Internasional
Tripoli di Ambang Bencana, Pemadaman Listrik Memicu Meluasnya Kerusuhan
Situasi keamanan dan sosial terus memburuk di Tripoli, kota terbesar kedua di Lebanon. Di mana lebih dari separuh penduduknya hidup dalam kemiskinan
Karena tidak adanya pemerintah yang mampu membuat keputusan seperti itu.
Sebagai tanggapan, anggota parlemen dari blok parlemen Pasukan Lebanon meninggalkan aula untuk menyatakan keberatan mereka.
Kartu tersebut menargetkan individu yang paling membutuhkan tanpa menentukan jumlah akhir mereka.
Namun, jumlahnya bisa mencapai 700.000 orang, mengingat Bank Dunia memperkirakan lebih dari 50 persen orang Lebanon kini hidup dalam kemiskinan.
Selama sesi tersebut, Ketua Gerakan Patriotik Bebas (FPM) Gebran Bassil menuduh aparat keamanan, anggota parlemen dan politisi terlibat dalam jaringan dan operasi penyelundupan lintas batas.
Anggota parlemen Michel Moussa dari blok Pembangunan dan Pembebasan mengatakan kartu jatah akan dibiayai dari beberapa bantuan dan pinjaman yang belum digunakan.
"Kami ingin tidak membiayainya dari dana deposan yang dibekukan di bank," ujarnya.
Asosiasi Rumah Sakit di Lebanon mengatakan sejumlah rumah sakit telah menggunakan stok solar yang mereka miliki,.
Sedangkan sisanya memiliki jumlah yang tidak cukup untuk menutupi 24 jam ke depan.
Di Beirut, bentrokan pisau dengan kekerasan terjadi di depan sebuah pompa bensin di dekat Dar Al-Fatwa.
Tentara turun tangan untuk menghentikannya.
Baca juga: Ledakan Bom Guncang Kantor Pengacara Carlos Ghosn di Lebanon, Tidak Ada Korban Jiwa
Sebuah ledakan tangki diesel di kota Al-Khyara di Bekaa Barat menewaskan seorang pria berusia tiga puluhan.
Dalam perkembangan lain, Federasi Karyawan Bank di Lebanon menyatakan keprihatinannya.
Setelah orang-orang meluncurkan seruan di media sosial untuk menyerbu cabang-cabang bank untuk memprotes ketidakmampuan mengakses simpanan yang dibekukan.
Akibatnya bank mengancam akan menutup bank jika ada bank yang diserang.