan dengan budaya kita dengan istilah “geureuda”-istilah untuk rakus dan banyak makan, di Okinawa dikenal istilah sebaliknya, yakni “hara hachi bu”, makan sampai kamu kenyang, tetapi jangan sampai penuh dan sangat kenyang.

Para ahli menyebutkan ukuran “hara hachi bu” adalah 80 persen perut terisi.

Ciri lain yang paling menonjol dari ke lima kawasan panjang umur itu adalah masyarakat yang sangat sedikit stress, karena kehidupan berjalan tidak sangat cepat dan tergopoh-gopoh.

Ini artinya ada sebuah kondisi psikologi publik yang menikmati hidup dalam suasana damai, dan tidak terbebankan dengan berbagai tekanan internal, maupun internal.

Kurang atau jarang stress di tempat-tempat itu.

sebenarnya terjawab dengan dua ciri tambahan lain yang juga ditemui secara marata di kelima tempat itu.

Keutuhan dan keintiman keluarga sangat menonjol.

Bahkan dalam foto yang ditampilkan oleh majalah National Geography edit November 2005, ditampilkan acara makan siang keluarga besar empat generasi dalam sebuah meja panjang dari nektu-sampai kepada cot duduk berjajar di Sardinia.

Hal lain yang tidak kurang kalah pentingnya yang juga mungkin berkonstribusi kepada kurangnya stress di ke lima tempat itu adalah ikatan komunitas yang sangat kuat.

Ada kekompakan komunitas yang tidak biasa, yang ditemui baik di Okinawa, Loma Linda, Nikoya, Sardinia, dan Ikaria.

Kekerabatan sosial nampaknya lebih cocok digunakan sebagai penganti ikatan sosial yang menjadi ciri utama kehidupan masyarakat di ke lima kawasan ini,

Faktor utama lain yang membuat keunggulan panjang umur di ke lima zona biru itu, yang ditulis dengan huruf tebal adalah tingkat ketaatan beragama dari ke lima komunitas itu.

Dengan keragaman agama yang ada, Okinawa -shinto, Loma Linda -kristen adventist, Nikoya dan Sardinia- katholik, Icaria-kristen orthodox, terlihat pula praktek keagamaan mereka sangat kuat.

Loma Linda yang Kristen Adventist terkenal dengan ajaran makan makanan vegatarian- makanan pokok dari tanaman, dan meminimalkan bahan makanan dari hewan, terutama daging.

Di Ikaria Yunani, puasa 150 hari setahun adalah salah satu ajaran Kristen orthodox yang penting.

Penduduk Nicoya dan Sardinia adalah penganut katholik yang taat, terutama ibadah mingguan gereja.

Penduduk Okinawa yang beragama Shinto tak pernah lupa melakukan sembahyang harian di rumahnya, dan setiap makan selalu dimulai dengan doa.

Mereka juga kuat bermeditasi.

Baca juga: Nenek Tertua di Dunia Disuntik Vaksin Covid-19, Berusia 124 Tahun Asal India

Baca juga: Wanita Nebraska Berusia 114 Tahun Menjadi Orang Tertua di Amerika Serikat

Berbeda dengan praktek olah raga dalam kehidupan modern yang berasosiasi dengan permainan dan gymnaisum, di kelima zona biru itu tidak punya olahraga khusus.

Yang ada adalah kegiatan fisik harian yang ukurannya moderat, namun rutin sepanjang tahun.

Berjalan, menggembalakan ternak, mengurus pertanian keluarga, dan merawat bunga dan taman adalah contoh kegiatan yang mengerakkan tubuh dan membakar kalori.

Kegiatan itu dilakukan secara merata di semua tempat itu, walaupun umurnya sudah lebih dari 100 tahun.

Minum kopi ditemui secara merata di semua tempat zona biru itu.

Umumnya mereka minum kopi tiga kali sehari.

Konsumsi alkohol nyaris tak ada, jikapun ada dengan jumlah yang sangat sedikit.

Penduduk di zona biru itu juga tidak merokok.

Salah satu hal yang sangat  penting untuk dicatat adalah sikap mental, terutama dalam memandang kehidupan warga di kelima zona biru adalah bahwa mereka merasa hidup mereka berguna dan bermanfaat untuk dirnya, keluarganya, dan masyarakatnya.

Mereka mempunyai sense of purpose, merasa hidupnya berarti.

Barangkali perasaan itu pulalah yang membuat mereka tetap bersemangat, dan merasa tak perlu harus hidup di panti jompo seperti di banyak tempat negara maju.(*)

*) PENULIS adalah Sosiolog, Guru Besar Universitas Syiah Kuala.

KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved