Jurnalisme Warga
Cecah Menet, Kuliner Khas Gayo yang Berkhasiat
Gayo merupakan salah satu suku yang ada di Provinsi Aceh. Gayo sebagai daerah yang tidak hanya terkenal dengan seni budaya dan tempat wisata

OLEH UMI KASUM, Mahasiswi Pendidikan Bahasa Indonesia dan Anggota Unit Kreativitas Mahasiswa (UKM) Jurnalistik Universitas Bina Bangsa Getsempena Banda Aceh, melaporkan dari Takengon, Aceh Tengah
Gayo merupakan salah satu suku yang ada di Provinsi Aceh. Gayo sebagai daerah yang tidak hanya terkenal dengan seni budaya dan tempat wisata, tetapi juga kaya akan citarasa kuliner. Salah satunya adalah cicah/cecah. Cecah adalah makanan khas Gayo yang bentuknya menyerupai sambal, tetapi tidak digoreng sebagaimana sambal pada umumnya.
Makanan khas yang satu ini biasa dibuat oleh masyarakat Gayo sebagai menu sahur saat bulan Ramadhan. Selain itu juga sebagai hidangan untuk tamu saat Hari Raya Idulfitri. Cecah/cicah menet ini bisa disebut juga sebagai cicah dengke karena cicah ini biasanya dibuat menggunakan daging juga, baik itu daging sapi maupun daging kerbau.
Cecah menet ini merupakan kuliner yang terbuat dari batang-batang kayu pilihan yang masih muda atau batang kayu yang masih memiliki serat berair yang mudah ditemukan di perkarangan rumah atau bisa ditemuakan di kebun setempat warga berkebun seperti batang kayu menet, batang kayu delima (baik berawrna putih, merah, dan merah jambu), batang kayu jambu air, batang kayu bebeke, dan batang kayu geluni.
Semua jenis batang yang digunakan ini dikupas dari batangnya sehingga yang hanya digunakan hanya kulitnya saja yang masih mengandung air. Kulit-kulit yang sudah dikupas ini kemudian dicuci bersih lalu digiling bisa menggunakan lesung yang terbuat dari batu maupun lesung yang terbuat dari kayu. Namun, zaman sekarang semuanya sudah canggih, kita tak perlu lagi menghabiskan tenaga sendiri. Kita bisa menggunakan mesin untuk menggiling kulit-kulit batang kayu itu dengan menggunakan belender.
Jika batang-batang tadi sudah dihaluskan, maka yang kita gunakan adalah perasan airnya saja.
Adapun racikan bumbu yang digunakan di antaranya ketumbar yang sudah dihaluskan, merica yang sudah dihaluskan, buah laga, kunyit yang sudah dihaluskan, jahe yang sudah dihaluskan, santan, jangan lupa beri garam sedikit sehingga cecah yang disajikan tidak hambar, agar kenikmatan cecah menet ini terasa lumer di lidah. Jangan lupa tambahkan kelapa gongseng.
Selanjutnya rebus daging, apakah itu daging sapi atau daging kerbau, agar kenikmatan cecah ini bertambah berilah bumbu-bumbu daging sesuai selera kita terlebih dahulu, sehingga kenikmatan cecah menet yang kita buat tidak mengurangi cita rasa sama sekali. Setelah matang daging-daging ini dipotong kecil-kecil dan tipis sehingga nanti ketika dimasukkan bumbu-bumbu yang telah dihaluskan semua tercampur rata dan meresap ke daging-daging yang dipotong tadi.
Cara meracik cecah menet yang lezat ini pun tidak terlalu rumit. Daging-daging yang sudah dipotong tadi, air kulit batang-batang kayu yang sudah dihaluskan tadi diperas, dan campurkan bumbu-bumbu yang sudah dihaluskan tadi. Semua bahan dicampurkan dalam wadah menjadi satu diaduk hingga merata ke semua daging-daging yang sudah dipotong kecil-kecil tadi hingga siaplah untuk dihidangkan dan dinikmati.
Makanan cecah menet ini menggunakan komposisi dari kulit batang-batang kayu yang sudah diperas dan bumbu-bumbu serta rempah-rempah pilihan serta daging ini selain untuk kebutuhan berbuka puasa juga bisa dijadikan sebagai lauk ketika makan dengan nasi. Ada juga yang meraciknya dalam jumlah yang sangat banyak untuk dijual di pasar. Harganya juga sangat terjangkau, mulai dari Rp 5.000-Rp1.0000. Semua itu tergantung minat dab permintaan pembeli.
Tanpa terkecuali warga sangat meminati cecah menet ini karena rasanya sangat lumer dan lezat di mulut. Peminatnya mulai dari kalangan anak-anak sampai dengan orang tua. Cecah menet ini bukan hanya sekadar pangan, tetapi juga mempunyai khasiat untuk kesehatan.
Pangan yang terbuat dari aneka kulit batang-batang kayu dan rempah-rempah pilihan ini bisa membuang angin jenuh dari tubuh kita. Cecah ini dipercayai sebagai penghambat angin jenuh yang bisa menyebabkan sakit perut dan kembung pada perut.
Ada cerita menarik dan sangat menggelitik dari cecah menet ini sendiri. Dari dulu sampai sekarang setiap berbuka puasa ibu selalu menyediakan cecah menet ini ketika berbuka puasa. Ibu berkata bahwa cecah ini harus dimakan walau sedikit saat berbuka puasa. Di mana cecah menet ini duluan dimakan walau hanya sesuap sebalum menyentuh makanan yang lain. Biasanya cecah ini hanya disajikan di pengujung Ramadhan saja.
Menurut ibu saya, cecah menet yang dimakan ini akan menjadi saksi kita berpuasa atau tidak berpuasa saat di akhirat kelak nanti. Saya dan abang saya hanya terdiam mendengar kata-kata ibu saya sambil tersenyum kecil di dalam hati.
Bukan hanya ibu saya yang percaya akan hal ini, tetapi hampir setiap warga di kampung saya juga begitu ketika ditanya untuk apa kita memakan cecah menet. Mereka selalu bilang untuk obat sekaligus sebabagai saksi di akhirat kelak.