Breaking News

Internasional

Sering Menjadi Target Serangan Taiban, Kaum Hazara Afghanistan Bentuk Tentara Sendiri

Pembunuhan tanpa henti terhadap Hazara, minoritas teraniaya di Afghanistan, akhirnya terlalu berat untuk ditanggung oleh Zulfiqar Omid

Editor: M Nur Pakar
AP
Sejumlah anggota masyarakat melakukan upacara pemakaman untuk seorang gadis yang tewas terkena ledakan bom kuat di luar sebuah sekolah menengah di lingkungan yang didominasi Hazara di Kabul, Afghanistan. pada 9 Mei 2021. 

SERAMBINEWS.COM, KABUL - Pembantaian siswa, kebanyakan remaja, di sebuah pusat bimbingan belajar.

Kematian atlet muda dalam bom bunuh diri di klub gulat.

Para ibu ditembak mati dengan bayi yang baru lahir di lengan mereka.

Pembunuhan tanpa henti terhadap Hazara, minoritas teraniaya di Afghanistan, akhirnya terlalu berat untuk ditanggung oleh Zulfiqar Omid, seorang pemimpin Hazara di bagian tengah negara itu.

Pada April 2021, Omid mulai memobilisasi orang-orang bersenjata ke dalam tentara rakyat untuk mempertahankan daerah Hazara melawan Taliban dan afiliasi ISIS di Afghanistan.

Baca juga: Presiden Afghanistan Akan Berkunjung ke AS, Menemui Presiden AS Joe Biden

Dia mengatakan sekarang memerintahkan 800 pria bersenjata di tujuh area pementasan yang dikerahkan ke dalam apa yang dia sebut kelompok perlindungan diri.

“Hazara terbunuh di kota-kota dan di jalan raya, tetapi pemerintah tidak melindungi mereka,” kata Omid.

“Cukup sudah dan kami harus melindungi diri kami sendiri," katanya, seperti dilansir The New York Times, Selasa (22/6/2021),

Ketika pasukan AS dan NATO menarik diri dari Afghanistan, dan pembicaraan terputus-putus antara Taliban dan pemerintah yang didukung Amerika, kelompok etnis di seluruh negeri telah membentuk milisi.

Mereka mengatakan berencana untuk mempersenjatai diri.

Terburu-buru untuk meningkatkan perjuangan bersenjata telah membangkitkan perang mujahidin awal 1990-an.

Ketika milisi saingan membunuh ribuan warga sipil dan meninggalkan bagian Kabul dalam reruntuhan.

Sebuah gerakan milisi yang bersatu dan teguh, bahkan jika secara nominal bersekutu dengan pasukan keamanan Afghanistan, dapat mematahkan pemerintahan Presiden Ashraf Ghani yang goyah.

Sekali lagi membagi negara itu menjadi wilayah-wilayah yang diperintah oleh para panglima perang.

Namun tentara darurat ini pada akhirnya dapat berfungsi sebagai garis pertahanan terakhir.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved