Harga Emas Diprediksi Sulit Turun hingga Akhir 2025,Emas Antam Berpotensi Tembus Rp2,6 Juta Per Gram

Harga emas, baik di pasar global maupun domestik, diperkirakan akan tetap tinggi hingga akhir tahun 2025.

Editor: Amirullah
SERAMBINEWS.COM
Harga emas dunia dan domestik diperkirakan akan sulit turun secara signifikan hingga akhir tahun 2025. 

SERAMBINEWS.COM, BANDUNG - Harga emas, baik di pasar global maupun domestik, diperkirakan akan tetap tinggi hingga akhir tahun 2025.

Sejumlah faktor seperti ekspektasi penurunan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), pelemahan dolar AS, serta tingginya permintaan emas dari bank sentral dunia menjadi pendorong utama penguatan harga logam mulia ini.

Pengamat ekonomi dari Universitas Islam Nusantara (Uninus), Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy, menilai bahwa harga emas domestik cenderung stabil di level tinggi, dengan potensi penguatan lebih lanjut menjelang akhir tahun.

Menurut Rizaldy, harga emas di pasar domestik realistis bergerak di kisaran Rp2,3 juta hingga Rp2,45 juta per gram, dengan peluang menguat hingga Rp2,5 juta–Rp2,6 juta per gram jika skenario optimistis terjadi.

“Melihat tren global, kemungkinan harga emas turun tajam hingga akhir 2025 relatif kecil. Pergerakannya lebih realistis stagnan di kisaran Rp2,3–2,45 juta per gram, dengan peluang menguat ke Rp2,5–2,6 juta jika skenario optimistis tercapai,” ujar Rizald, Minggu (5/10/2025).

Tren penguatan harga emas dunia selama beberapa bulan terakhir juga didorong oleh strategi diversifikasi aset bank sentral global, yang terus meningkatkan cadangan emas untuk menjaga stabilitas nilai tukar di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Selain itu, rencana penurunan suku bunga The Fed pada kuartal pertama 2026 menjadi sentimen tambahan yang memperkuat daya tarik emas sebagai aset lindung nilai (safe haven).

Baca juga: Menkeu Purbaya Bicara soal Kenaikan Gaji ASN, Berikut Rincian Gaji PNS Mulai Golongan I Saat Ini

Faktor Utama Penopang Harga Emas Global

Menurut Rizaldy, ada sejumlah faktor global yang menjadi penopang kuat harga emas, sehingga menjadikannya aset safe haven yang menarik:

Penurunan Suku Bunga The Fed: Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS membuat daya tarik dolar AS melemah, yang secara tradisional mendorong harga emas naik.

Permintaan Bank Sentral: Bank-bank sentral dunia terus aktif menambah cadangan emas mereka di tengah ketidakpastian global.

Ketidakpastian Geopolitik: Kondisi geopolitik yang belum stabil di beberapa kawasan meningkatkan permintaan terhadap aset lindung nilai seperti emas.

Rizaldy menjelaskan, skenario optimistis harga emas bisa tercapai bila penurunan suku bunga global terjadi lebih cepat.

Namun, dalam skenario moderat atau pesimistis, harga emas bisa tertahan bila tekanan dolar menguat atau inflasi global melandai lebih cepat dari perkiraan.

"Selama ekonomi global masih dibayangi ketegangan geopolitik dan arah kebijakan moneter yang belum pasti, emas tetap menjadi instrumen yang cukup aman dan rasional untuk menjaga nilai aset,” tutupnya.

Baca juga: Tragedi Ponpes Al Khoziny: 67 Meninggal Dunia, 8 Body Part, Orang Tua Terpukul Lihat Jenazah Anak

Aneka perhiasan emas di Toko Emas Italy kawasan Pasar Acej, Jalan Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh, Kamis (2/10/2025)
Aneka perhiasan emas di Toko Emas Italy kawasan Pasar Aceh, Jalan Tgk Chik Pante Kulu, Banda Aceh, Kamis (2/10/2025) (SERAMBINEWS.COM/AGUS RAMADHAN)

Siapa Dr Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy

Mochammad Rizaldy Insan Baihaqqy seorang dosen dan praktisi di bidang manajemen dan keuangan, yang telah menghasilkan 14 buku.

Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved