Internasional

Presiden Baru Iran Dicap Sebagai Penjahat Internasional, Terlibat Tragedi Pembantaian 1988

Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi yang akan mulai bertugas pada Agustus 2021 dicap sebagai penjahat internasional.

Editor: M Nur Pakar
AFP
Presiden Terpiih Iran, Ebrahim Raisi yang dicap sebagai penjahat internasional 

SERAMBINEWS.COM, LONDON - Presiden baru Iran, Ebrahim Raisi yang akan mulai bertugas pada Agustus 2021 dicap sebagai penjahat internasional.

Iran sekarang memiliki penjahat internasional sebagai presidennya.

Hal itu disimpulkan oleh panel ahli yang berkumpul di London, Inggris pada Sabtu (26/6/2021).

Mereka yang memperingatkan ini bisa berarti sang presiden bisa menghadapi penangkapan jika dia meninggalkan negara itu dan mungkin tidak dapat menghadiri PBB.

Kesimpulan itu diambil dalam sebuah acara yang diselenggarakan oleh Dewan Nasional Perlawanan Iran dan dihadiri oleh wartawan Arab News.

Juga dihadiri sejumlah diplomat asing dan pakar hak asasi manusia.

Baca juga: Arab Saudi Lihat Dulu Sepak Terjang Presiden Baru Iran, Prihatinkan Program Nuklir Teheran

Mereka mengatakan peran Ebrahim Raisi dalam pembantaian tahanan politik 1988, berarti dia bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan.

Sebuah label yang dapat secara serius merusak kedudukan diplomatik globalnya.

"Kami sekarang memiliki penjahat internasional sebagai presiden," kata Geoffrey Robertson, mantan hakim banding PBB dan mantan presiden pengadilan kejahatan perang di Sierra Leone.

Dikatakan, dia bersalah atas kejahatan terhadap kemanusiaan, yang dilakukan pada akhir 1988 dengan membantai ribuan tahanan poitik.

Robertson, yang telah melakukan penyelidikan ekstensif terhadap pembantaian 1988, menambahkan Raisi dan antek-antek Departemen Kehakiman mengirim tahanan ke kematian mereka dalam dua gelombang

Yang pertama terbunuh, kata Robertson, adalah anggota, sekutu, dan simpatisan Mujahidin-e Khalq (MEK).

Sebuah kelompok politik yang berpartisipasi dalam revolusi 1979 tetapi kemudian ditentang oleh rezim menyusul ketidaksepakatan politik.

Baca juga: Ebrahim Raisi Sampaikan Pidato Pertama Usai Jadi Presiden Iran, Janji Kembalikan Kesepakatan Nuklir

“Sebagian besar dari mereka sebenarnya sudah menyelesaikan hukuman mereka. Mereka dieksekusi tanpa belas kasihan,” kata Robertson.

“Gelombang kedua adalah pembangkang teokratis: Komunis, ateis, sayap kiri," tambahnya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved