Berita Pidie
Begini Warga Geumpang Pertahankan Tradisi Bagi Pasangan Pengantin Baru Berumah Tangga
Warga Kecamatan Geumpang, Pidie masih mempertahankan tradisi pula u atau tanam buah kelapa telah bertunas bagi pengantin baru, yang berumah tangga
Penulis: Muhammad Nazar | Editor: Muhammad Hadi
Laporan Muhammad Nazar I Pidie
SERAMBINEWS.COM, SIGLI - Warga Kecamatan Geumpang, Pidie masih mempertahankan tradisi pula u atau tanam buah kelapa telah bertunas bagi pengantin baru, yang berumah tangga.
Tradisi pula u bagi pengantin baru merupakan simbol untuk menjaga keutuhan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.
Pula u itu dilakukan saat mengantar linto baro atau pengantin pria ke rumah dara baro atau pengantin wanita.
Di rumah dara baro, dilakukan pula u antara linto baro dengan dara baro.
Baca juga: Mantan Gubernur Aceh, Zaini Abdullah Positif Covid-19, Keluarga Keluhkan Pelayanan RICU RSUDZA
Tradisi warisan nenek moyang tersebut telah dilakukan warga Geumpang secara turun temurun.
Imum Mukim Geumpang, Nyak Cut, kepada Serambinews.com, Senin (14/6/2021) mengatakan, tradisi pula u dilakukan bersama linto baro dan dara baro masih dipertahankan warga Geumpang.
Menurutnya, buah kelapa itu dibawa rombongan linto baro ke rumah dara baro saat digelar pesta perkawinan.
Linto baro menyerahkan buah kelapa yang telah bertunas kepada dara baro.
Baca juga: MRI dan ACT Subulussalam Beri Layanan Kesehatan di Perbatasan Aceh-Sumut
Kemudian proses penanaman buah kelapa, kata Nyak Cut, diawali linto baro menggali lubang untuk menanamkan buah kelapa telah bertunas.
Setelah buah kelapa dimasukkan ke dalam lubang, linto baro menutupi lubang bersama dara baro dengan meratakan tanah untuk menutupi lubang yang ditanam kelapa.
Pemilihan lokasi penanaman buah kelapa dipilih di pekarangan rumah dara baro.
"Buah kelapa yang telah ditanam itu harus dirawat dan dijaga keluarga dara baro, agar pohon kelapa hingga tumbuh dengan baik," ujarnya.
Baca juga: Meski Haji Digelar Terbatas, CJH Aceh Diimbau Tuntaskan Vaksinasi
Ia menjelaskan, tradisi pula u telah lama dilaksanakan warga Geumpang.
Namun, akibat Aceh diamuk perang mulai 1989, tradisi pula u sempat hilang, lantaran saat itu tidak dibolehkan mengantar linto baro pada malam hari.
Tapi, saat suasana damai memayungi Aceh, sehingga tradisi pula u penganti baru dijalankan kembali.
Kata Nyak Cut, tradisi pula u warisan nenek moyang itu untuk penghijauan dan menjadi sumber ekonomi keluarga.
Baca juga: BERITA POPULER - Pengantin Baru Meninggal Leher Tergorok Hingga Pengusaha Aceh Ikut Diperiksa KPK
Juga sebagai simbol mewujudkan tonggak sejarah dalam kehidupan keluarga, yang usia kelapa menunjukan pasangan itu mulai berumah tangga.
Ketua Majelis Adat Aceh (MAA) Pidie, Abdul Hadi, kepada Serambinews.com, Senin (14/6/2021) mengungkapkan, sebenarnya tradisi membawa buah kelapa yang telah bertunas dilakukan linto baro masih dijalankan semua warga Pidie.
Namun, proses pula u atau tanam buah kelapa secara bersama-sama dilakukan linto baro dan dara baro tidak lagi dilakukan di Pidie.
"Kalau di Geumpang masih dipertahankan linto baro dan dara baro tanam bersama buah kelapa. Tanam bersama sebagai komitmen menjaga kelanggengan rumah tangga," pungkasnya. (*)
Baca juga: Sosok Kolor Ijo di Aceh Tamiang Berhasil Ditangkap Polisi