Kisah Raja Mswati III, Punya 15 Istri dan 30 Anak, Hidup Mewah di Tengah Penderitaan Rakyatnya
Sikhanyiso Dlamini, Putri Raja Mswati III, menjelaskan di mana keberadaan ayahnya dan mengatakan fakta sebenarnya.
"Eswatini adalah kerajaan perdamaian. Kami percaya pada perdamaian," katanya.
"Bagaimanapun, hak-hak rakyat tidak akan dilanggar, terutama ketika mereka membuat petisi damai," jelas sang putri.
PBB pada 6 Juli menyerukan penyelidikan independen atas tuduhan bahwa pasukan keamanan Eswatini menekan pengunjuk rasa.
Protes meletus pada Mei, setelah seorang mahasiswa hukum berusia 25 tahun ditembak mati oleh polisi.
Badan hak asasi manusia PBB menunjuk laporan penggunaan kekuatan yang berlebihan oleh pasukan keamanan Eswatini.
Diperkirakan 20 orang tewas dalam protes dan 200 lainnya dirawat di rumah sakit.
Pada Senin (5/7/21), jalanan Eswatini menjadi sepi, toko tutup, internet masih diblokir dan komunikasi sulit.
Eswatini adalah negara kecil yang terletak di antara Afrika Selatan dan Mozambik.
Ini adalah satu-satunya negara di Afrika yang masih menggunakan sistem pemerintahan monarki.
Raja Mswati III telah memerintah negara itu sejak 1986, pada usia 18 tahun.
Raja memiliki setidaknya 15 istri dan 30 anak, setiap tahun, ia sering memilih pengantin baru melalui festival tari buluh dengan partisipasi perawan topless.
Negara berpenduduk 1,2 juta orang ini hidup terutama dari pertanian dan merupakan salah satu yang termiskin di dunia, menurut Wold Bank.
Mswati III adalah raja dengan pemborosan paling terkenal.
Pada tahun 2002, Raja Mswati III meminta parlemen untuk menghabiskan 50 juta dollar AS (Rp724 miliar) untuk membeli pesawat terbang untuk perjalanannya.
Dua tahun kemudian, Eswatini menerima bantuan senilai 18 juta dollar AS (Rp260 miliar).