Pojok Humam Hamid

MSAKA21: Jejak Panjang yang Sunyi, Aceh Sebelum Hindu–Buddha- Bagian VI

SEJARAH Aceh sering dimulai dari kisah-kisah besar.  Kerajaan Hindu-Buddha, kemunculan Samudra Pasai, atau kegemilangan Kesultanan Aceh Darussalam. 

Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM/HANDOVER
Tokoh masyarakat sipil Aceh, Ahmad Humam Hamid berpidato pada acara Peringatan 20 Tahun Perdamaian Aceh yang digelar ERIA School of Government di Jakarta, Kamis (14/8/2025). 

Oleh Ahmad Humam Hamid*)

SEJARAH Aceh sering dimulai dari kisah-kisah besar. 

Kerajaan Hindu-Buddha, kemunculan Samudra Pasai, atau kegemilangan Kesultanan Aceh Darussalam. 

Tetapi di balik itu ada bentangan waktu ribuan tahun yang sunyi, masa panjang sebelum huruf, kitab, dan kerajaan datang menancapkan otoritasnya. 

Masa inilah yang jarang disingkap, padahal justru di situlah akar-akar terdalam masyarakat Aceh bersemai.

Jauh sebelum agama-agama dunia hadir, wilayah ini telah dihuni oleh kelompok-kelompok manusia yang membawa bahasa, teknologi, dan sistem kepercayaan mereka. 

Gelombang awal itu adalah kelompok berbahasa Austroasiatic, sering disebut Melayu Tua.

Mereka tiba dari daratan Asia Tenggara, menyusuri Semenanjung Malaya dan Sumatra bagian utara. 

Mereka hidup dengan bercocok tanam sederhana, berburu, dan mengenal teknik batu. 

Dari mereka mungkin tersisa kosakata tertentu dalam bahasa Gayo, Alas, atau bahkan Aceh, yang menunjukkan lapisan tua yang tidak sepenuhnya tergantikan.

Baca juga: MSAKA21:Aceh Klasik- Migrasi Tiga Kulit Bawang dan Seribu Tahun Pertemuan Dunia - Bagian IV

Migrasi Austronesia

Lalu datang gelombang besar lain: para penutur Austronesia. 

Migrasi ini terjadi sekitar 4.000 tahun lalu, sebuah arus raksasa dari Taiwan ke Filipina, lalu ke Sulawesi, Kalimantan, hingga Sumatra. 

Mereka membawa perahu bercadik, teknik menenun, tembikar halus, serta sistem kekerabatan yang berbeda.

Aceh menjadi salah satu simpul yang mereka singgahi, bahkan mungkin mereka pilih sebagai hunian permanen. 

Perjumpaan Austroasiatic dengan Austronesia inilah yang menciptakan fondasi etnolinguistik Aceh pesisir, dan tengah yang kita kenal hari ini.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved