Internasional

Kisah Warga Jeddah Sambut Jamaah Haji Tempo Dulu, Datang dengan Kapal Layar

Selama berabad-abad, haji telah menjadi pengalaman sekali seumur hidup bagi jutaan Muslim yang melakukan perjalanan ke Kota Suci Mekkah, Arab Saudi.

Editor: M Nur Pakar
Foto: ArabNews/Keystone/Getty Images
Kerumunan jamaah haji dari Indonesia di geladak kapal sewaan di pelabuhan Jeddah, menuju Mekkah, Arab saudi pada tahun 1976. 

Sementara jamaah disediakan penginapan di lantai bawah, keluarga akan pindah ke kamar di lantai atas.

Menyediakan makanan yang disiapkan untuk tamu mereka di dapur yang biasanya terletak di lantai pertama.

“Pada saat para jamaah haji tiba di Jeddah, persediaan makanan akan habis dalam perjalanan panjang mereka,” kata Badeeb.

“Semuanya disediakan untuk mereka dari saat mereka mendarat sampai mereka pergi ke Mekkah," tambahnya.

Dikatakan, jamaah haji yang datang dari negara atau wilayah tertentu biasanya tinggal dengan keluarga tertentu, difasilitasi melalui agen di negara asalnya.

Kepercayaan yang dibangun melalui itu memungkinkan untuk menyimpan uang dan barang-barang dengan aman sampai menyelesaikan haji.

Selama bertahun-tahun, karena jumlah jamaah terus bertambah, semakin sulit untuk menemukan penginapan bersama keluarga di kota tua itu.

Untuk memastikan semua orang ditempatkan dan dirawat dengan aman, pihak berwenang Saudi menyadari mereka harus membangun fasilitas khusus yang baru.

Pada tahun 1950 pendiri Kerajaan, Raja Abdul Aziz, memerintahkan sebuah "kota peziarah" yang akan didirikan dekat dengan Pelabuhan Islam Jeddah.

Di mana sekitar 70 persen peziarah tiba di negara itu melalui perjalanan laut untuk melakukan haji.

Pada tahun 1971, kota dalam satu kota ini memiliki 27 bangunan, termasuk klinik kesehatan, toko, masjid, dan fasilitas lainnya.

Baca juga: Warga Arab Saudi Sambut Program Liburan Musim Panas, 500 Objek Wisata Telah Dipersiapkan

Beberapa fasilitas serupa kemudian didirikan, termasuk satu di sebelah timur kota tua bersejarah yang mampu menampung 2.000 jamaah.

Satu lagi di dekat bandara lama, yang pada pertengahan 1980-an dapat menampung 30.000 orang.

Waktu telah berubah dan meskipun keluarga Jeddah tidak lagi menjamu pengunjung di rumah mereka sendiri seperti yang pernah dilakukan nenek moyang mereka.

Mereka akan terus memberikan salam hangat dan keramahan yang sama yang telah menjadi ciri penduduk kota selama berabad-abad.(*)

Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved