Sekjen DPR RI Indra Iskandar: "Aceh Kaya" di Google 8.810.000 Entri, “Aceh Miskin” 3.660.000 Entri
Indra Iskandar yang hadir bersama ratusan para Diaspora Aceh dari seluruh dunia ikut menyampaikan pandangan untuk kepentingan dan inspirasi bagi gener
Penulis: Fikar W Eda | Editor: Mursal Ismail
Banyak negara di Afrika, seperti Namibia, Angola dan Sierra Leone terbelit persoalan kemiskinan dan kekerasan justru karena negara tersebut dikenal sebagai penghasil utama berlian di dunia.
"Apabila kita membaca buku Why Nations Fail karya Daron Acemoglu dan James Robinson, kita bisa mendapat pemahaman tentang mengapa ada satu negara jauh lebih maju dibanding negara lain?
Ada dua jenis institusi yang dikemukakan oleh buku ini yang kemudian sangat menentukan nasib dari sebuah negara: lembaga inklusif dan ekstraktif.
Acemoglu dan Robinson punya teori bahwa negara yang bercorak inklusif, yang menjamin kepemilikan pribadi dan mendorong kewiraswastaan, dalam jangka waktu panjang akan mendatangan kemakmuran bagi negeri tersebut," ujarnya.
Sementara negara yang bersifat ekstraktif, yang menerapkan peraturan yang tak berkeadilan, mempersulit pasar berkembang serta hanya memberikan segelitintir elit untuk berkembang, pada akhirnya akan membawa kemiskinan bagi negara tersebut.
Ditambah lagi dengan prilaku koruptif dari para penyelenggara negara, membuat nasib negara tak beranjak maju.
Pendapat Daron Acemoglu dan James Robinson memberikan secercah harapan tentang pengelolaan sebuah wilayah, baik level pusat maupun daerah, tidak mesti semata-mata bertumpu pada kekayaan alam yang dimiliki oleh negara atau daerah tersebut.
Dengan memperkuat tata kelola dan kelembagaan di tingkat negara maupun daerah secara inklusif, memberikan banyak peluang komunitas/masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik.
Dalam situasi yang inklusif tersebut, kreativitas dan partisipasi ada dua kata kunci penting untuk bisa melakukan terobosan serta perbaikan kehidupan secara umum. Kreativitas merupakan kemampuan menciptakan hal yang berguna bagi masyarakat luas. Sedangkan partisipasi dibutuhkan agar ide-ide kreatif terwujud konkret.
Partisipasi bisa datang dari (komunitas) masyarakat sendiri, sektor swasta ataupun pemerintah.
Disebutkan, Aceh bukan hanya dikenal sebagai penghasil gas alam terbesar di Indonesia, melainkan pula sebagai penghasil kopi yang sangat terkenal. Kedai kopi tumbuh menjamur di seantero Aceh.
Sementara itu aroma kopi Gayo telah sejak lama memenuhi ruangan café di New York atau bahkan di Paris.
Pertanyaannya bisakah kopi mengangkat harkat dan derajat masyarakat Aceh?
Sementara Indonesia sendiri menempati posisi ke-4 penghasil kopi di dunia setelah Brasil urutan pertama, Vietnam kedua dan Kolombia ketiga.
"Dari sekian banyak potensi yang dimiliki Aceh, saya melihat kopi memiliki peluang yang masih harus terus dikembangkan baik pada sisi budidaya, tata kelola, maupun dukungan pemerintah, pusat dan daerah," jelas Indra Iskandar.