Internasional
Arab Saudi Lihat Dulu Sepak Terjang Presiden Baru Iran, Prihatinkan Program Nuklir Teheran
Kerajaan Arab Saudi akan melihat terlebih dahulu sepak terjang presiden baru Iran, Ebrahim Raisi berdasarkan kenyataan di lapangan.
SERAMBINEWS.COM, RIYADH - Kerajaan Arab Saudi akan melihat terlebih dahulu sepak terjang Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi berdasarkan kenyataan di lapangan.
Arab Saudi masih memprihatinkan program nuklira Teheran yang belum menemui titik terang dalam pertemuan di Wina dengan sejumlah negara kuat.
“Dari sudut pandang kami, kebijakan luar negeri di Iran bagaimanapun juga dijalankan oleh pemimpin tertinggi Ayatollah Ali Khamenei," kata Menlu Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan.
Dia menyampaikan hal itu dalam konferensi pers dengan rekannya dari Austria, Alexander Schallenberg selama kunjungan resmin ke ibu kota Wina, Austria pada Selasa (22/6/2021).
"Oleh karena itu, kami mendasarkan interaksi dan pendekatan terhadap Iran pada kenyataan di lapangan," jelasnya.
"Itulah yang akan kami nilai, terlepas dari siapa yang bertanggung jawab di Iran,” tegasnya, seperti dilansir ArabNews, Rabu (23/6/2021).
Baca juga: Otoritas Penerbangan Arab Saudi Syaratkan Boarding Pass dengan Aplikasi Kesehatan Tawakkalna
Dia mengaku sangat prihatin atas pertanyaan yang belum terjawab tentang program nuklir Iran.
Sebuah referensi yang jelas untuk pengawas nuklir PBB mencari penjelasan tentang asal partikel uranium yang ditemukan di situs nuklir Iran.
Arab Saudi dan sekutu Teluk terus menekan Iran atas program nuklirnya.
Tetapi, Teheran menyatakan sepenuhnya damai, termasuk rudal balistiknya.
Badan-badan intelijen AS dan Badan Energi Atom Internasional (IAEA) percaya Iran memiliki program senjata nuklir rahasia yang terkoordinasi dan sempat dihentikan pada 2003.
Raisi, seorang hakim garis keras yang mengamankan kemenangan pemilihan mengatakan ia ingin meningkatkan hubungan dengan tetangga Teluk Arab, terutama Arab Saudi.
Pejabat pemerintahan Joe Biden bersikeras pemilihan Raisi tidak akan mempengaruhi prospek untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir 2015 yang goyah dengan Teheran.
Tetapi sudah ada tanda-tanda bahwa tujuan mereka untuk mengunci kesepakatan semakin sulit, menurut The Associated Press (AP).
Baca juga: Pemerintah Yaman Peringatkan MIlisi Houthi Serangan ke Marib dan Saudi, Perang Tak Akan Berakhir
Optimisme bahwa kesepakatan sudah dekat memudar ketika pembicaraan terakhir berakhir pada Minggu (20/6/2021) tanpa indikasi nyata dari kemajuan yang signifikan.
Raisi kemungkinan akan meningkatkan tuntutan Iran untuk keringanan sanksi.
Hal itu sebagai imbalan atas kepatuhan Iran terhadap kesepakatan itu, karena dia sendiri sudah dikenai hukuman hak asasi manusia oleh AS.
“Saya tidak iri dengan tim Biden,” kata Karim Sadjapour, seorang rekan senior di Carnegie Endowment for International Peace.
Dia telah memberi nasihat kepada beberapa pemerintahan AS tentang Iran.
“Saya pikir pemerintah sekarang memiliki perasaan yang tinggi tentang urgensi yang tinggi untuk merevisi kesepakatan sebelum Raisi dan tim garis keras baru dilantik," jelasnya.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Austria Alexander Schallenberg mengutuk serangan Houthi yang terus menerus terhadap warga sipil di Arab Saudi.
Dia menggambarkan serangan seperti itu sebagai tidak dapat diterima.
Pangeran Faisal mengatakan milisi Houthi secara teratur menolak inisiatif untuk gencatan senjata lengkap, dan selalu menggunakan cara untuk meningkatkan situasi.
Farhan mengatakan Arab Saudi dan Austria berbagi visi yang sama mengenai stabilitas kawasan.
Baca juga: AS Kurangi Peralatan Militer, Arab Saudi Sebut Tidak Akan Mempengaruhi Pertahanan Udara
Sementara Schallenberg mengatakan negaranya mendukung perkembangan yang terjadi di seluruh Arab Saudi.
Pangeran Faisal bertemu untuk berbicara dengan Schallenberg di Kementerian Luar Negeri Austria.
Kedua belah pihak membahas peluang kerja sama bersama, mengembangkan hubungan bilateral.
Juga cara mengembangkannya di berbagai bidang, terutama mengingat Visi Kerajaan 2030, visi luar negeri Kerajaan. kata kementerian.
Mereka juga membahas cara-cara untuk meningkatkan koordinasi bersama untuk melayani kepentingan kedua negara, dan perkembangan regional dan internasional yang paling menonjol.(*)