Internasional

Sering Menjadi Target Serangan Taiban, Kaum Hazara Afghanistan Bentuk Tentara Sendiri

Pembunuhan tanpa henti terhadap Hazara, minoritas teraniaya di Afghanistan, akhirnya terlalu berat untuk ditanggung oleh Zulfiqar Omid

Editor: M Nur Pakar
AP
Sejumlah anggota masyarakat melakukan upacara pemakaman untuk seorang gadis yang tewas terkena ledakan bom kuat di luar sebuah sekolah menengah di lingkungan yang didominasi Hazara di Kabul, Afghanistan. pada 9 Mei 2021. 

Cerita rakyat Afghanistan mengatakan dia memajang kepala kaum Hazara yang terpenggal di menara.

“Mereka memaksa kami untuk mengambil senjata,” kata Alipur tentang pemerintah, yang gagal melindungi Hazara.
“Kita harus membawa senjata untuk melindungi diri kita sendiri," tambahnya.

Selama dua dekade terakhir, Hazara telah membangun komunitas yang berkembang pesat di Kabul barat dan Hazarajat, tanah air pegunungan mereka di Afghanistan tengah.

Tetapi tanpa milisi mereka sendiri, mereka rentan terhadap serangan.

Tuntutan Hazara untuk tentara meningkat setelah 69 siswi tewas dalam pemboman di Kabul pada 8 Mei 2021.
Kurang dari sebulan kemudian, tiga minivan angkutan umum dibom di lingkungan Hazara Kabul.

Menewaskan 18 warga sipil, kebanyakan dari mereka Hazara.

Di antara mereka adalah seorang jurnalis dan ibunya, kata polisi.

Sejak 2016, setidaknya 766 warga Hazara telah tewas di ibu kota saja dalam 23 serangan, menurut data New York Times.

“Tajik punya senjata, Pashtun bersenjata,” kata Arif Rahmani, anggota parlemen Hazara.

“Kami Hazara juga harus memiliki sistem untuk melindungi diri kami sendiri,” ujarnya.

Baca juga: Taliban Minta Warga Afghanistan yang Telah Bekerja dengan Pasukan Asing Tidak Perlu Takut

Mahdi Raskih, anggota parlemen Hazara lainnya, mengatakan telah menghitung 35 serangan besar terhadap Hazara dalam beberapa tahun terakhir.

Dia menyebut seperti kampanye genosida.

Dia mengatakan telah kehilangan kesabaran dengan janji-janji pemerintah untuk melindungi sekolah-sekolah Hazara, masjid dan pusat-pusat sosial.

“Kalau tidak bisa memberikan rasa aman, jujur ??dan akui,” kata Raskih.

“Orang-orang percaya bahwa pemerintah tidak merasa bertanggung jawab atas mereka, jadi orang-orang kami harus mengangkat senjata dan melawan," tambahnya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved