Kisah Bocah 10 Tahun Jadi Yatim Piatu, Orangtuanya Meninggal Karena Covid-19

Bocah kelas tiga SD itu kini dalam kondisi sehat. Hanya saja, diduga terpukul secara psikis sehingga menjadi pendiam dan tampak bingung.

Editor: Amirullah
(Dok. Margono)
Vino, bocah kelas tiga Sekolah Dasar (SD) saat sedang jalani isolasi mandiri di Kampung Linggang Purworejo, Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur, Kamis (22/7/2021). 

"Kami sampaikan ke dia ayah dan ibunya sudah meninggal. Respon dia menangis. Kata dia, kok bisa meninggal, ayah dan ibu kan masih muda," tutur Margono meniru.

"Tapi setelah itu terhibur lagi, banyak keluarga, saudara beri dia makanan, di rumah ramai banyak yang nemani," sambung Margono saat dihubungi Kompas.com.

Kisah haru keluarga perantauan asal Sragen, Jawa Tengah, ini bermula sekitar tiga pekan lalu.

Saat itu, tutur Margono, adiknya bernama Kino Raharjo mengalami sakit.

Namun, keluarga menduga dia diserang tipes dan diberi obat karena Kino pernah menderita penyakit itu.

Keluarga juga tidak mengira terpapar Covid-19.

Sebab, pada 29 Juni 2021, kata Margono, adiknya ini sudah ikut vaksin pertama, sehingga diduga kondisi itu hanya efek vaksin.

Meski kondisi kurang fit, adiknya itu tetap berjualan pentol keliling dan kehujanan.

Setelah pulang ke rumah, di hari itu kondisi sakit makin memburuk.

"Makan muntah, makan muntah. Sudah diperiksa medis dan diberi obat tapi enggak kunjung sembuh," tutur Margono.

Karena kondisinya terus melemah, akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat, dengan rencana akan dirawatinapkan.

"Tapi setelah di rumah sakit diperiksa hasil swab positif (Covid-19) tepat 11 Juli. Oleh petugas medis, diberi obat, vitamin, suruh isolasi di rumah," terang Margono.

Hari itu Kino dibawa pulang ke rumah. Istrinya yang lagi hamil lima bulan, setelah tahu suami positif, langsung menjalani tes swab PCR di puskesmas terdekat guna identifikasi penularan dari suami.

Oleh pihak puskesmas, kata Margono, Lina disarankan isolasi di Rumah Sakit Harapan Insan Sendawar, meski belum keluar hasil pemeriksaan PCR-nya.

Alasannya di rumah sakit agar dapat pendampingan dokter kandungan, menjaga kesehatan bayi karena berisiko.

Halaman
123
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved