Greysia/Apriyani Cetak Sejarah di Olimpiade
Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkan medali emas untuk Indonesia
* Ganda Putri Pertama Sumbang Emas untuk Indonesia
* Anthony Ginting Rebut Perunggu
JAKARTA - Pasangan Greysia Polii/Apriyani Rahayu berhasil mempersembahkan medali emas untuk Indonesia pada Olimpiade 2020 Tokyo. Prestasi itu diperoleh Greysia/Apriyani memupuskan harapan wakil Cina, Chen Qing Chen/Jia Yi Fan, dua gim langsung dengan skor 21-19 dan 21-5 pada pertandingan final ganda putri di Lapangan 1 Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang, pada Senin (2/8/2021) pagi.
Keberhasilan ini menjadi sejarah baru bagi bulutangkis Indonesia karena Greysia/Apriana menjadi ganda putri pertama yang menyumbang medali emas untuk kontingen Merah Putih sejak cabang bulutangkis dipertandingkan pada Olimpiade Barcelona, Spanyol, tahun 1992 silam. Pencapaian ini terasa makin istimewa karena pada Olimpiade Tokyo kali ini, ganda putri bukan lah nomor yang ditargetkan bisa mendulang medali emas.
Torehan tersebut juga sekaligus melanjutkan tradisi medali emas Indonesia dari cabang badminton di pesta olahraga internasional empat tahunan yang mempertandingkan multicabang ini. Terakhir, pada Olimpiade 2016 Rio de Janeiro, Brasil, ganda campuran Liliyana Natsir/Tontowi Ahmad sukses mempersembahkan emas untuk Indonesia.
Khusus untuk Greysia Polii, pencapaian ini juga membuat dia mencetak rekor pribadi yang istimewa. Greysia yang kini berusia 33 tahun 356 hari menjadi peraih medali emas tertua pada cabang bulutangkis Olimpiade. Dia memecahkan rekor yang sebelumnya dipegang eks tunggal putri Cina, Zhang Ning (33 tahun 89 hari), saat meraih medali emas di Olimpiade Beijing, tahun 2008 lalu.
Tambahan satu emas ini membuat posisi Indonesia di klasemen sementara perolehan medali Olimpiade 2020Tokyo terangkat. Menurut data yang dilansir website Olimpiade 2020 Tokyo, https://olympics.com/tokyo-2020/en/, tadi malam, Indonesia berada di peringkat 35 bersama Austria dan Serbia. Ketiga negara ini sama-sama sudah mengantongi satu medali emas, satu perak, dan tiga medali perunggu.
Medali perunggu ketiga bagi Indonesia juga diraih dari cabang bulutangkis setelah Anthony Sinisuka Ginting mengalahkan pebulutangkis Guatemala, Kevin Cordon, pada babak final tunggal putra di Musashino Forest Sport Plaza, kemarin. Anthony Ginting meraih kemenangan straight game dengan skor 21-11 dan 21-13 dalam tempo 38 menit. Hasil positif ini mengantarkan Anthony Ginting mengukir sejarah dengan berhasil mengakhiri puasa medali kontingen Indonesia di nomor tunggal putra cabang bulutangkis Olimpiade.
Sebelumnya, tunggal putra Indonesia tak berhasil membawa pulang medali dalam tiga Olimpiade beruntun di Beijing (2008), London (2012), dan Rio de Janeiro (2016). Terakhir kali Indonesia mengamankan medali di nomor tunggal putra pada Olimpiade Athena, Yunani, 2004 silam. Kala itu, Taufik Hidayat meraih medali emas dan Sony Dwi Kuncoro mempersembahkan perunggu. Setelah 17 tahun berlalu, estafet prestasi itu kini dilanjutkan oleh Anthony Sinisuka Ginting.
Tiga medali sebelumnya diraih Indonesia pada cabang angkat besi, masing-masing melalui Eko Yuli Irawan (perak), Windy Cantika Aisah (perunggu), dan Rahmat Erwin Abdullah (perunggu). Sedangkan atlet angkat besi Indonesia lainnya, Nurul Akmal, yang turun di nomor +87 Kg putri, gagal meraih medali. Pada final yang dilangsungkan di Tokyo Internasional Forum, kemarin, lifter asal Desa Serba Jaman, Kecamatan Tanah Luas, Aceh Utara, ini hanya mampu menempati urutan kelima dari tujuh finalis.
Terima kasih Indonesia
Apriyani Rahayu membeberkan kemenangan yang mereka dapatkan di final ganda putri cabang bulutangkis Olimpiade 2020 Tokyo lantaran berjalannya strategi yang sejak awal sudah disiapkan. “Kita bilang sebelum kita masuk lapangan kita harus persiapkan strategi apa yang harus dilakukan, dan tadi (kemarin-red) saat kita di lapangan kita memerlukan strategi kita dan Alhamdulillah berhasil,” kata Apriyani setelah laga.
Apriyani juga menekankan dalam pertandingan final tadi (kemarin-red) faktor yang tetap harus dikuasai selain teknis yakni mental.Untuk itu dirinya bersama dengan Greysia di setiap momennya terus menjaga fokus sehingga poin demi poin bisa mereka dapatkan. “Yang paling penting memang jaga pikiran dan ketengan karena ini final jadi kita mau mentalnya dulu yang dinaiki. Pak kita masuk lapangan juga kita sudah terlihat tidak mau kalah,” timpal Apriyani.
Greysia pada kesempatan sama mengaku bersyukur bisa meraih medali emas setelah dua Olimpiade sebelumnya gagal menyumbang medali. Ia pun tak lupa menyampaikan rasa terima kasih kepada masyarakat Indonesia yang telah mendukungnya bersama Apriyani dan tak lupa kepada pemerintah yang telah memberikan perhatian lebih kepada olahraga Indonesia termasuk dirinya.
“Kami berdua benar-benar bersyukur dan berterima kasih kepada tuhan, kepada masyarakat Indonesia yang tidak henti-hentinya mendukung kami, kami tahu walaupun kami jarang-jarang main sosial media,” kata Greysia. “Kalian mendoakan kami luar biasa, keluarga, pemerintah, semua petinggi-petinggi di Indonesia, Pak Presiden dan semuanya yang benar-benar mendoakan kami. Kami sangat bersyukur sekali, karena kami bisa dapat ini berkat dukungan dari masyarakat Indonesia,” sambungnya.