Berita Banda Aceh
Khawatir Terjadi Lonjakan Kasus Covid-19, IDI Minta Kampus dan Sekolah Batasi Pertemuan Tatap Muka
"Kampus, universitas, sekolah harus tetap membatasi pertemuan tatap muka, untuk menghindari terjadinya penyebaran kasus yang lebih luas. Batasi...
Penulis: Subur Dani | Editor: Nurul Hayati
"Kampus, universitas, sekolah harus tetap membatasi pertemuan tatap muka, untuk menghindari terjadinya penyebaran kasus yang lebih luas. Batasi pertemuan, artinya pertemuan tatap muka tetap dilakukan tapi sangat selektif mengatur waktu, selang seling," katanya.
Laporan Subur Dani | Banda Aceh
SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Ikatan Dokter Indonesi (IDI) Wilayah Aceh meminta universitas dan pihak sekolah di Aceh untuk tetap membatasi pertemuan tatap muka, mengingat kasus Covid-19 di Aceh hampir di semua kabupaten belum melandai.
"Kita masih rawan, apa yang terjadi di Jawa, bisa terjadi di sini jika kita tidak patuh terhadap protkes, maka lonjakan kasus bisa saja terjadi," kata Ketua IDI Wilayah Aceh, Dr. dr. Safrizal Rahman MKes SpOT kepada Serambinews.com, Rabu (4/8/2021).
Salah satu penyebab masih terjadinya penyebaran dan lonjakan kasus, tentu karena kerumunan atau berkumpulnya masyarakat dalam sebuah acara.
Untuk itu, IDI meminta kampus/universitas dan pihak sekolah untuk tetap membatasi pertemuan tatap muka guna mencegah terjadinya lonjakan kasus lagi di Aceh.
"Kampus, universitas, sekolah harus tetap membatasi pertemuan tatap muka, untuk menghindari terjadinya penyebaran kasus yang lebih luas. Batasi pertemuan, artinya pertemuan tatap muka tetap dilakukan tapi sangat selektif mengatur waktu, selang seling," katanya.
Baca juga: Hari Ini, PBM di Kota Lhokseumawe Kembali Digelar Secara Tatap Muka Terbatas
Safrizal menambahkan, berdasarkan laporan dari tim di lapangan, kasus di Pulau Sumatera sedang terjadi peningkatan, termasuk di Aceh.
"Kalau kita lihat gambaran dalam seminggu, Sumatera sedang terjadi peningkatan, termasuk Aceh, ini laporan dari teman-teman yang bekerja, bahkan kemarin pusat perawatan dipenuhi oleh pasien yang bergejala," katanya.
Kondisi ini lanjut dr Safrizal, kalau masyarakat Aceh tidak waspada, akan membuat trend kasus di Aceh semakin tinggi.
Bahkan, tak menutup kemungkinan akan ditemukan virus varian terbaru.
"Kalau kita tidak waspada, itu virus Delta plus sudah ditemukan, kemungkinan sudah ada di Aceh, mungkin secara bukti belum ada, karena hasil laboratorium belum ada. Tapi saya khawatir sudah ada di tempat kita. Kita tidak boleh lengah, jangan anggap ini sudah normal, belum. Jangan terlena, nanti terjadi lonjakan," katanya.
Safrizal juga mengatakan, perpanjangan Pemberlakuan Pembatasan Keigatan Masyarakat (PPKM) berbasis mikro yang baru dilakukan pemerintah harus benar-benar dipatuhi.
Baca juga: Kasus Covid-19 Aceh Pecah Rekor, Belajar Tatap Muka Harus Dibatasi
Bahwa pemerintah melakukan kebijakan itu bukan tanpa sebab, tentu karena kondisi pandemi yang belum mereda.
"Ini juga penting diedukasi ke masyarakat. Perpanjangan ini hanya semata kasus kita masih tinggi. Kalau kita tidak patuh PPKM, khawatirnya ini berkepanjangan, kasus nambah lagi. Kita tentu ingin kondisi segera normal," katanya.
Untuk itu, lanjutnya, perlu penguatan dari otoritas pemerintah, untuk terus memberikan informasi kepada masyarakat.
"Kita harus terus edukasi, agar masyarakat tidak bingung dengan kondisi ini. Tampaknya mungkin keadaan biasa saja tapi kasusnya kok meningkat terus. Ini yang perlu kita sampaikan," pungkasnya. (*)
Baca juga: Aceh Barat Setop Belajar Tatap Muka