Petani Buang Tomat Hasil Panen

Kecewa karena harga jualnya anjlok, sejumlah petani dan pedagang di Bener Meriah memilih

Editor: hasyim
SERAMBI/BUDI FATRIA
Tumpukan buah tomat yang dibuang pedagang di Pasar Sentral Bale Atu, Kecamatan Bukit, Bener Meriah, Senin (2/7/2021). 

* Kecewa Harga Jual Anjlok

REDELONG - Kecewa karena harga jualnya anjlok, sejumlah petani dan pedagang di Bener Meriah memilih membuang tomat yang mereka panen. Tak cuma harganya yang terjun bebas, permintaan pasar juga mengalami penurunan drastis di masa pandemi Covid-19.

Harga tomat ditingkat petani dalam sepekan ini mengalami penurunan yang sangat dratis. Biasanya, harga beli tomat ditingkat petani Rp 3.000-Rp 4.000 per kilogran, kini harga tomat petani Bener Meriah dibeli Rp 500-Rp 1.000 setiap kilogramnya.

Karena kecewa dan mengalami kerugian, petani dan pedagang di Bener Meriah terpaksa harus membuang tomat yang mereka panen. Belasan  ton tomat dibuang oleh pedagang di Pasar Sentral Bale Atu, Kecamatan Bukit.

"Kondisi ini sudah terjadi sebulan ini. Sebagai petani dan pedagang kami mengalami kerugian besar karena harga tomat anjlok," ujar Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah (APSMB), Sabardi, kepada Serambi, Senin (2/8/2021).

Dikatakan, bukan saja harga yang anjlok, permintaan pasar juga mengalami penurunan. "Biasanya dalam satu hari, kami bisa mengirimkan hingga 90 ton tomat ke pasar-pasar di luar Bener Meriah,"

Akibat permintaan berkurang, sekarang ini para pedagang di Bener Meriah hanya bisa mengirimkan sebanyak 20 ton tomat per harinya. "Dengan kondisi ini, kami petani yang juga pedagang menjerit kerena permintaan pasar berkurang dan harga anjlok," ungkapnya.

Selaku Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah (APSMB), Sabardi meminta pemerintah hadir dan memperhatikan nasib para petani dan pedagang di kabupaten ini.

Dimodali Pedagang Pengumpul

Ketua Asosiasi Pedagang Sayur Bener Meriah, Sabardi, juga menyebutkan, anjloknya harga jual tomat memukul para petani di dataran tinggi Gayo itu, Pasalnya mereka bertandi meminjam modal dari pedagang pengumpul. “Sekitar 80 persen petani di Bener Meriah dimodali oleh pengumpul, selebihnya 20 persen petani dengan modal sendiri,” sebutnya.

Dikatakan, para petani tomat diberi modal mulai dari bibit, plastik mulsa, pupuk, hingga obat hama. “Dalam satu batang tomat modal yang dikeluarkan Rp 2.500, belum lagi uang harian mereka,” ungkap Sabardi.

Kalau harga beli tomat ditingkat petani Rp 1.000 per kilogram, katanya, tidak mendapat keuntungan bagi pemodal, apa lagi anjlok sampai Rp 500 per kilogram. “Petani bisa mendapatkan keuntungan kalau harga tomat dibeli Rp 3.000/kg atau Rp 4.000/kg,” terangnya.(bud)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved