Breaking News

Internasional

Dua Rumah Sakit Umum Tutup di Lebanon, Krisis Dana, Obat-obatan dan Gaji

Dua Rumah Sakit Umum di Lebanon mengancam akan menutup pintu mereka mulai Kamis (15/7/2021). Jika para pejabat gagal mencairkan dana, dan bahan

Editor: M Nur Pakar
AP
Perawat memeriksa pasien yang menjalani dialisis di Rumah Sakit Umum, Universitas Amerika Lebanon-Rizk di Beirut, Lebanon. 

SERAMBINEWS.COM, BEIRUT - Dua Rumah Sakit Umum di Lebanon mengancam akan menutup pintu mereka mulai Kamis (15/7/2021).

Jika para pejabat gagal mencairkan dana, dan bahan yang sangat dibutuhkan karena sektor kesehatan semakin dekat menuju kehancuran.

Lebanon telah dilanda krisis keuangan, ekonomi, dan moneter yang belum pernah terjadi sebelumnya yang telah menghapus tabungan jiwa ditambah dengan krisis likuiditas yang melumpuhkan.

Rumah Sakit Umum Pemerintah Shahar Gharbi, yang terletak di jantung distrik Aley, mengumumkan akan berhenti menerima pasien mulai Kamis (15/7/2021).

“Kita menghadapi krisis demi krisis," kata Nawal Al Hasaniya, anggota Sekretaris Administrasi rumah sakit, kepada Arab News, Rabu 14/7/2021).

Dia mengatakan pihaknya terus mengalami kekurangan bahan bakar, obat-obatan dan upah yang tidak berkelanjutan.

Sektor kesehatan, seperti halnya hampir semua sektor lain di seluruh negeri, telah terhuyung-huyung di bawah beban krisis keuangan negara yang parah.

Mendorong praktisi medis untuk berulang kali membunyikan alarm.

Baca juga: Patriark Maronit Memberi Tahu Saad Hariri, Bentuk Pemerintah atau Lebanon Akan Mati

Mata uang nasional telah kehilangan lebih dari 91 persen nilainya sejak Oktober 2019, menyebabkan nilai upah minimum anjlok menjadi sekitar $35 per bulan.

Di Rumah Sakit Pemerintah Sibline di pinggiran selatan Beirut, dokter pelaksana Ali Al Barraj menyuarakan keprihatinan.

“Ini situasi yang sangat sulit, karena mulai besok kita akan tutup,” katanya.

Sama seperti Rumah Sakit Shahar, fasilitasnya akan membatasi kegiatannya hanya untuk mengobati kondisi yang mengancam jiwa seperti dialisis dan kondisi jantung.

Karyawan, menjelaskan hanya berpenghasilan hanya $40 per bulan, dengan Barraj meminta Kementerian Kesehatan untuk membubarkan LL3 miliar sambil menaikkan upah mereka.

Permohonan serupa dibuat oleh Rumah Sakit Sibline, namun keduanya tidak didengarkan.

“Sampai saat ini kami belum mendengar apa-apa, dan kami menuju ke arah eskalasi,” kata Hasaniya.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved