Berita Aceh Barat
DPRA Tinjau Proyek Pembangunan RS Regional Meulaboh, Komit Bisa Tuntas 2023
Dalam kesempatan itu, Pemerintah Aceh berkomitmen melanjutkan pembangunan RS Regional Meulaboh dan empat RS regional lainnya di Aceh tahun 2021.
Penulis: Masrizal Bin Zairi | Editor: Mursal Ismail
Dalam kesempatan itu, Pemerintah Aceh berkomitmen melanjutkan pembangunan RS Regional Meulaboh dan empat RS regional lainnya di Aceh tahun 2021.
Laporan Masrizal | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH – Pimpinan dan Anggota DPRA bersama Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr Hanif meninjau proyek pembangunan rumah sakit (RS) regional Meulaboh di Aceh Barat, Sabtu (26/6/2021).
Dalam kesempatan itu, Pemerintah Aceh berkomitmen melanjutkan pembangunan RS Regional Meulaboh dan empat RS regional lainnya di Aceh tahun 2021.
Pengerjaan RS regional rumah sakit ini ditargetkan rampung dan fungsional pada tahun 2023.
Demikian disampaikan Wakil Ketua DPRA, Safaruddin kepada Serambinews.com seusai meninjau RS Regional Meulaboh, Aceh Barat, Sabtu (26/6/2021).
Sementara dari Komisi V, yang hadir dalam kunker ini, yaitu Tarmizi SP, Nora Indah Nita, Muslim, Sofian Puteh, dan Asib Amin serta dari pihak Rumah Sakit Cut Nyak Dhien, Meulaboh.
Baca juga: Begini Perkembangan 5 RS Regional di Aceh, DPRA Minta Dana Siluman Dialihkan untuk Kelima RS Ini
“Kita dari DPRA komitmen, apalagi sudah disampaikan Kadiskes yang mendampingi kita.
Harapannya tahun 2022 proses penganggaran bisa kita finalkan untuk rumah sakit regional agar bisa fungsional pada tahun 2023,” kata Safaruddin.
Tentu, jelasnya, pertimbangan penganggaran itu ada di TAPA dan DPRA. Ia menjelaskan, tahun ini (2021), Pemerintah Aceh sudah mengalokasi anggaran Rp 60 miliar untuk kelanjutan pembangunan.
Sedangkan untuk proses pembangunan rumah sakit itu hingga tuntas dan fungsional pada tahun 2023, maka masih dibutuhkan anggaran tambahan yang diusulkan tahun 2022 sebesar Rp 120 miliar lagi.
“Insya Allah kita komitmenlah menuntaskan kegiatan pembangunan Rumah Sakit Regional Meulaboh dan rumah sakit regional lain di Aceh. Apalagi bicara otsus kita yang tahun depan tinggal 1 persen lagi,” ujarnya.
“Kita ingin coba tuntaskan pembangunan rumah sakit ini.
Ini lah buah tangan APBA dalam menuntaskan RPJM dan prioritas pembangunan yang ditetapkan pada pemerintah Irwandi-Nova,” tambah politikus muda Partai Gerindra ini.
Baca juga: Bupati Bireuen Harap RS Regional Mulai Dibangun Juli, Sebagian Lahan Sudah Ganti Rugi & Dibersihkan
Di samping, sambungnya, pihaknya juga meminta komitmen dari pemerintah kabupaten setempat untuk mempersiapkan segala sarana pendukung rumah sakit regional itu.
Jika rumah sakit ini fungsional, segala penunjang dan pendukungnya harus disipakan di kabupaten.
Seperti tenaga medis, dokter, termasuk akses jalan yang luas untuk masuk ke rumah sakit dan air. “Kalau rumah sakitnya sudah bagus dan besar, kalau tidak didukung oleh akses jalan yang baik, sayang juga,” kata Safaruddin lagi.
Menurut Safaruddin, saat ini progres pembangunan rumah sakit itu sudah 70 persen.
“Postur bangunan yang kita lihat sudah sangat representatif sebagai rumah sakit rujukan. Dalam banyangan kita ini akan menjadi rumah sakit terbaik di Aceh,” ungkapnya.
Baca juga: Toke Seum Minta Pemerintah Aceh dan Pusat Percepat Penyelesaian Pembangunan RS Regional Langsa
Belum ditender
Seperti diberitakan Serambinews.com sebelumnya, kelanjutan pembangunan rumah sakit atau RS Regional Meulaboh tahun 2021 yang dialokasikan sebesar Rp 60 miliar belum dilakukan tender oleh Pemerintah Aceh.
Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran untuk kesiapan penyelesaian tepat waktu RS Regional Meulaboh, jika pengerjaannya baru dimulai pada Juli 2021.
Komisi V DPRA yang dipimpin oleh Safaruddin, bersama sejumlah Anggota DPRA bersama Kepala Dinas Kesehatan Aceh, Hanif, Sabtu (26/6/2021) meninjau pembangunan RS Regional Meulaboh.
Khususnya terkait alokasi anggaran yang telah dikucurkan tahun 2021 sebesar Rp 60 miliar belum ditender.
Anggota DPRA, Tarmizi SP, kepada Serambinews.com, Sabtu (26/6/2021) mengatakan, sebelumnya Pemerintah Aceh telah memfinalkan anggaran 2021 untuk rumah sakit regional sebesar Rp 20 miliar per rumah sakit.
Terkait kondisi tersebut, dalam sidang paripurna dirinya bersama Anggota DPRA lainnya memperjuangkan penambahan anggaran dengan membatalkan dua proyek jalan multiyears.
Hal ini pun disetujui Gubernur Aceh, maka terjadi penambahan anggaran dari Rp 20 miliar menjadi Rp 60 miliar untuk RS Regional Meulaboh.
“Untuk tahun 2022 mendatang, kita meminta dialokasikan sebesar Rp 150 miliar lagi untuk kelanjutan pembangunan agar pada tahun 2023 rumah Sakit Regional Meulaboh sudah bisa berfungsi,” ujarnya.
Proses 4 RS Regional lainnya
Dikatakannya, untuk RS Regional Langsa dan Bireuen, baru tahap pembangunan pondasi tahun ini dan masih memerlukan waktu yang panjang dalam menyelesaikan bangunan tersebut.
Sedangkan RS Regional Aceh Tengah dan Aceh Selatan membutuhkan sekitar Rp 50 miliar lagi untuk bisa beroperasi atau sudah bisa difungsikan.
“Untuk Rumah Sakit Regional Meulaboh kita masih membutuhkan kucuran anggaran tahun 2022 sekitar Rp 150 miliar lagi.
Dengan demikian tahun 2023 sudah bisa difungsikan, maka jika tidak penambahan, anggaran maka dipastikan rumah sakit tersebut semakin lama selesainya,” jelas Tarmizi SP.
Ditanya, apakah Pemerintah Aceh ada alokasi anggaran nantinya pada 2022 nanti untuk kelanjutan pembangunan rumah sakit tersebut? Tarmizi belum bisa memastikan.
Oleh karena itu, ia meminta dana siluman yang berkode apendik sebesar Rp 250 miliar agar dialihkan semua untuk pembangunan rumah sakit regional tersebut.
“Ada dana siluman yang berkode apendik atau tidak diketahui siapa yang mengusul dana tersebut untuk tahun 2022, maka kita minta dana tersebut dialihkan untuk pembangunan rumah sakit regional.
Dengan demikian asas manfaat pembangunan bisa dirasakan langsung oleh masyarakat banyak,” kata Tarmizi SP.(*)