Luar Negeri
Kesulitan Dapat Vaksin karena Sanksi AS, Iran Berupaya Keras Kembangkan Antivirus Dalam Negeri
Pada hari Minggu (4/7/2021) Iran kembali memberlakukan pembatasan aktivitas karena kembali mendapatkan gelombang baru virus.
Penulis: Syamsul Azman | Editor: Zaenal
Hanya sekitar 5 persen orang Iran telah menerima setidaknya satu suntikan vaksin virus corona.
Sementara negara itu telah menerima dosis dari Covax, Cina, Rusia dan India, Iran menghadapi kesulitan dalam membangun pasokan vaksin, sebagian karena sanksi ekonomi AS yang mempersulit pemerintah dan sektor swasta untuk mengakses rekening bank asing dan melakukan banyak transaksi internasional dasar.
Iran pada Januari lalu melarang impor vaksin yang diproduksi di Inggris dan Amerika Serikat, dengan alasan ketidakpercayaannya terhadap negara-negara yang berselisih dengan Iran sejak revolusi 1979.
Sebaliknya, Iran telah fokus pada vaksin buatan lokalnya.
Baca juga: Presiden Baru Iran Dicap Sebagai Penjahat Internasional, Terlibat Tragedi Pembantaian 1988
Iran memiliki beberapa vaksin dalam pengerjaan, salah satunya – COVIran Barekat, yang diproduksi oleh Shifa Pharmed Industrial Group yang dikendalikan negara adalah yang pertama disetujui untuk penggunaan darurat lokal pada pertengahan Juni.
Iran kemudian mengeluarkan otorisasi darurat untuk Soberana 2, vaksin Kuba yang telah bermitra dengan negara komunis itu untuk diproduksi.
Khamenei yang berusia 82 tahun mendapatkan suntikan pertama vaksin Barekat dua dosis di depan kamera televisi.
Khamenei mengatakan dia menunggu sampai vaksin buatan Iran disetujui untuk kelompok usianya.
"Saya tidak bersedia menggunakan vaksin non-Iran," katanya dalam sebuah pernyataan yang dirilis oleh kantornya.
“Oleh karena itu, saya katakan saya akan menunggu vaksin Iran karena kita harus menghargai kehormatan nasional ini dan selama ada kesempatan untuk pencegahan dan penyembuhan di dalam negeri, mengapa kita tidak menggunakannya?," tambahnya.
Otoritas Iran, bagaimanapun, belum merilis secara terbuka data tentang khasiat Barekat, yang berarti "berkah" dan didasarkan pada virus yang dinonaktifkan.
Pada bulan Februari, Shifa mengatakan, tanpa memberikan bukti ilmiah, bahwa tahap pertama percobaan pada manusia menunjukkan bahwa Barekat 90 persen efektif dalam mencegah infeksi. (Serambinews.com/Syamsul Azman)
Baca juga: BERITA POPULER- Kisah Pria Tionghoa Masuk Islam hingga Heboh Foto ‘Perampok Peng Nanggroe Atjeh
Baca juga: BERITA POPULER - Kaget saat Buka Cadar Calon Istri, TV Analog Dimatikan sampai Pemenang Sayembara
Baca juga: BERITA POPULER - 3 Nelayan Penjemput Rohingya Divonis 5 Tahun Penjara Hingga Asrizal Gugat Jokowi