Update Covid 19
Sindrom Long Covid Fenomena yang Dialami Para Penyintas Corona, Ini 12 Gejala dan Pendapat Ahli
Waktu istirahat untuk pemulihan penyintas Covid-19 yang mengalami gejala Long Covid merupakan otoritas medis, otoritas dokter ahli, pendapat awam sama
Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Baru-baru ini beredar istilah "Long Covid-19" di tengah maraknya pemberitaan lonjakan angka penularan virus corona di Indonesia.
Sebetulanya apa yang dimaksud dengan istilah Long Covid-19?
Juru Bicara Penanganan Covid-19 Aceh, Saifullah Abdulgani melalui keterangan tertulis kepada pers di Banda Aceh, Jumat (18/6/2021) mengatakan Long Covid-19 merupakan gejala lumrah dan hanya dokter ahli yang berhak menetapkan masa pemulihannya.
"Penetapan di luar otoritas ahli ilmu kedokteran sangat tidak relevan," tukasnya.
“Waktu istirahat untuk pemulihan penyintas Covid-19 yang mengalami gejala Long Covid merupakan otoritas medis, otoritas dokter ahli, pendapat awam sama-sekali tidak relevan dan akal sehat pasti menolaknya,” tambah Juru Bicara yang akrab disapa SAG itu.
Ia menjelaskan, hasil penelitian Perhimpunan Dokter Paru Indonesia menemukan setelah empat pekan sejak timbul gejala Covid-19 sampai dinyatakan negatif, masih timbul gejala sisa yang disebut Long Covid tersebut.
Mengutip laman covid19.go.id (4/6/2021) Kombespol dan Spesialis Paru, yang juga Kepala Bagian Pembinaan Fungsi RS Bhayangkara R. Said Sukanto, dr Yahya, Sp.P memaparkan, sekitar 53,7 persen penyintas Covid-19 merasakan gejala Long Covid selama satu bulan, 43,6 persen satu sampai enam bulan, dan sekitar 2,7 persen merasakan Long Covid lebih dari enam bulan.
Bahkan, pasien 01 Indonesia, Sita Tyasutami yang diungkapkan Presiden Joko Widodo di teras Istana Merdeka, Jakarta (2/3/2020) bercerita keadaan dirinya usai setahun positif terinfeksi virus corona.
Sita mengaku kepada detikhealth (2/3/2021) mengalami Long Covid dan sudah lima minggu mengalami sakit, kutip SAG.
“Long Covid itu lumrah belaka, bukan sesuatu yang ganjil, dan tak perlu diberi stigma aneh-aneh. Siapa pun bisa mengalaminya,” tutur SAG.
Penyebab Long Covid itu, menurut Ahli Virologi Universitas Udayana, Prof. Dr. Igusti Ngurah Kade Mahardika Covid-19 dapat menginfeksi semua jaringan tubuh manusia yang dapat mempengaruhi respons imun seseorang.
Long Covid juga dipicu oleh kondisi psikologis seseorang (pasien), tambah dr Yahya, Sp.P lagi.
Kemudian SAG mengatakan, gejala Long Covid yang dirasakan oleh para penyintas Covid-19 bisa berbeda, tergantung efek residu infeksi virus corona pada jaringan seseorang dan efek psikologis akibat terisolasi selama dalam proses perawatannya.
Yang bisa takar masa pemulihan Long Covid itu hanya para ahli yang memiliki otoritas sesuai bidang keahliannya.
“Pendapat awam tentang masa pemulihan penyintas Covid-19 selayaknya disingkirkan dan hanya pendapat ahli yang menjadi rujukan bagi siapa pun yang merasakan gejala Long Covid itu,” ujar SAG.
Gejala Long Covid
Sementara itu, dikutip dari laman Kompas.com banyak orang mengeluhkan sejumlah gejala usai dinyatakan sembuh dari Covid-19 atau saat masa pemulihan.
Dalam dunia medis, ini disebut Long Covid. Namun, hingga saat ini belum ada pedoman diagnostik formal untuk mengonfirmasi seseorang menderita Long Covid.
Kini Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS tengah menyusun daftar gejala Long Covid untuk tenaga medis yang bisa membantu pasien mengidentifikasi gejala Long Covid.
"Orang-orang mungkin menderita Long Covid, tapi tidak mengetahuinya karena mereka belum mendapat pengetahuan untuk mengidentifikasi diri sendiri," kata Fidaa Shaib, seorang ahli paru di klinik Long Covid Baylor College of Medicine kepada Insider.
Studi Jelaskan Shaib berkata, Long Covid memiliki berbagai macam gejala yang menyulitkan dokter untuk mendeteksinya.
Sebuah penelitian besar di Inggris menemukan, sekitar 1 dari 10 penyintas Covid-19 akan mengembangkan Long Covid, yakni gejala yang menetap selama lebih dari tiga minggu setelah terinfeksi.
Sementara itu, perkiraan peneliti Universitas Washington mengatakan bahwa 1 dari 3 penyintas Covid-19 mengalami Long Covid.
Dr. Ziyad Al-Aly, seorang ahli epidemiologi dan kepala penelitian di rumah sakit pendidikan Urusan Veteran di St. Louis mengatakan kepada Insider bahwa sindrom Long Covid dapat memengaruhi hampir setiap organ dalam tubuh.
