Breaking News

Update Covid 19

Vaksin Teruji Mampu Beri Perlindungan Terhadap Varian Baru Covid-19 dari Risiko Kematian

Vaksin juga menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap Varian Alpha atau b.1.1.7 yang sebelumnya disebut varian 'kent' Inggris

Penulis: Ansari Hasyim | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/SENI HENDRI
Petugas kesehatan dari Dinkes Aceh Timur, melakukan pemeriksaan dan suntikan vaksin Covid-19 bagi pengungsi Rohingya di pulau idaman Desa Kuala Simpang Ulim, Kecamatan Simpang Ulim, Aceh Timur, Sabtu (5/6/2021). 

SERAMBINEWS.COM - Sejumlah penelitian ilmiah menunjukkan vaksin COVID-19 terbukti dapat memberikan perlindungan varian delta atau atau varian b.1.617.2. Varian tersebut sebelumnya dikenal dengan dengan nama varian 'India'.

Menurut Juru Bicara Pemerintah untuk Covid-19 dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Kartikasari Broto Asmoro, data terbaru dari Public Health England (PHE) menyatakan dua dosis vaksin COVID-19 Astrazeneca 92% efektif mencegah rawat inap yang disebabkan varian delta dan tidak menunjukkan adanya kematian di antara mereka yang divaksinasi.

Vaksin juga menunjukkan tingkat efektivitas yang tinggi terhadap Varian Alpha atau b.1.1.7 yang sebelumnya disebut varian 'kent' Inggris dengan menurunkan 86% rawat inap dan tidak ada kematian yang dilaporkan.

dr Reisa mengatakan, efikasi yang lebih tinggi terhadap penyakit parah dan rawat inap akibat COVID-19 didukung oleh data terbaru yang menunjukkan bahwa respon sel t yang kuat terhadap pemberian vaksin COVID-19 Astrazeneca, diduga memiliki korelasi terhadap perlindungan yang tinggi dan bertahan lama.

Virus Corona Menyerang Anak-anak, Malaysia dan Singapura Peringkatkan Varian Baru Covid-19

UEA Larang Penerbangan dari Vietnam, Mencegah Masuknya Varian Baru Covid-19

Varian Baru COVID-19 Terdeteksi di Malaysia, Raja Umumkan Darurat Nasional

Laporan tersebut dibuat berdasarkan analisis terhadap 14.019 kasus varian delta.

Varian delta adalah kontributor utama gelombang infeksi yang saat ini terjadi di india dan sekitarnya.

"Baru-baru ini menggantikan Varian Alpha sebagai strain dominan di Skotlandia dan telah menyebabkan peningkatan kasus yang signifikan di Inggris," ujar dr Reisa, Jumat (18/6) seperti dikutip Serambinews.com dari laman situs covid19.go.id.

dr Reisa juga menjelaskan, pada Mei 2021, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan telah mengumumkan hasil kajian yang menyatakan vaksin sinovac efektif mencegah kematian.

Vaksinasi dosis lengkap secara signifikan dapat menurunkan risiko dan mencegah COVID-19 bergejala berat.

Studi yang dilakukan pada 13 Januari sampai 18 Maret 2021 lalu dan melibatkan lebih dari 128 ribu orang tersebut, menunjukkan vaksinasi menurunkan risiko perawatan dan kematian.

"Berdasarkan analisis, ditemukan bahwa vaksinasi Sinovac dosis lengkap bisa menurunkan atau bisa mengurangi risiko COVID-19 sebanyak 94%," kata dr Reisa.

Dia menegaskan, kajian tersebut sangat jelas menunjukkan pemberian vaksinasi lengkap 2 dosis bisa menurunkan risiko terinfeksi COVID-19 dan mencegah kematian.

Tidak hanya itu, pemberian vaksinasi sinovac 2 dosis dapat mencegah sekitar 96% risiko perawatan dan 98% kematian karena COVID-19.

Studi-studi itu menunjukkan vaksinasi lengkap sangat disarankan karena vaksinasi pemberian dosis pertama itu belum cukup melindungi.

"Apabila masyarakat sudah menerima vaksinasi penuh atau lengkap, akan jauh lebih efektif dalam menurunkan risiko COVID-19 baik perawatan maupun kematian," ujar dr Reisa.

Lalu bagaimana dengan vaksin sinopharm yang digunakan dalam kegiatan vaksinasi gotong-royong?

Masih menurut dr Reisa, komite penasihat ahli dalam WHO atau yang disebut SAGE, tetap merekomendasikan penggunaan semua vaksin yang telah disetujui atau masuk dalam daftar Emergency Use Listing (EUL) WHO termasuk sinopharm karena dianggap masih dapat melindungi masyarakat dari risiko komplikasi yang disebabkan COVID-19.

"Uji klinis fase 3 sinopharm menyatakan pemberian dua dosis vaksin ini dapat melindungi 79% orang yang menjadi peserta uji klinis lebih dari standar yang ditetapkan WHO," katanya.

3M dan 3T adalah kunci

Sementara itu prilaku 3M dan 3T adalah kunci utama penanganan Covid-19. 3M adalah memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun.

Diperlukan ikhtiar yang kuat untuk terus menjalankan 3M sebagai protokol kesehatan 3M selama pandemi Covid-19 untuk mencegah penularan.

Sedangkan, pemerintah terus menjalankan praktik 3T. 3T adalah Tracing, Testing, Treatment dengan dukungan semua lapisan masyarakat.

Dikutip dari laman Covid19.go.id, 3M dan 3T adalah satu paket upaya yang tidak dapat dipisahkan untuk memutus rantai penularan Covid-19.

Hanya saja, penerapan praktik 3T masih perlu ditingkatkan pemahamannya di masyarakat, mengingat masyarakat lebih mengenal 3M yang kampanyenya dilakukan terlebih dahulu dan gencar.

Dikutip dari Kompas.com (30/1/2021), Dokter relawan Covid-19 dan edukator kesehatan Muhammad Fajri Adda membenarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 yang menunjukkan risiko penularan tanpa berperilaku 3M bisa mencapai 100 persen.

Menurut dia, mencuci tangan akan menurunkan risiko penularan 35 persen, ditambah memakai masker kain 45 persen, dan memakai masker bedah bisa turun 70 persen.

Kemudian, jika masyarakat melakukan jaga jarak maka akan menurunkan risiko hingga 85 persen.

Fajri mengatakan, 3M merupakan upaya utama yang dapat dilakukan masyarakat dalam menangani pandemi.

Dari 3M tersebut, kata dia, perilaku menjaga jarak terutama di ruangan tertutup mampu mengurangi risiko tertular yang lebih besar.

"Apabila terpaksa di ruangan tertutup, buka semua ventilasi, dan jangan terlalu berkerumun dan menghindari ruangan dengan ventilasi yang buruk," ujarnya.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved