Luar Negeri
Kudeta Myanmar Masih Bergejolak, Warga Gelar Pemakaman Palsu Min Aung Hlaing
Kudeta di Myanmar masih berlangsung, meskipun sudah beberapa saat lalu mendapat kecaman keras dari negara-negara lain di dunia, kudeta masih berlanjut
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
SERAMBINEWS.COM - Kudeta di Myanmar masih berlangsung, meskipun sudah beberapa saat lalu mendapat kecaman keras dari negara-negara lain di dunia, kudeta masih berlanjut dan warga masih terus memberontak.
Terbaru, pada hari Sabtu (3/7/2021) kemarin, warga di Myanmar memperingati kudeta yang masih berlangsung oleh junta militer Min Aung Hlaing dengan membakar gambar-gambar dan membuat pemakaman palsu.
Warga di Myanmar memprotes keras atas kudeta militer, demikian pula militer yang merespon protes dengan brutal menimbulkan kecaman.
Melansir dari News24, Minggu (4/7/2021) data terkini hampir 890 warga sipil tewas dalam tindakan kekerasan junta militer Myanmar.
Dengan catatan hampir 6.500 warga ditangkap.
Baca juga: Militer Myanmar Ancam Ambil Tindakan Tegas kepada Kantor Berita Asing yang Sebut Mereka Junta
Pada hari Sabtu (3/7/2021), demonstran anti-kudeta memposting gambar di media sosial dari hidangan sup mie tradisional yang disebut Mohinga, yang sering disajikan di pemakaman di Myanmar.
Peserta aksi unjuk rasa pada media setempat mengatakan, jika pemimpin junta militer meninggal, maka akan menimbulkan bahagia pada seluruh negeri.
"Saya membuat (Mohinga) pada hari ulang tahunnya, karena saya ingin dia segera mati. Banyak orang yang tidak bersalah kehilangan nyawa mereka karena dia. Jadi, jika dia meninggal, seluruh negeri akan bahagia," katanya seperti dikutip pada News24.
Di Mandalay, kota terbesar kedua di negara itu, beberapa aktivis membakar foto-foto pemimpin junta dan membakar peti mati palsu di pemakaman tiruan.
Min Aung Hlaing berusia 65 tahun pada hari Sabtu (3/7/2021).
Disebutkan pada usia demikian, ia seharusnya menjalani masa pensiun, sebagaimana diatur oleh konstitusi negara tahun 2008.
Baca juga: Junta Militer Myanmar Bebaskan 700 Demonstran Anti Kudeta dari Penjara Yangon
Beberapa analis percaya bahwa tindakan kudeta adalah faktor dalam perebutan kekuasaan.
Karena dia tidak dapat melihat jalan ke jabatan yang lebih tinggi dengan bantuan partai politik yang didukung militer, yang dikalahkan dalam pemilihan tahun lalu.
Sebelum kudeta, Min Aung Hlaing dianggap sebagai paria internasional, dikutuk karena memimpin penumpasan brutal tahun 2017 terhadap populasi Rohingya yang tidak memiliki kewarganegaraan di negara itu.
Dia telah dilarang dari Facebook karena memicu pidato kebencian terhadap minoritas yang dianiaya.
• Sebuah Desa di Myanmar Dibakar Pasukan Junta, 2 Lansia Tewas Terbakar
Penyelidik PBB telah meminta dia dan para pemimpin tinggi militer lainnya untuk diadili karena genosida.
Tapi selama bertahun-tahun, dia dengan gigih membantah hampir semua tuduhan pelanggaran hak asasi manusia dan mengatakan operasi militer, yang mendorong sekitar 750.000 pengungsi Rohingya ke Bangladesh, dibenarkan untuk membasmi pemberontak.
Dia ditunjuk untuk memimpin angkatan bersenjata Myanmar pada tahun 2011, sama seperti generasi pemimpin militer sebelumnya sedang mentransisikan negara itu ke sistem parlementer setelah beberapa dekade pemerintahan junta.
Rezim Min Aung Hlaing telah menghadapi kecaman dan sanksi internasional sejak kudeta, dengan kekhawatiran atas meningkatnya kekerasan, tahanan politik, penutupan internet dan pencakaran kembali kebebasan pers. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: BERITA POPULER- Kisah Pria Tionghoa Masuk Islam hingga Heboh Foto ‘Perampok Peng Nanggroe Atjeh
Baca juga: BERITA POPULER - Kaget saat Buka Cadar Calon Istri, TV Analog Dimatikan sampai Pemenang Sayembara
Baca juga: BERITA POPULER - 3 Nelayan Penjemput Rohingya Divonis 5 Tahun Penjara Hingga Asrizal Gugat Jokowi