Belum jelas apakah gejala Long Covid disebabkan langsung oleh virus, atau dipicu oleh stres dan trauma infeksi.
"Bagaimanapun, orang sangat membutuhkan bantuan untuk mengelola gejala mereka, terutama yang terkait dengan penyakit kronis," kata Shaib.
Berikut 12 cara pasien bisa terkena COVID yang berkepanjangan seperti dilansir dari Science Alert, Selasa (1/6/2021).
1. Kabut otak atau brain fog
1 dari 5 penyintas Covid-19 mengalami brain fog atau kabut, enam bulan setelah dinyatakan sembuh. Ini berdasar analisis dari 51 studi Long Covid yang belum ditinjau rekan sejawat. Kasus brain fog pada penyintas Covid-19, terlepas dari apakah dia pernah dirawat di rumah sakit atau tidak.
Menurut laman Health Harvard, brain fog atau kabut otak bukanlah istilah medis atau ilmiah. Istilah ini digunakan untuk menggambarkan bagaimana pemikiran seseorang menjadi lamban, kabur, dan tidak tajam.
Semua orang pernah mengalami perasaan ini dalam suatu waktu. Seperti misalnya, Anda tidak bisa berpikir jernih ketika sedang flu.
2. Kelelahan
Menurut penelitian di China, 6 dari 10 orang yang dirawat di rumah sakit dan telah sembuh dari Covid-19 melaporkan kelelahan dan kelemahan otot enam bulan kemudian. Baik kabut otak dan kelelahan juga merupakan ciri khas sindrom kelelahan kronis.
3. Gangguan tidur
Menurut analisis dari 51 penelitian menunjukkan, 1 dari 5 penyintas Covid-19 mengalami kesulitan tidur enam bulan setelah sakit.
4. Sesak napas dan batuk terus menerus
Sesak napas dan batuk terus menerus adalah gejala umum yang dirasakan penyintas Covid-19, satu hingga enam bulan setelah infeksi. Ini menurut sebuah penelitian terhadap lebih dari 73.000 veteran AS.
5. Masalah jantung
Menurut penelitian terhadap veteran AS, palpitasi atau detak jantung berdenyut kencang, tidak teratur adalah hal biasa yang dialami penyintas Covid-19.
Para penyintas Covid-19 juga berisiko lebih tinggi mengalami gagal jantung, aterosklerosis, dan pembekuan darah dalam waktu enam bulan setelah infeksi. Miokarditis, peradangan otot jantung, juga telah diamati pada pasien Long Covid.
6. Gejala neurologis dan penyakit mental
Berdasar sebuah penelitian, lebih dari sepertiga penyintas Covid-19 mengalami gejala neurologi atau penyakit mental dalam waktu enam bulan setelah terinfeksi.
Kecemasan dan gangguan mood seperti depresi adalah yang paling umum dialami.
7. Kehilangan penciuman
Menurut survei kecil di AS, sekitar sepertiga pasien dan penyintas tidak dapat merasakan kembali indra penciuman selama dua bulan atau lebih.
8. Gejala usus seperti kehilangan nafsu makan dan diare
Sebuah penelitian kecil dari China menemukan bahwa lebih dari 40 persen pasien yang dirawat di rumah sakit dengan Covid-19 melaporkan masalah yang berkaitan dengan usus tiga bulan setelah infeksi utama mereka. Gejala yang paling umum adalah kehilangan nafsu makan, mual, refluks asam, dan diare.
9. Ruam kulit dan rambut rontok
Para penyintas Covid-16 melaporkan ruam kulit enam bulan setelah infeksi, menurut penelitian para veteran AS. Sebuah penelitian dari China mendokumentasikan kerontokan rambut di antara 22 persen pasien enam bulan setelah dirawat di rumah sakit karena Covid-19.
10. Dada sesak, nyeri sendi dan otot
Dalam sebuah survei tentang gejala Long Covid yang diterbitkan pada bulan Desember, 9 dari 10 orang melaporkan gejala seperti sesak dada, nyeri otot, dan nyeri sendi satu bulan setelah infeksi. Gejala-gejala ini bertahan setidaknya selama tujuh bulan untuk beberapa responden. Namun, data tersebut belum ditinjau oleh rekan sejaw
at.
11. Diabetes
Menurut penelitian di antara veteran AS, pasien Long Covid 39 persen lebih mungkin untuk mendapatkan diagnosis diabetes baru dalam enam bulan setelah infeksi.
12. Penyakit ginjal
Mereka yang selamat dari Covid-19 juga berisiko lebih tinggi terkena penyakit ginjal akut, menurut penelitian di kalangan veteran.
Gejala lain yang belum didokumentasikan dalam penelitian besar Pasien Long Covid telah melaporkan sejumlah gejala lain yang belum dapat diukur atau dikonfirmasi oleh para ilmuwan.
Misalnya, beberapa wanita dengan Long Covid telah melaporkan menstruasi yang tidak teratur dan sindrom pramenstruasi yang lebih buruk.
Pasien Long Covid lainnya mengatakan mereka mengalami tinitus yang buruk, telinga berdenging terus-menerus.
Meskipun beberapa orang dengan Long Covid melaporkan bahwa gejala mereka membaik setelah vaksinasi, yang lain mengatakan gejala mereka memburuk.(*)